Dokumen Intelijen Milik Rusia untuk Jadikan Trump Presiden AS Bocor

Jum'at, 16/07/2021 11:45 WIB
Trump dan Putin. (Business Insider)

Trump dan Putin. (Business Insider)

Jakarta, law-justice.co - Negara Rusia disebut ikut campur dalam pilpres Amerika Serikat 2016 untuk memenangkan Donald Trump. Hal tersebut tertuang dalam dokumen intelijen Rusia yang bocor.

Rencana tersebut dilaporkan agar tujuan Moskow seperti mengacaukan publik dan melemahkan negosiasi tercapai.

Presiden Rusia Vladimir Putin secara pribadi disebut mengizinkan agen rahasia untuk melindungi Donald Trump pada pilpres lima tahun lalu, dalam pertemuan tertutup Dewan Keamanan Nasional Rusia.

Seperti melansir cnnindonesia.com, berdasarkan dokumen itu, pertemuan berlangsung pada 22 Januari 2016, mulai dari presiden Rusia, kepala intelijen dan menteri senior semuanya hadir.

Mereka sepakat adanya Trump di Gedung Putih akan membantu mengamankan tujuan strategis Moskow. Seperti "kekacauan sosial" di AS dan melemahnya posisi negosiasi presiden AS.

Tiga agen mata-mata Rusia diperintah menemukan cara praktis untuk mendukung Trump, demikian seperti dalam dokumen yang dibubuhi tanda tangan Putin.

Pada titik ini, Trump yang paling menonjol dalam pertarungan mendominasi partai Republik.

Dalam sebuah laporan yang disiapkan Departemen Ahli, Putin merekomendasikan Moskow menggunakan kekuatannya semaksimal mungkin untuk memastikan kemenangan Trump.

"Sangat penting untuk menggunakan semua kekuatan yang mungkin untuk memfasilitasi pemilihannya (Trump) ke jabatan presiden AS," kata dokumen itu.

Hal tersebut akan membantu mewujudkan "skenario politik" yang disukai Rusia. Kemenangan Trump "pasti akan mengarah pada ketidakstabilan sistem sosial politik AS," dan Rusia menyaksikan ketidakpuasan itu meledak ke ruang publik, prediksi dokumen itu.

Badan intelijen Barat disebut telah mengetahui dokumen itu dan sudah memeriksanya dengan cermat. Lembaran-lembaran yang ditinjau The Guardian tampaknya mewakili kebocoran yang cukup serius dan bukan hal yang lazim dari Kremlin.

Menanggapi hal tersebut Kremlin memilih acuh. Juru Bicara Kepresidenan Rusia, Dmitri Peskov mengatakan anggapan para pemimpin Rusia telah bertemu dan setuju mendukung Trump dalam Pilpres 2016 lalu adalah, "khayalan yang luar biasa."

Namun, ada bukti yang menunjukkan bahwa pertemuan Januari 2016 itu terjadi. Berdasarkan foto resmi, Putin duduk di meja, di bawah bendera Federasi Rusia. Perdana Menteri Rusia saat itu, Dmitry Medvedev,turut hadir bersama dengan menteri luar negeri senior, Sergei Lavrov.

Ikut hadir pula Sergei Shoigu menteri pertahanan yang bertanggung jawab atas GRU, badan intelijen militer Rusia; Mikhail Fradkov, kepala dinas intelijen asing SVR Rusia saat itu; dan Alexander Bortnikov, kepala agen mata-mata FSB Nikolai Patrushev, mantan direktur FSB, juga hadir sebagai sekretaris dewan keamanan.

Menurut siaran pers, diskusi itu hanya mencakup ekonomi dan Moldova.

Dokumen yang dilihat oleh Guardian menunjukkan tujuan nyata dan terselubung dewan keamanan yakni untuk membahas proposal rahasia yang disusun oleh lembaga analitis presiden sebagai tanggapan atas sanksi AS terhadap Moskow.

Putin telah berulang kali membantah tuduhan ikut campur dalam demokrasi barat. Namun, dokumen itu tampaknya bertentangan dengan klaim presiden.

(Ade Irmansyah\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar