Pakar Kaget Jika Negara Barat Pakai Vaksin China, Ini Alasannya

Jum'at, 01/01/2021 22:03 WIB
Vaksin Sinopharm yang dipakai China untuk suntikan warganya (Tribunnews)

Vaksin Sinopharm yang dipakai China untuk suntikan warganya (Tribunnews)

Jakarta, law-justice.co - Negara-negara Barat belum satu pun yang menggunakan vaksin buatan China untuk melawan virus Corona. Namun, jika ada negara yang mengizinkan vaksin tersebut maka para pakar pun akan kaget.

Adapun vaksin yang dimaksu adalah vaksin Sinopharm yang telah disetujui pihak regulator China. Pihak regulator China telah menyetujui penggunaan vaksin Covid-19 yang dikembangkan Sinopharm.

Persetujuan itu mengemuka setelah Sinopharm mengatakan efektivitas vaksin tersebut mencapai 79,34%, sebagaimana tertera pada analisis sementara uji klinis fase tiga.

Dalam keterangan kepada para wartawan pada Kamis (31/12), Deputi Komisioner Lembaga Produk Medis Nasional, Chen Sifei, mengatakan pihaknya telah memberikan "izin secara bersyarat" pada vaksin Sinopharm.

Izin dalam kategori itu membantu obat darurat digunakan secara massal ketika uji klinis belum memenuhi standar, namun terindikasi berfungsi ampuh.

"Keuntungan yang diketahui dari vaksin baru virus corona Sinopharm lebih besar dari risiko yang diketahui dan yang berpotensi menjadi risiko," kata Chen sebagaimana dikutip kantor berita AFP.

Pemberian izin ini juga memberikan wewenang kepada pemerintah untuk "memperluas vaksinasi kepada kelompok berisiko tinggi, mereka yang rentan mengalami infeksi virus nan parah...dan para lansia," ujar Zeng Yixin, Wakil Menteri Komisi Kesehatan Nasional.

China menghadapi tantangan untuk menyediakan vaksin bagi populasinya yang mencapai lebih dari 1,3 miliar jiwa.

"Secara umum, kami harus memvaksinasi 60% sampai 70% untuk menciptakan perlindungan universal," tambah Zeng.

Vaksin Sinopharm adalah vaksin pertama yang disetujui pihak regulator China. Belum diketahui kapan vaksin Sinovac mendapat persetujuan.

Beijing Biological Products Institute Co., yang merupakan subsider dari perusahaan Sinopharm, menyatakan pada Rabu (30/12) bahwa vaksin Sinopharm aman dan orang yang mendapat dua dosis bakal memproduksi antibodi dalam taraf tinggi.

Akan tetapi, pernyataan itu tidak memberikan rincian data, seperti berapa banyak orang yang diuji, jumlah responden yang mengidap virus corona, dan efek samping vaksin.

"Kami belum melihat rincian penting, seperti jumlah responden dan jumlah pengidap dalam uji klinis vaksin fase tiga.

Persetujuan China mengindikasikan bahwa setidaknya pihak regulator mendapat akses pada informasi penting itu," kata Dong-Yan Jin, profesor fakultas ilmu biomedis Universitas Hong Kong kepada Reuters.

Nikolai Petrovsky, profesor dari Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat Universitas Flinders di Australia, skeptis dengan data Sinopharm dan kabar mengenai persetujuan dari pihak regulator China.

"Terdapat sedikit data pada vaksin China. Sehingga meski hasil utama menunjukkan efektivitas 79%, sulit diketahui apa artinya itu tanpa akses pada semua data," ujarnya kepada Reuters.

"Saya akan sangat kaget jika ada negara Barat yang menyetujui vaksin China ini tanpa lebih banyak data," tutupnya.

 

(Nikolaus Tolen\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar