Langgar HAM, Kawin Tangkap di NTT Harus Dihilangkan

Rabu, 01/07/2020 19:15 WIB
Tradisi kawin tangkap di Sumba, NTT (hipwee)

Tradisi kawin tangkap di Sumba, NTT (hipwee)

Kupang, law-justice.co - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (Pemprov NTT) dengan tegas mengatakan ketidaksetujuannya dengan tradisi kawin tangkap di Kabupaten Sumba Tengah. Tradisi tersebut dinilai melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) dan harus dihilangkan.

"Pemprov NTT mendukung setiap upaya untuk menghilangkan dampak-dampak budaya, adat istiadat yang melanggar hak asasi manusia," kata Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi NTT Marius Ardu Jelamu seperti dikutip dari detikcom, Selasa (30/6/2020).

Untuk itu dia meminta para tokoh agama dan masyarakat agar membantu menghilangkan tradisi yang tidak mendukung prinsip kesetaraan atau keadilan.

"Jadi di dalam era kehidupan modern sekarang, di mana prinsip kesetaraan, keadilan, menghormati martabat manusia dan hak asasi, harus ada upaya dari para tokoh, baik dari pemerintah maupun tokoh-tokoh agama, tokoh adat, untuk bisa menghilangkan budaya-budaya adat yang membelenggu kemanusiaan. Ini kan membelenggu kemanusiaan dan martabat manusia," katanya.

Dia tak ingin tradisi yang ada di masyarakat bertentangan dengan HAM. Padahal menurutnya, tradisi seharusnya menjadi sarana untuk meningkatkan martabat manusia.

"Jadi kita harapkan pemerintah kabupaten di daratan Sumba, tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh adat untuk duduk bersama bicarakan bersama, sosialisasikan bagaimana aspek kesetaraan, kemartabatan, keadilan, universalitas, kemanusiaan dan sebagainya. Jangan sampai adat istiadat itu justru berlawanan dengan HAM. Tidak boleh. Adat istiadat harus jadi bagian dari kehidupan manusia dan bagian dari upaya meningkatkan martabat manusia," jelas Jelamu.

Meski demikian, dia mengaku terkait kawin tangkap ini belum dibahas oleh Gubernur NTT Victor Laiskodat.

"Kita tidak bisa kembali lagi ke jaman Siti Nurbaya. Kalau Siti Nurbaya kan perempuan itu pingitan tunggu dijodohkan orang tua, masih lebih halus. Ini tiba-tiba diambil di tengah jalan repot ini. Para intelektual Sumba harus berbicara, masa di jaman modern masih ada seperti itu," ujarnya.

Tradisi kawin tangkap ini menjadi perbincangan publik ketika sebuah video tentang penangkapan perempuan di jalan menajdi viral.

Sebuah video menunjukkan seorang perempuan tengah menangis dan berteriak saat digotong oleh sejumlah pria dan dibawa masuk ke satu rumah di Kabupaten Sumba Tengah. Sementara, satu video lainnya menampilkan seorang perempuan yang diculik oleh empat pria saat berada di satu terminal di Kota Weetabula, Kabupaten Sumba Barat Daya.

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar