DPO Sisa 6, Polri Desak Teroris MIT Poso Segera Menyerahkan Diri

Minggu, 18/07/2021 11:20 WIB
MIT Ali Kora (Realita)

MIT Ali Kora (Realita)

Jakarta, law-justice.co - Satgas Madago Raya meminta agar para buron teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso segera menyerahkan diri untuk menjalani proses hukum.

Saat ini, tersisa enam orang yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) Polda Sulawesi Tengah. Dalam beberapa hari terakhir Satgas telah menembak mati tiga orang DPO.

"Kami menghimbau agar sisa DPO yang ada di pegunungan biru baik di wilayah Poso, Sigi dan Parimono untuk segera menyerahkan diri baik-baik supaya tidak ada jatuh korban lagi," kata Wakasatgas Humas Madago Raya, AKBP Bronto Budiyono kepada wartawan, Minggu (18/7).

Bronto mengatakan para teroris tersebut harus menjalani proses hukum dan ikrar setiap kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Dalam serangkaian kegiatan operasi yang dilakukan, TNI-Polri kembali menembak mati seorang teroris MIT di wilayah Torue, Pagiti Moutong pada Sabtu (17/7) kemarin.

Hasil identifikasi awal, pihak yang tertembak merupakan anggota MIT bernama Budirman alias Abu Alim alias Hanif alias Ambo dia masuk DPO sejak 2015.

Diketahui, pria yang diperkirakan berusia 27 tahun ini bergabung dengan Jamaah Ansharut Tauhid sejak 2012 kemudian beranjak ke Poso untuk bergabung dengan asykari yang dipimpin oleh Santoso alias Abu Wardah.

Jenazah Abu Alim telah dibawa ke RS Bhayangkara Palu untuk dilakukan autopsi dan identifikasi lebih lanjut melalui pengambilan sampel DNA.

"Untuk memastikan kebenaran bahwa DPO teroris yang meninggal tersebut dibutuhkan tes DNA dari keluarganya," ucap Bronto.

Setelah dilakukan autopsi dan pengambilan sampel DNA, jenazah Abu Alin langsung dimakamkan di TPU Poboya, Palu.

Sebelumnya, Satgas Madago Raya juga menembak mati dua anggota MIT Poso pada Minggu (11/7) lalu. Kala itu, evakuasi jenazah sulit dilakukan karena jenazah berada jauh di dalam jurang. Proses evakuasi baru rampung setelah empat hari.

Pasukan TNI di lapangan mengubah rencana evakuasi yang semula melalui udara kini menggunakan rakit untuk menyusuri sungai.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar