Imbas Lakukan Serangan ke Ukraina, Bursa Saham Rusia Rontok 33 Persen

Jum'at, 25/02/2022 09:19 WIB
Tank Rusia mulai bergerak serang Ukraina (viva)

Tank Rusia mulai bergerak serang Ukraina (viva)

Jakarta, law-justice.co - Usai militer Rusia resmi memulai serangan agresi ke Ukraina, bursa saham Rusia rontok 33 persen pada penutupan perdagangan Kamis (24/2) kemarin.

Tak hanya saham, seperti melansir cnnindonesia.com, nilai tukar mata uang rubel juga hancur-hancuran, mencetak rekor terendah. Di sisi lain, kelompok barat juga menjanjikan tumpukan sanksi ekonomi tanpa ampun kepada Presiden Rusia Vladimir Putin.

Perdagangan saham sempat diberhentikan pada awal perdagangan, namun ketika kembali dibuka saham-saham perusahaan Rusia anjlok massal.

Indeks Moscom Exchange (MOEX) bahkan sempat anjlok 45 persen sebelum naik ke minus 33 persen pada perdagangan kemarin.

Sementara itu, Indeks Rusia Trading System (RTS) mengakhiri hari dengan kerugian 39 persen. Dalam sehari, sekitar US$70 miliar nilai perusahaan terbesar Rusia menguap.

Bank Rusia dan perusahaan minyak termasuk yang paling terpukul dalam perdagangan tersebut, dengan saham di Sberbank (SBRCY) yang memberi pinjaman terbesar Rusia kehilangan 43 persen nilainya.

Lalu, Rosneft merosot 43 persen. BP, salah satu pemegang saham Rosneft juga kena dampaknya dengan koreksi 4,6 persen di perdagangan London. Sedangkan Gazprom, perusahaan gas raksasa di belakang pipa Nord Stream 2 yang dibekukan oleh Jerman jeblok 35 persen.

Bank sentral Rusia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka telah menginstruksikan pialang untuk menangguhkan penjualan jangka pendek.

"Mengingat situasi saat ini di pasar keuangan dan untuk melindungi hak dan kepentingan sah investor," jelas bank sentral Rusia.

Ini artinya, mereka tidak bisa lagi meminjam surat berharga untuk dijual dengan antisipasi membelinya kembali pada harga yang lebih rendah. Perintah itu mulai berlaku pada pukul 11:00 waktu setempat kemarin.

Juru Bicara Kantor Kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov masih optimis dan menyebut bahwa gejolak pasar akan segera stabil kembali.

"Reaksi emosional memang tak terhindarkan, tapi dengan waktu akan stabil kembali," terang dia.

Dia menambahkan bahwa Pemerintahan Rusia telah mengambil langkah untuk menstabilkan kembali pasar saham.

 

 

 

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar