Gejala Omicron Lebih Ringan Vs Delta, Benarkah Artinya Lebih Aman?

Minggu, 05/12/2021 15:01 WIB
Ilustrasi  Varian virus corona Omicron. (Independent.co.uk)

Ilustrasi Varian virus corona Omicron. (Independent.co.uk)

Jakarta, law-justice.co - Virus Corona varian Omicron kini tengah menjadi perhatian dunia karena menyebabkan lonjakan kasus di Afrika Selatan dan sudah menyebar ke beberapa negara. Sejauh ini, Varian Omicron sudah ditemukan di 38 negara.

Secara resmi WHO telah menyatakan varian Omicron (B.1.1.529) sebagai Variant of Concern (VOC), menyusul varian Delta (B.1.617.2, AY.1, AY.2, AY.3) yang terlebih dahulu ditetapkan sebagai VOC.

Para pakar berpendapat bahwa varian Omicron bisa berpotensi menjadi varian virus Corona yang paling menular karena kemampuan mutasinya yang tinggi. "Kekhawatiran kita terhadap varian Omicron adalah kemungkinan memiliki banyak mutasi dan berpotensi lebih menular dan mengganggu sistem kekebalan tubuh kita dari vaksin," ungkap Rebekah Ann Vreeland Sensenig selaku ahli penyakit menular di Riverside Health System Virginia, dikutip dari Heallthline.

Meski terdengar menyeramkan, para pakar menyebut varian Omicron memicu gejala yang relatif lebih ringan. Beberapa gejala yang dilaporkan antara lain:
nyeri otot
demam
batuk
kelelahan
tidak mengalami kehilangan indra perasa maupun penciuman.

Sementara itu, The Center of Disease Control and Prevention (CDC) menyebut varian Delta memicu gejala yang lebih berat pada orang yang tidak divaksinasi, dibanding varian sebelumnya. Beberapa gejala pada varian Delta adalah:

batuk
sedikit yang kehilangan penciuman
sakit kepala
sakit tenggorokan
pilek
demam.

Gejala Omicron lebih ringan berarti lebih aman? Belum diketahui pasti kenapa varian Omicron memiliki gejala yang lebih ringan. Penelitian masih terus dilakukan untuk mengungkapnya.

Terkait gejala Omicron yang lebih ringan, Sensenig mengungkap sisi lain. Menurutnya, gejala yang dilaporkan cenderung ringan karena diamati dari pasien dengan usia muda yang kemungkinan memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat.

Profesor epidemiologi Universiras Delaware, Jennifer Horney PhD, menyebut gejala lebih ringan akibat varian Omicron tidak sepenuhnya menjadi kabar baik karena kemampuan menularnya juga lebih tinggi.

"Virus ini ingin menginfeksi orang, jika orang tersebut tidak sakit, virus kemungkinan akan menular lebih cepat untuk menginfeksi yang lain (orang-orang di luar)," ungkap Hornern.

Meskipun kemampuan menular yang tinggi dari varian Omicron bisa meningkatkan potensi kekebalan kelompok (herd-immunity), tetapi Horney juga mengingatkan bahwa kekebalan alami dari virus Corona tempaknya lebih cepat hilang.

"Kasus Omicron naik empat kali lipat di Afrika Selatan dalam seminggu, namun jumah Delta tergolong rendah di sana. Jadi kami tidak yakin bagaimana Omicron akan menyebar di tempat Delta banyak menyebar," ungkap Sensenig.

"Masih harus dipantau bagaimana penularan Omicron pada populasi yang vaksin sebagian, sepenuhnya vaksin, dan tidak divaksin untuk menentukan apakah ada kemungkinan Omicron bisa menghindari sistem kekebalan tubuh," tegasnya.

 

Varian Omicron kini tengah menjadi perhatian dunia karena menyebabkan lonjakan kasus di Afrika Selatan dan sudah menyebar ke beberapa negara. Sejauh ini, Varian Omicron sudah ditemukan di 38 negara.

Secara resmi WHO telah menyatakan varian Omicron (B.1.1.529) sebagai Variant of Concern (VOC), menyusul varian Delta (B.1.617.2, AY.1, AY.2, AY.3) yang terlebih dahulu ditetapkan sebagai VOC.

Para pakar berpendapat bahwa varian Omicron bisa berpotensi menjadi varian virus Corona yang paling menular karena kemampuan mutasinya yang tinggi.

"Kekhawatiran kita terhadap varian Omicron adalah kemungkinan memiliki banyak mutasi dan berpotensi lebih menular dan mengganggu sistem kekebalan tubuh kita dari vaksin," ungkap Rebekah Ann Vreeland Sensenig selaku ahli penyakit menular di Riverside Health System Virginia, dikutip dari Heallthline.
Perbandingan gejala

Meski terdengar menyeramkan, para pakar menyebut varian Omicron memicu gejala yang relatif lebih ringan. Beberapa gejala yang dilaporkan antara lain:
VDO.AI

nyeri otot
demam
batuk
kelelahan
tidak mengalami kehilangan indra perasa maupun penciuman.

Sementara itu, The Center of Disease Control and Prevention (CDC) menyebut varian Delta memicu gejala yang lebih berat pada orang yang tidak divaksinasi, dibanding varian sebelumnya. Beberapa gejala pada varian Delta adalah:

batuk
sedikit yang kehilangan penciuman
sakit kepala
sakit tenggorokan
pilek
demam.

Gejala Omicron lebih ringan berarti lebih aman?

Belum diketahui pasti kenapa varian Omicron memiliki gejala yang lebih ringan. Penelitian masih terus dilakukan untuk mengungkapnya.

Terkait gejala Omicron yang lebih ringan, Sensenig mengungkap sisi lain. Menurutnya, gejala yang dilaporkan cenderung ringan karena diamati dari pasien dengan usia muda yang kemungkinan memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat.

Profesor epidemiologi Universiras Delaware, Jennifer Horney PhD, menyebut gejala lebih ringan akibat varian Omicron tidak sepenuhnya menjadi kabar baik karena kemampuan menularnya juga lebih tinggi.

"Virus ini ingin menginfeksi orang, jika orang tersebut tidak sakit, virus kemungkinan akan menular lebih cepat untuk menginfeksi yang lain (orang-orang di luar)," ungkap Hornern.

Meskipun kemampuan menular yang tinggi dari varian Omicron bisa meningkatkan potensi kekebalan kelompok (herd-immunity), tetapi Horney juga mengingatkan bahwa kekebalan alami dari virus Corona tempaknya lebih cepat hilang.

"Kasus Omicron naik empat kali lipat di Afrika Selatan dalam seminggu, namun jumah Delta tergolong rendah di sana. Jadi kami tidak yakin bagaimana Omicron akan menyebar di tempat Delta banyak menyebar," ungkap Sensenig.

"Masih harus dipantau bagaimana penularan Omicron pada populasi yang vaksin sebagian, sepenuhnya vaksin, dan tidak divaksin untuk menentukan apakah ada kemungkinan Omicron bisa menghindari sistem kekebalan tubuh," imbuhnya.

Baca artikel detikHealth, "Komparasi Gejala Omicron Vs Delta, Benarkah Lebih Ringan Artinya Aman?" selengkapnya https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5841183/komparasi-gejala-omicron-vs-delta-benarkah-lebih-ringan-artinya-aman.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/
Varian Omicron kini tengah menjadi perhatian dunia karena menyebabkan lonjakan kasus di Afrika Selatan dan sudah menyebar ke beberapa negara. Sejauh ini, Varian Omicron sudah ditemukan di 38 negara.

Secara resmi WHO telah menyatakan varian Omicron (B.1.1.529) sebagai Variant of Concern (VOC), menyusul varian Delta (B.1.617.2, AY.1, AY.2, AY.3) yang terlebih dahulu ditetapkan sebagai VOC.

Para pakar berpendapat bahwa varian Omicron bisa berpotensi menjadi varian virus Corona yang paling menular karena kemampuan mutasinya yang tinggi.

"Kekhawatiran kita terhadap varian Omicron adalah kemungkinan memiliki banyak mutasi dan berpotensi lebih menular dan mengganggu sistem kekebalan tubuh kita dari vaksin," ungkap Rebekah Ann Vreeland Sensenig selaku ahli penyakit menular di Riverside Health System Virginia, dikutip dari Heallthline.
Perbandingan gejala

Meski terdengar menyeramkan, para pakar menyebut varian Omicron memicu gejala yang relatif lebih ringan. Beberapa gejala yang dilaporkan antara lain:
VDO.AI

nyeri otot
demam
batuk
kelelahan
tidak mengalami kehilangan indra perasa maupun penciuman.

Sementara itu, The Center of Disease Control and Prevention (CDC) menyebut varian Delta memicu gejala yang lebih berat pada orang yang tidak divaksinasi, dibanding varian sebelumnya. Beberapa gejala pada varian Delta adalah:

batuk
sedikit yang kehilangan penciuman
sakit kepala
sakit tenggorokan
pilek
demam.

Gejala Omicron lebih ringan berarti lebih aman?

Belum diketahui pasti kenapa varian Omicron memiliki gejala yang lebih ringan. Penelitian masih terus dilakukan untuk mengungkapnya.

Terkait gejala Omicron yang lebih ringan, Sensenig mengungkap sisi lain. Menurutnya, gejala yang dilaporkan cenderung ringan karena diamati dari pasien dengan usia muda yang kemungkinan memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat.

Profesor epidemiologi Universiras Delaware, Jennifer Horney PhD, menyebut gejala lebih ringan akibat varian Omicron tidak sepenuhnya menjadi kabar baik karena kemampuan menularnya juga lebih tinggi.

"Virus ini ingin menginfeksi orang, jika orang tersebut tidak sakit, virus kemungkinan akan menular lebih cepat untuk menginfeksi yang lain (orang-orang di luar)," ungkap Hornern.

Meskipun kemampuan menular yang tinggi dari varian Omicron bisa meningkatkan potensi kekebalan kelompok (herd-immunity), tetapi Horney juga mengingatkan bahwa kekebalan alami dari virus Corona tempaknya lebih cepat hilang.

"Kasus Omicron naik empat kali lipat di Afrika Selatan dalam seminggu, namun jumah Delta tergolong rendah di sana. Jadi kami tidak yakin bagaimana Omicron akan menyebar di tempat Delta banyak menyebar," ungkap Sensenig.

"Masih harus dipantau bagaimana penularan Omicron pada populasi yang vaksin sebagian, sepenuhnya vaksin, dan tidak divaksin untuk menentukan apakah ada kemungkinan Omicron bisa menghindari sistem kekebalan tubuh," imbuhnya.

Baca artikel detikHealth, "Komparasi Gejala Omicron Vs Delta, Benarkah Lebih Ringan Artinya Aman?" selengkapnya https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5841183/komparasi-gejala-omicron-vs-delta-benarkah-lebih-ringan-artinya-aman.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/

(Warta Wartawati\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar