Rabithah Alawiyah Minta Menag Yaqut Bertobat-Minta Maaf ke Umat Islam

Minggu, 27/02/2022 06:54 WIB
Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas. (Sindo).

Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas. (Sindo).

Jakarta, law-justice.co - Dewan Pengurus Pusat (DPP) Rabithah Alawiyah meminta Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas agar bertobat dan meminta maaf kepada umat Islam atas pernyataannya yang membandingkan azan dari toa masjid dan musala dengan suara gonggongan anjing.

Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Rabithah Alawiyah, Habib Taufiq bin Abdulqadir Assegaf menilai Yaqut Cholil Qoumas sebagai seorang menteri agama seharusnya mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang menenangkan hati semua umat beragama.

"Analogi yang disampaikan tidak relevan. Azan termasuk syiar Agama Islam yang dikumandangkan untuk memanggil orang salat. Islam menempatkan azan dalam kedudukan yang tinggi sehingga dianjurkan untuk dibaca pula dalam berbagai keadaan," kata Habib Taufiq dalam keterangannya, Sabtu (26/2).

Habib Taufiq mengatakan, azan biasanya dianjurkan untuk dibaca saat mengazani anak yang baru lahir; musafir yang hendak bepergian; di telinga orang yang sedih, marah, karena serangan jin; di telinga mayat sebelum dikuburkan menurut sebagian ulama dan dalam berbagai kesempatan lainnya.

Kata dia, azan mengandung zikir-zikir yang kandungannya merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi yang merenungkannya. Sehingga Nabi menganjurkan umat untuk menyimak dan mengulangi suara azan serta berdoa dan berselawat setelahnya.

"Ini semua menujukkan kemuliaan azan dalam Islam. Maka bagaimana bisa suara azan dianalogikan dengan suara anjing yang kita dianjurkan untuk berlindung kepada Allah saat mendengarnya," kata Taufiq.

Habib Taufiq mengatakan, jika terdapat non-muslim yang terganggu dengan suara azan maka itu bisa diatasi dengan menurunkan volume azan, namun dengan mempertimbangkan kewajaran. Dalam artian seperti di daerah mayoritas non-muslim atau di tempat-tempat yang harus jauh dari suara keras.

Dia mencontohkan, sebagaimana orang yang tinggal di dekat bandara, rel kereta api, terminal, pabrik atau jalan raya harus siap mendengar suara bising pesawat, kendaraan serta mesin yang umumnya lebih tinggi dari suara azan setiap hari.

Demikian pula dengan minoritas non-muslim yang tinggal di tengah umat Islam atau minoritas muslim yang tinggal di tengah mayoritas non-muslim, Habib Taufiq menilai haruslah siap dan menyesuaikan diri mendengar lantunan azan atau lantunan doa dan pemujaan agama lain setiap hari.

"Ini semua adalah kewajaran yang tidak bisa dihindari, yang justru akan menimbulkan gesekan apabila dibatasi," sambung dia.

Habib Taufiq meyakini pernyataan Yaqut selaku menteri agama tidak bermaksud untuk menyakiti siapa pun. Namun pihaknya mengimbau kepada Yaqut untuk melakukan sejumlah hal. Salah satunya bertobat kepada Allah.

Berikut imbauan dari Rabithah Alawiyah:

- Segera bertobat kepada Allah atas statemen yang secara lahir merendahkan azan dengan beristigfar dan syahadat;
- Minta maaf kepada umat Islam yang tersinggung dengan statemen tersebut untuk meredakan kemarahan umat dan mempererat persatuan bangsa;
- Lebih berhati-hati dalam mengeluarkan statemen agar tidak menimbulkan keributan antara umat beragama.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar