Ada `Hantu` Kenaikan Suku Bunga, ini Prospek Investasi Emas 2022

Sabtu, 11/12/2021 17:20 WIB
Investasi Emas (Pixabay)

Investasi Emas (Pixabay)

Jakarta, law-justice.co - Harga emas naik pada hari Jumat karena daya tarik aset safe-haven tersebut terbantu oleh pengumuman kenaikan harga konsumen AS, yang juga mengurangi kecemasan investor terkait kenaikan suku bunga yang agresif karena lonjakan inflasi tidak sebesar yang semula diprediksi.


Melansir data Refinitiv, pekan ini pergerakan emas relatif flat. Dalam sepekan harga logam mulia ini terapresiasi tipis 0,35%, dengan harga pada Jumat (10/12/2021) kemarin naik 0,45% menjadi US$ 1,782.51 per ons.

Harga emas masih tidak mengalami fluktuasi signifikan, meskipun Departemen Tenaga Kerja AS telah mengumumkan data inflasi terbaru untuk bulan November.


"Laporan inflasi terbaru tidak sepanas yang diperkirakan beberapa orang dan itu akan menjaga ekspektasi kenaikan suku bunga Federal Reserve antara dua atau tiga kenaikan suku bunga pada 2022," ujar Edward Moya, analis pasar senior di broker OANDA, dikutip Reuters.

Bullion juga mendapat dorongan dari melemahnya dalam dolar, yang meningkatkan daya tariknya bagi pembeli luar negeri, dan karena imbal hasil Treasury AS turun setelah data menunjukkan harga konsumen AS meningkat lebih lanjut pada bulan November, yang mengarah ke kenaikan tahunan terbesar sejak 1982.

Meskipun emas dianggap sebagai lindung nilai inflasi, pengurangan stimulus dan kenaikan suku bunga cenderung mendorong imbal hasil obligasi pemerintah naik, akan meningkatkan opportunity cost yang tidak terlihat.

"Potensi kenaikan suku bunga memang menyeret pasar emas, tetapi fokus fundamental utama yang mendasarinya adalah tekanan inflasi, yang akan mendukung [emas]," kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.

Acara utama yang harus diperhatikan adalah pertemuan The Fed pekan depan tanggal 13-15 terkait pengumuman suku bunga Federal Reserve. Pasar sebagian besar telah memperkirakan jadwal pengurangan stimulus (tapering) akan dipercepat setelah Ketua bank sentral Jerome Powell mengatakan di depan Kongres AS bahwa pengurangan yang lebih agresif mungkin dilakukan.

Harga emas secara historis memiliki korelasi negatif dengan imbal hasil (yield) riil AS. Yield riil yang lebih tinggi merupakan penghalang untuk berinvestasi dalam aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti emas, karena investor merasa lebih menarik untuk menyimpan uang mereka dalam aset likuid, seperti uang tunai atau surat berharga pemerintah jangka pendek.

Inflasi yang lebih kuat dari yang diharapkan, bersama dengan perbaikan kondisi pasar tenaga kerja, memberikan tekanan pada The Fed untuk menormalkan kebijakan moneter lebih lanjut, dan suku bunga riil dapat naik sesuai dengan itu.

Harga logam mulia umumnya turun ketika pasar mulai mempertimbangkan laju kenaikan suku bunga yang lebih cepat oleh The Fed sebagai respons terhadap meningkatnya tekanan inflasi.

 

Emas Bisa Tembus US$ 2.000/oz Tahun Depan?

Meski inflasi semakin meluas dan The Fed dipaksa untuk merespons cepat. Kebijakan moneter yang lebih ketat tidak berarti menurunkan harga emas, menurut Christopher Ecclestone, Principal and Mining Strategist di Hallgarten & Co. kepada Kitco.

"Hanya ada satu alasan mengapa harga emas akan turun, dan itu adalah jika bank sentral menekan inflasi, dan itulah yang telah mereka lakukan sejauh ini," Ecclestone menjelaskan. "Tapi seperti yang kita lihat inflasi terus meningkat, terutama di AS dan Inggris, itu menjadi tidak terkendali. Hanya suku bunga yang lebih tinggi yang akan menjaga inflasi tetap rendah."

Dalam hal inflasi dan dampak ekonominya, Ecclestone menyatakan bahwa investor yang memiliki keyakinan bahwa The Fed akan mampu mengendalikan inflasi adalah keliru.

Ecclestone menunjukkan bahwa investor akan melirik emas jika harga properti mulai turun. "Jika inflasi terus meningkat, orang akan mencoba mencari tahu di mana mereka harus menginvestasikan uang mereka, terutama jika harga properti berhenti naik atau mulai turun," tambahnya.

Selama tahun depan, Ecclestone mengharapkan emas bisa mencapai $2.000 per ounce dan kemudian naik menuju level $3.000 dalam empat tahun ke depan setelah itu.

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar