Dianggap Tak Masuk Akal, Swedia Umumkan Pandemi Covid-19 Berakhir

Jum'at, 11/02/2022 17:40 WIB
Bendera Swedia (Net)

Bendera Swedia (Net)

Swedia, law-justice.co - Meski diperingati sejumlah ahli kesehatan, pemerintah Swedia tetap mendeklarasikan pandemi Covid-19 di negaranya berakhir dan mencabut sebagian besar aturan pencegahan dengan berbagai alasan.


"Saya bisa katakan pandemi ini sudah berakhir. [Penyakit] ini belum berakhir, tapi ada perubahan cepat dan pembatasan sudah selesai," ujar Menteri Kesehatan Swedia, Lena Hallengre, sebagaimana dikutip Reuters.

Hallengre kemudian mengatakan bahwa dengan deklarasi ini, Swedia tak lagi menganggap Covid-19 sebagai bahaya bagi masyarakat karena sejumlah alasan.

1. Dominasi Omicron dan tes Covid-19 mahal


Karena itu, Swedia mencabut sebagian besar aturan penanganan Covid-19, seperti tes besar-besaran terhadap warga yang mengalami gejala infeksi virus corona.

 

Kepala Badan Kesehatan Publik Swedia, Karin Tegmark Wisell, mengatakan bahwa tes besar-besaran tak lagi relevan, apalagi jika melihat kasus belakangan ini didominasi varian Omicron yang bergejala lebih ringan.

Pada Rabu (9/2), misalnya, Swedia melaporkan 15.490 kasus Covid-19 dengan hanya satu kematian berdasarkan data yang dihimpun Worldometer.

"Kami sudah mencapai titik di mana biaya dan relevansi tes ini tak lagi bisa dibenarkan," ujar Tegmark Wisell kepada stasiun televisi nasional SVT, seperti dilansir Associated Press.

Ia kemudian mengambil contoh, "Jika kami menerapkan tes kepada semua yang mengidap Covid-19, berarti biayanya setengah miliar krona [Rp768 miliar] tiap pekan dan 2 miliar krona [Rp3 triliun] sebulan."

Berdasarkan perhitungan ini, pemerintah menetapkan bahwa mulai Rabu (9/2), hanya pekerja medis dan kelompok masyarakat rentan saja yang bakal mendapatkan tes PCR gratis jika mengalami gejala Covid-19.

Sementara itu, masyarakat lain hanya diminta untuk isolasi mandiri jika mengalami gejala seperti Covid-19. Alat tes antigen sebenarnya masih dapat dibeli di swalayan, tapi hasilnya tak akan dilaporkan ke pihak berwenang.

Layanan kesehatan swasta juga masih bisa menggelar tes Covid-19 dan memberikan bukti hasilnya bagi pelaku perjalanan internasional, tapi pemerintah tak akan mengganti biayanya.

Di sisi lain, sejumlah pakar kesehatan memperingatkan, ketiadaan pencatatan jumlah kasus akan menyulitkan, apalagi saat ini masih ada 2.200 pasien yang membutuhkan perawatan rumah sakit.

2. Vaksinasi tinggi dan karakter masyarakat


Associated Press melaporkan, tingkat vaksinasi Swedia yang tinggi juga membuat para pejabat kesehatan optimistis. Berdasarkan studi yang dirilis pada Selasa (8/2), 85 persen orang di Swedia sudah memiliki antibodi.


Pengajar senior di Universitas Sekolah Medis Exeter di Inggris, Bharat Pankhania, mengatakan bahwa kebanyakan warga yang sudah divaksin di Swedia "merupakan populasi yang teredukasi dan berpengetahuan."

Dengan demikian, populasi yang sudah divaksinasi itu dapat dipercaya untuk mengisolasi mandiri jika mengalami gejala tanpa perlu "tes besar-besaran yang tak berguna."

Menurut Pankhania, Swedia dapat menjadi contoh bagi negara-negara lain yang punya kriteria serupa untuk mendeklarasikan pandemi berakhir.

"Swedia sangat memimpin, dan negara-negara lain nantinya akan mengikuti. Kita tak perlu melakukan tes besar-besaran, tapi harus lebih menaruh perhatian pada tempat-tempat sensitif, seperti rumah sakit, panti jompo, dan orang-orang rentan," katanya.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar