Pigai Sebut Prabowo Cocok Berpasangan dengan Puan Maharani di Pilpres

Kamis, 19/05/2022 17:09 WIB
Prabowo Subianto dan Puan Maharani

Prabowo Subianto dan Puan Maharani

Jakarta, law-justice.co - Aktivis HAM yang juga bekas Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai menyebut, Indonesia membutuhkan pemimpin yang tegas dan berintegritas di tahun 2024 mendatang.

Untuk itulah, Natalius Pigai menyebut nama Prabowo Subianto dan Puan Maharani cocok untuk memimpin bangsa ke depan.

Menurut dia, kedua nama itu memiliki karakter negarawan dan juga tegas serta tidak bisa didikte oleh oligarki.

"Hanya Prabowo Subianto dan Puan Maharani yang bisa menyelesaikannya. Prabowo yang memiliki karakter Negarawan, Politikus dan satu dari sedikit elit Indonesia yang peduli pada bangsanya dan rakyatnya, patriotik, nasionalis, tegas, objektif dan tidak mudah didikte oleh oligarki yang selama ini melingkari kekuasaan, Prabowo juga Kombinasi Jawa dan Luar Jawa yang lebih sebagai figur candra kebangsaan. Demikian pula Puan Maharani yang ditopang oleh Ibu Megawati Sukarno Putri yang memiliki karier politik yang cukup mumpungi, bernaung dibawah Partai Nasionalis yang besar dan berasal dari Jawa dan Sumatera Selatan," katanya dalam keterangan resmi, Kamis 19 Mei 2022.

Lebih lanjut Natalius Pigai juga menyebut, Indonesia di ambang kehancuran apabila dipimpin oleh orang yang salah.

Banyak persoalan ke depan yang makin mencuat seperti disparitas antar kelompok dan masih kuatnya cengkraman oligarki.

" Hari ini bangsa Indonesia berada di titik nadir, titik dimana terjadi divergensia nalar para pemimpin dan rakyat, titik jenuh dimana perilaku ponga yang dipertontonkan pemimpin, titik dimana pemimpin hadir menerkam rakyat, titik dimana Pancasila dan simbol-simbol negara bangsa dipandang sebagai artistik simbolisme tanpa perwujudan substansial," ungkapnya.

"Kita berada diambang kehancuran! Disparitas antar antar wilayah Timur, Tengah dan Barat, disparitas antar kelompok oligarki dan rakyat, kemiskinan makin hari kian parah, penganggur anak negeri lalu lalang menenteng tas, menyebrangi jembatan tanpa sungai di kota-kota metropolis, mengetuk pintu penguasa sembari mengucurkan air keringat. Kematian ibu dan anak yang tinggi, kebodohan nyaris menyelimuti seantero negeri ini," tambah Natalius.

Dia juga bilang masalah lainnya adalah soal konflik kawasan geopolitik yang bisa mengancam keamanan dan pertahanan negara. Bahkan hubungan diplomatik antar negara akan mengalami banyak ketegangan karena adanya persinggungan soal keamanan di perbatasan.

"Apapun alasannya Indonesia berada dalam ancaman. Kita diancam 13 musuh tetangga, merongrong wilayah batas terluar negara dijadikan pusat penyeluduoan orang (traficking), dan penyeludupan barang (smugling) dan pusat transaksi narkotika," jelasnya.

(Tim Liputan News\Yudi Rachman)

Share:




Berita Terkait

Komentar