Makin Keras Kepala, Junta Militer Ogah Negosiasi dengan Oposisi

Minggu, 27/03/2022 15:00 WIB
Pemimpin junta militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing (Kompas)

Pemimpin junta militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing (Kompas)

Myanmar, law-justice.co - Kepala Junta Militer Myanmar Min Aung Hlaing mengatakan akan menghabisi lawan-lawannya. Ia menegaskan tak bersedia negosiasi dengan kelompok oposisi.
Hal tersebut diungkap Aung Hlaing saat pidato dalam acara Peringatan Hari Angkatan Bersenjata, Minggu (27/3/2022).

"Saya ingin mengatakan Tatmadaw (tentara Myanmar) tak mau lagi mempertimbangkan negosiasi dengan kelompok teroris (oposisi dan penentang kudeta) dan pendukung mereka karena membunuh orang tak bersalah, dan akan menghabisi mereka hingga akhir," kata Aung Hlaing dikutip Reuters.

Junta menuduh oposisi telah membunuh warga sipil dan pasukan keamanan. Namun, banyak pihak meragukan klaim ini.

Di hari perayaan militer ini, warga Myanmar juga menggelar demonstrasi. Mereka terdengar meneriakkan, "cabut militer yang fasis."

Pemerintah bayangan yang menentang Tatmadaw, Pemerintah Persatuan Nasional (NUG), mengatakan warga Myanmar akan berjuang sampai titik darah penghabisan untuk mencabut militer dan akar fasisme di tampuk kekuasaan.

"Bersama dengan pahlawan-pahlawan kami yang telah gugur, kami akan berjuang habis-habisan sampai akhir," kata Juru Bicara NUG, Sasa, dalam pernyataan resmi.

Hari Angkatan Bersenjata memperingati dimulainya perlawanan warga lokal terhadap pendudukan Jepang selama Perang Dunia II.

Perayaan ini, biasanya menampilkan parade militer yang dihadiri oleh perwira dan diplomat asing.

Pada Maret 2021 lalu, militer Myanmar bertindak brutal saat menghadapi massa aksi yang menolak kudeta.

Kekerasan itu merupakan hari paling berdarah dan menewaskan sekitar 160 pengunjuk rasa. Tindakan itu juga menuai kecaman internasional, tetapi junta bergeming.

Myanmar berada dalam krisis kemanusiaan dan politik usai militer melancarkan kudeta terhadap pemerintah yang sah pada 1 Februari 2021 lalu.

Sejak saat itu, banyak aksi demonstrasi yang menolak kudeta tersebut. Aksi menjalar ke hampir seluruh penjuru negeri.

Namun, militer Myanmar meresponsnya dengan kekuatan berlebih. Mereka bahkan tak segan membunuh siapa saja yang menentang kekuasaan.

Hingga kini, menurut laporan Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik Myanmar (AAPP), korban tewas sejak kudeta mencapai 1.707 jiwa, sementara yang ditangkap sebanyak 12.970.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar