Alat Tes Covid-19

YLKI: Ada Kasus Tes GeNose Positif, Tapi Negatif Saat Tes Dengan PCR

Rabu, 31/03/2021 15:55 WIB
Ilustrasi tes Covid-19 dengan GeNose (Tirto)

Ilustrasi tes Covid-19 dengan GeNose (Tirto)

law-justice.co - Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia atau YLKI Tulus Abadi mengungkapkan pernah ada kasus positif palsu pada tes Covid-19 dengan GeNose yang dialami seorang penumpang kereta api jarak jauh. Kejadian tersebut berlangsung pada Februari lalu.

“Waktu itu Ketua Lembaga Konsumen Jawa Timur yang mengalami. Hasil GeNose-nya dinyatakan positif, tapi konsumen tidak percaya dan tes ulang dengan PCR, ternyata hasilnya negatif,” ujar Tulus saat dihubungi pada Rabu (31/3/2021)

Tulus mengatakan peristiwa tersebut mirip dengan kasus-kasus yang terjadi pada hasil rapid test antibodi yang saat ini sudah tidak berlaku di simpul transportasi. Alat tersebut dinilai tidak memiliki tingkat akurasi yang mumpuni untuk mendeteksi virus corona dalam tubuh seseorang. “Memang tidak 100 persen tingkat akurasinya,” ujar dia.

Tulus mengimbau penumpang yang akan melakukan perjalanan untuk melakukan tes berlapis menggunakan alternatif pengecekan lain, seperti tes rapid antigen dan tes usap dengan metode PCR.

“Sebaiknya dites ulang agar lebih presisi. Bagaimana pun level akurasi tes GeNose masih di bawah tes antigen,” ujar Ketua YLKI tersebut.

Di samping itu, Tulus mengingatkan pemerintah untuk menyusun aturan yang lebih ketat pada pelaksanaan tes GeNose agar tidak menimbulkan mata rantai baru penularan virus corona. Sebab, pada 1 April nanti, pemerintah akan memperluas penggunaan GeNose di angkutan lainnya, seperti sektor udara.

Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Pandu Riono, mengatakan GeNose belum benar-benar teruji tingkat prediksinya dan akurasinya. Menurut dia, klaim akurasi alat pendeteksi yang mencapai 90 persen belum meyakinkan lantaran uji coba terhadap sampel dianggap belum terlampau optimal. Hal ini mengacu pada angka masyarakat terinfeksi virus corona di Indonesia.
“Angka orang yang terinfeksi di Indonesia masih rendah, mungkin hanya 5 persen. Bagaimana mendeteksi orang membawa virus dari 5 persen itu,” tutur Pandu.

Pandu khawatir alat pendeteksi GeNose akan memberikan hasil negatif palsu yang berpengaruh terhadap psikologi masyarakat. Dengan klaim akurasi 90 persen itu, kata dia, sebagian masyarakat yang terdeteksi negatif Covid-19 bisa saja melepas masker dan tidak menerapkan protokol kesehatan.

“Jadi kalau Kementerian Kesehatan memberikan izin (GeNose) pakai sementara 1 tahun, seharusnya itu untuk riset, untuk perbaiki prosedur, bukan untuk buka layanan,” tutur Pandu.

Ketua Tim Pengembang GeNose, Kuwat Triyana, menjelaskan GeNose mampu mendeteksi seseorang yang baru dua hari terpapar virus Covid-19, sedangkan tes PCR atau rapid antigen belum mampu mendeteksi pada periode yang sama.

"Kalau orang itu terpapar baru 2 hari, Insya Allah sudah ke-detect, tapi kalau kita menggunakan PCR maupun antigen itu belum ke-detect," katanya seperti dikutip Bisnis, 31 Januari lalu.

Kalau hasil GeNose seseorang positif tapi hasil test PCR negatif, ujar Kuwat, belum tentu mereka benar-benar negatif atau terbebas dari Covid-19. Dengan begitu, bila ingin memastikan apakah seseorang terjangkit atau tidak, mereka disarankan melakukan tes PCR pada hari keempat atau kelima setelah terpapar atau bukan pada hari yang sama dengan tes GeNose.

 

 

 

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar