Resmi Jabat Ketum MUI Gantikan Maruf Amin, Ini Sosok Miftachul Akhyar

Jum'at, 27/11/2020 05:21 WIB
KH Miftachul Akhyar resmi terpilih menjadi Ketua Umum (Ketum) Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) masa bakti 2020-2025. (Radar Surabaya).

KH Miftachul Akhyar resmi terpilih menjadi Ketua Umum (Ketum) Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) masa bakti 2020-2025. (Radar Surabaya).

Jakarta, law-justice.co - KH Miftachul Akhyar resmi terpilih menjadi Ketua Umum (Ketum) Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) masa bakti 2020-2025.

Dia terpilih berdasarkan musyawarah yang dilakukan oleh 17 Tim Formatur yang dipilih oleh peserta Munas X MUI yang digelar di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis (26/11) malam.

"Bahwa Ketum Terpilih adalah Almukarom Miftachul Akhyar," kata anggota Tim Formatur Munas MUI, Ma`ruf Amin, Jumat (27/11) dini hari.

Pengumuman itu lantas disambut tepuk tangan yang meriah dari peserta Munas.

Miftachul menjadi Ketua Umum MUI ke-8 sejak organisasi ini berdiri pada 1975 lalu. Ia menggantikan posisi Ma`ruf Amin menjabat sebagai Ketum MUI 2015-2020. Kini Ma`ruf menjabat sebagai Wakil Presiden RI.

Diketahui, Miftachul sendiri sempat disebut-sebut masuk dalam bursa calon ketua umum MUI 2020-2025. Kiai Miftah, begitu ia akrab disapa, sampai saat ini masih menjabat sebagai Rais Aam PBNU sejak 2018 lalu.

Sementara itu, beberapa jajaran pengurus Dewan Pimpinan MUI juga telah terpilih dalam Munas X MUI. Diantaranya Amirshah Tambunan terpilih sebagai Sekretaris Jendral MUI.

Selain itu, Ma`ruf Amin terpilih sebagai Ketua Dewan Pertimbangan MUI periode 2020-2025. Ia menggantikan posisi Din Syamsuddin yang menjabat posisi tersebut pada periode 2015-2020.

"Ketua Dewan Pertimbangan adalah Ma`ruf Amin," kata Ma`ruf mengumumkan dirinya sendiri.

Pengumuman itu lantas disambut tepuk tangan yang meriah dari peserta Munas.

Pelaksanaan Munas X MUI kali ini berbeda dengan penyelenggaraan sebelumnya karena digelar di tengah pandemi virus Corona. Munas menggunakan protokol kesehatan pencegahan corona yang ketat. Para peserta Munas diselenggarakan dengan dua cara dengan melalui online dan offline.

Ulama NU Pendorong Transparansi Pandemi

Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Miftachul Akhyar mempunyai rekam jejak pendorong transparansi dalam hal penanganan Covid-19 sejak awal pandemi serta peduli pada pencerahan umat.

Miftachul selama ini dikenal sebagai kiai kharismatik dan berpengaruh di kalangan warga Nahdhatul Ulama (NU). Pria kelahiran Surabaya, 1 Januari 1953, itu saat ini masih menjabat sebagai Rais Aam Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) sejak 2018.

Jabatan itu ia emban usai menggantikan posisi Ma`ruf Amin yang memutuskan maju sebagai calon wakil presiden mendampingi Joko Widodo di Pilpres 2019 lalu. Kini, Miftachul pun menjadi pengganti Ma`ruf di kursi Ketum MUI.

Diketahui, Ma`ruf Amin adalah Ketua Umum MUI masa bakti 2015-2020. Namun, setelah menjabat sebagai Wakil Presiden RI periode 2019-2024 ia menjadi ketua umum nonaktif di MUI pusat.

Miftachul atau Kiai Miftah adalah sosok yang akrab dengan lingkungan NU sejak usia belia. Sebab, ia lahir dan besar dari tradisi keilmuan dan mengabdi dalam kepengurusan Nahdlatul Ulama sejak muda.

Dia merupakan anak seorang kiai NU pengasuh Pesantren Tahsinul Akhlaq Rangkah, Surabaya bernama Abdul Ghoni. Saat muda, ia tercatat pernah belajar di pelbagai pesantren NU seperti Pesantren Tambak Beras, Pesantren Sidogiri, hingga Pesantren Lasem di Jawa Tengah.

Di kepengurusan NU, Miftah mengawalinya dari struktur kepengurusan terendah. Ia tercatat pernah menjabat sebagai Rais Syuriyah PCNU Surabaya 2000-2005, Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur 2007-2018 hingga naik menjadi Wakil Rais Aam PBNU. Jabatan Rais Aam diketahui sebagai titik tertinggi di PBNU.

Mengikuti jejak sang Ayah, Miftah turut mendirikan pondok pesantren di daerah Kedung Tarukan, Surabaya bernama Pesantren Miftachussunnah pada 1982 lalu. Sampai saat ini ia masih berstatus sebagai pengasuh pesantren tersebut.

Pemikiran maupun pernyataan Miftah belakangan ini turut disorot oleh publik secara luas. Ketika pandemi Covid-19 mulai menyebar di Indonesia, Miftah meminta pemerintah membuka secara detail pemetaan zona persebaran Virus Corona dari lingkup terkecil seperti desa-desa.

Zona itu, kata dia, harus dibuka agar menjadi acuan pelaksanaan Surat Edaran Menteri Agama tentang Panduan Ibadah di Bulan Ramadhan di tengah wabah Corona.

"Pemerintah bila perlu membuka peta zona Covid-19 sampai diperkecil ke tingkat desa hingga tingkat kampung. Biar terlihat mana yang zona hijau, zona kuning, dan zona merah. Ini yang bisa hanya pemerintah, biar rakyat tidak semakin bingung," kata Miftah pada April 2020.

Tak hanya itu, Miftah juga sangat memerhatikan terhadap isu-isu perdamaian di Palestina selama ini. Ia sempat menyampaikan sikap resmi NU dalam Webinar Internasional bertema "Ulama Nusantara Bela Al-Aqsha" yang diikuti sejumlah ulama dari Palestina dan sejumlah negara Asia pada September 2020.

Pada kesempatan itu, Miftah mengingatkan agar umat Islam bersatu demi Palestina karena kini banyak godaan yang mengganggu umat Islam.

"Saat ini banyak godaan dunia yang mengganggu umat sehingga menjauh dari Islam termasuk zionis yang memiliki niat jahat untuk merusak umat Islam," kata Miftah.

Usai terpilih sebagai Ketum MUI, Miftachul menekankan pentingnya memberikan pencerahan kepada umat terkait posisi lembaganya yang merupakan mitra pemerintah.

"Situasi kondisi yang mungkin bisa disebut sebagai zaman disrupsi teknologi yang saat ini merupakan sebagai kewajiban kita sebagai pewaris para anbiya, untuk bisa memberikan pencerahan pada umat sekaligus tanggung jawab kita sebagai mitra pemerintah," kata pria yang akrab disapa Miftah tersebut, Jumat (27/11).

(Ade Irmansyah\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar