KAMI Dinilai Bukan Menyelamatkan Indonesia, Tapi Ganggu Presiden

Kamis, 27/08/2020 23:49 WIB
Deklarasi KAMI Di Tugu Proklamasi. (Helmi/law-justice.co)

Deklarasi KAMI Di Tugu Proklamasi. (Helmi/law-justice.co)

Jakarta, law-justice.co - Sindiran Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri terhadap Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) itu sangat tepat. Pasalnya, Menurut pengamat politik Boni Hargens, gerakan yang diprakarsai Din Syamsuddin dan Gatot Nurmantyo dkk itu bukanlah gerakan moral sebagaimana yang digembor-gemborkan.

"Sindiran yang disampaikan Bu Mega itu tepat, akurat dan kontekstual, bahwa KAMI memang gerakan politik," ujar Boni, dilansir dari Pojoksatu.id, Kamis (27/8/2020).

Boni tak melihat ada niatan KAMI sebagai sebuah gerakan moral sebagaimana klaim yang disampaikan kepada publik. Sebaliknya, Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) ini melihat ada gerakan politik di baliknya.

"Saya tidak memandang KAMI sebagai gerakan moral. Saya melihat gerakan politiknya, mencermati motif di baliknya," katanya.

Bahkan, Boni menyebut motif politik KAMI itu sangat jelas terlihat. Hal itu terlihat dari propaganda anti-Pemerintahan Jokowi-Ma’ruf yang disuarakan pada tokoh dan deklaratornya. Namun, ia meyakini upaya KAMI itu sulit mendapat simpati dari publik.

"Dalam kondisi pandemi saat ini, yang dibutuhkan rakyat bukan manuver-manuver politik seperti itu. Gerakan KAMI bukan untuk menyelamatkan Indonesia, tetapi menggangu Presiden Jokowi," ungkapnya.

Senada juga disampaikan pengamat politik M Sukron yang menilai sindiran Megawati itu itu kontekstual dan relevan. Bahkan ia menilai, KAMI yang mengaku gerakan moral justru terkesan ingin melengserkan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Kalau KAMI itu murni gerakan moral, seharusnya ketika deklarasi kemarin jangan ada poster yang menyuarakan pemakzulan presiden," jelasnya.

Terlebih, dalam deklarasi di Tugu Proklamasi itu, tampak sejumlah tokoh yang berkaitan dengan kegiatan politik. Salah satunya, kata Sukron, adalah Gatot Nurmantyo yang pada 2019 lalu gagal menjadi capres.

"Jadi sindiran yang disampaikan Bu Mega itu sangat mengena," kata Sukron.

Sukron lantas mengungkit proses lahirnya Partai Nasdem oleh Surya Paloh yang diawali dengan mendirikan ormas Nasional Demokrat di awal 2010 silam. Saat itu, sejumlah tokoh juga digandeng Surya Paloh. Di antaranya adalah Anies Baswedan. Namun pada akhirnya, ormas NasDem bertransformasi menjadi partai politik.

"Jadi perlu kita mencatat soal kemurnian gerakan ini (KAMI)," ucapnya.

Sebelumnya, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri tiba-tiba mengomentari deklarasi Koalisi Aksi Menyelematkan Indonesia (KAMI). Hal itu terjadi saat Megawati menyampaikan arahannya dalam dalam sekolah partai gelombang II secara daring, Rabu (26/8/2020). Kali ini, Presiden kelima RI itu menanggapinya dengan tertawa.

"Saya suka ketawa. Kemarin ada pemberitaan, ada orang yang bentuk KAMI," tuturnya.

Megawati menduga KAMI bakal jadi ‘kendaraan’ politik bagi tokoh-tokoh yang ada di dalamnya. Bahkan, ia menyebut bahwa mereka adalah orang-orang yang sangat berhasrat jadi Presiden RI.

"Wah, KAMI itu kayaknya banyak banget yang kepingin jadi presiden," katanya.

Untuk itu, putri Proklamator RI tersebut menyarankan orang-orang di dalam KAMI membentuk partai politik. Dengan begitu, hasrat dan keinginan menjadi orang nomor satu di Indonesia bisa tersalurkan.

"Ya daripada bikin seperti itu, kenapa ya dari dulu enggak cari partai," jelasnya.

(Hendrik S\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar