Biden Sumpah Bantu Taiwan, China Ngamuk Sambil Gertak AS

Jum'at, 22/10/2021 21:25 WIB
Menlu China Wang Wenbin (AFP)

Menlu China Wang Wenbin (AFP)

Beijing, Tiongkok, law-justice.co - China kembali menggertak Amerika Serikat setelah Presiden Joe Biden menyatakan bahwa ia akan membela Taiwan jika Negeri Tirai Bambu menyerang.


Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, menyatakan bahwa pernyataan Biden tersebut dapat berisiko "merusak hubungan China-AS."

Sebagaimana dikutip AFP Jumat (22/10/2021), Wang kemudian memperingatkan AS agar "hati-hati dalam bertindak dan berbicara mengenai isu Taiwan."

"China tak punya ruang untuk berkompromi terkait isu yang menyangkut kepentingan utama kami," katanya.

Ia kemudian berkata bahwa AS seharusnya tak meremehkan "tekad dan kemampuan kuat" mereka untuk mempertahankan diri dari ancaman yang dianggap dapat membahayakan kedaulatan.

Wang melayangkan pernyataan ini setelah Biden menegaskan bahwa AS akan membela Taiwan jika diserang China.

"Ya, kami memiliki komitmen untuk itu," kata Biden tanpa ragu saat ditanya di CNN Townhall tentang AS akan membela Taiwan atau tidak.

Biden juga yakin AS mampu menyaingi pengembangan teknologi militer China yang pesat.

"Jangan khawatir tentang apakah mereka (China) akan lebih kuat. China, Rusia, dan seluruh dunia tahu bahwa kita memiliki militer paling kuat dalam sejarah dunia," tutur Biden.

Ia menegaskan bahwa AS tak mau memulai Perang Dingin baru dengan China. Namun, ia hanya ingin menegaskan posisi AS.

"Saya hanya ingin membuat China mengerti bahwa kami (AS) tidak akan mundur," kata Biden.

Pernyataan Biden ini dianggap berbeda dengan sikap AS selama ini yang biasanya masih ambigu jika berkaitan dengan permasalahan Taiwan.

Dalam beberapa tahun belakangan, AS memang terus menunjukkan komitmennya untuk mendukung Taiwan. Tekad tersebut terpantau kian kuat belakangan ini, terutama ketika China memperkuat provokasinya di Selat Taiwan.

Setiap kali militer China melakukan manuver di sekitar Selat Taiwan, AS selalu melansir pernyataan kecaman dan peringatan bahwa aksi Negeri Tirai Bambu tersebut dapat memicu ketegangan.

Tak hanya itu, hampir setiap bulan kapal AS berlayar di Selat Taiwan. AS juga beberapa kali mengajak militer negara lainnya untuk menggelar latihan di dekat Selat Taiwan, yang dianggap sebagai dukungan di tengah provokasi China.

Dulu, AS tak pernah secara terang-terangan membela Taiwan. Namun, AS mulai terbuka memasang badan untuk Taiwan pada 2018, ketika mereka meneken Undang-Undang Relasi Taiwan (TRA).

Berdasarkan TRA, AS dapat menjalin hubungan dengan "rakyat Taiwan" dan pemerintahnya, tanpa menjelaskan secara spesifik pemerintahan yang dimaksud.

Sebagaimana dilansir Reuters, TRA juga menegaskan bahwa AS mau menjalin hubungan diplomatik dengan China atas dasar pemahaman bahwa "masa depan Taiwan" akan ditetapkan dengan damai.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar