Din Dituduh Radikal, PAN : Banyak Pihak Tersinggung dengan Tuduhan Itu

Minggu, 14/02/2021 14:02 WIB
Ketua Fraksi PAN DPR RI Saleh Partaonan Daulay (Foto :Istimewa)

Ketua Fraksi PAN DPR RI Saleh Partaonan Daulay (Foto :Istimewa)

law-justice.co - Fraksi PAN menyayangkan tuduhan terhadap Prof. Din Syamsuddin yang disebut sebagai seorang yang radikal, karena makna radikal itu sendiri sebetulnya belum dipahami secara utuh oleh mereka yang melabeli itu.

Ketua Fraksi PAN DPR RI Saleh Daulay menyebut Istilah radikal tidak selamanya buruk. Namun, ketika diaporkan ke KASN berarti makna radikal itu sendiri menjadi jelek dan buruk.

"Karena itu, kami tentu merasa bahwa tuduhan itu menyakiti salah seorang tokoh besar Indonesia yang selama ini dikenal sebagai orang yang memberikan keteduhan, dan membangun dialog lintas agama, lintas peradaban, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia internasional," ujar Ketua Fraksi PAN Saleh Partaonan Daulay melalui keteranganya, Minggu (14/02/2021).

Saleh menyebutkan kalau Din Syamsuddin itu selalu menggelar dialog interfaith, dialog antaragama, serta dialog antarperadaban.

Ia juga kerap ikut serta di dalam organisasi-organisasi interfaith seperti itu bukan hanya di Indonesia, tetapi juga dunia internasional.

Bahkan kata Saleh, Din juga pernah juga bicara di PBB, terkait dengan bagaimana Indonesia bisa membangun hubungan yang sangat harmonis, kemudian meningkatkan kohesivitas sosial yang didasarkan pada Pancasila dan UUD 1945.

"Semua orang bisa mendengar ceramah beliau di PBB, itu ada di youtube, silakan saja, masih terekam dengan bagus," katanya.

Kemudian, Politisi PAN tersebut menganggap kalau dirinya dekat dengan Din Syamsuddin. Pasalnya, Din merupakan seniornya di Muhamamdiyah, dan juga seniornya di Pemuda Muhammadiyah, dan bahkan Din juga merupakan dosennya di UIN Syarif Hidayatullah.

"Mata kuliah yang Beliau ajarkan, mata kuliah yang saya ambil itu adalah mata kuliah yang saya kira sangat modern, terutama tentang pemikiran Islam kontemporer," ungkapnya.

"Nah, pemikiran Islam kontemporer yang diajarkan itu di dalamnya ada toleransi, ada dialog, ada civil society dalam perspektif Islam, dst. Karena itu, saya paham betul bagaimana pemikiran dan gerakan Pak Din Syamsuddin," sambungnya.

Anggota Komisi IX DPR RI tersebut juga menuturkan kalau misalnya Din mungkin menyampaikan satu, dua kritik kepada pemerintah, itu harus dipastikan bahwa kritik beliau itu dalam konteks membangun Indonesia.

"Karena, tentu di dalam sistem demokrasi yang kita anut seperti ini harus ada juga kritik yang konteksnya membangun. Saya pastikan Pak Din Syamsuddin tidak ada niat sedikit pun berniat buruk, berniat jahat dan membenci dalam kritiknya itu," tuturnya.

Hal itu harus dimaknai sebagai tugas Din sebagai seorang profesor, tugas beliau sebagai tokoh umat, tokoh bangsa dan juga sebagai warga negara.

Menurutnya, Presiden Jokowi juga sudah menyatakan tidak masalah kalau pemerintah dikritik. Ia nempertanyakan bila ada sekelompok kecil orang di ITB yang mengatakan seperti itu.

"Lalu, saya juga sudah menghubungi beberapa alumi ITB,  bahkan tokoh-tokoh yang pernah juga menjabat di republik ini. Terkait dengan kelompok itu, mereka mengatakan itu kelompok kecil saja di ITB, mengatasnamakan ITB seperti itu,"

Menutup keteranganya, Saleh menyatakan bila sebetulnya masih banyak pendukung Din Syamsuddin di ITB itu sendiri, mulai alumni, mahasiswa, dosen, masih banyak yang bersimpati, menghormati dan tidak sesuai dengan pemikiran yang dilaporkan (GAR-ITB) itu.

"Oleh karena itu, saya mendorong agar pelaporan dan labelisasi radikal kepada Prof. Din Syamsuddin segera dicabut. Banyak orang yang tersinggung. Tidak hanya Pak Din, tetapi juga banyak kalangan dari berbagai latar belakang. Lebih baik kita fokus merajut kohesivitas dalam menangani pandemi ini. Kita hindari segala hal yang memancing kegaduhan," tutupnya.

(Givary Apriman Z\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar