Bukan Covid-19, Hal Menyeramkan Ini yang Paling Ditakuti Warga

Selasa, 09/06/2020 17:03 WIB
Ilsutrasi warga kelaparan (Ist)

Ilsutrasi warga kelaparan (Ist)

Jakarta, law-justice.co - Masifnya penyebaran virus corona hingga dijadikan pandemi covid-19 membuat semua orang menjadi takut. Namun, fakta lain diungkap setelah Voxpopuli Research Center melakukan survei.

Berdasarkan hasil survei dari lembaga yang dipimpin Dika Moehamad ini, sebenarnya yang paling ditakuti masyarakat adalah terjadinya kelaparan. Sebanyak 67,4 persen responden yang mengatakan hal tersebut daripada 25,3 persen yang mengatakan takut tertular Covid-19.

"Sebagian masyarakat memang masih mengkhawatirkan tertular Covid-19, tetapi lebih banyak yang merasa khawatir tidak dapat bekerja dan menerima penghasilan atau takut kelaparan," kata Direktur Eksekutif Voxpopuli Research Center Dika Moehamad dalam keterangan tertulis kepada pers di Jakarta, Selasa (9/6).

Menurutnya, berdasarkan survei yang dilakukan tanggal 26 Mei hingga 1 Juni 2020 itu, hanya ada 7,3 persen tidak tahu atau tidak menjawab.

Dengan alasan takut kelaparan itu, masyarakat pun menyetujui kebijakan pemerintah untuk menerapkan era new normal. Ada sebanyak 78,1 persen responden menginginkan pemberlakuan normal baru, sementara 16,5 persen yang tidak setuju, dan sisanya 5,4 persen tidak tahu atau tidak menjawab.

"Namun, mayoritas publik menyetujui diberlakukan normal baru dalam upaya menangani pandemik Covid-19," jelasnya.

Menurut Dika, dikotomi antara persoalan kesehatan atau ekonomi yang harus diutamakan, harus dipecahkan oleh para pembuat kebijakan. Setelah hampir tiga bulan terdampak Covid-19, publik menginginkan aktivitas ekonomi segera dibuka kembali.

Situasi normal baru memang membolehkan masyarakat untuk kembali beraktivitas, tetapi tetap harus menerapkan protokol kesehatan. Di antaranya penggunaan masker, tetap melakukan jaga jarak (physical distancing), hingga cuci tangan atau memakai penyanitasi tangan (hand sanitizer).

"Secara mutlak masyarakat bersedia memakai masker, jaga jarak, dan cuci tangan untuk mencegah penularan COVID-19 (84,3 persen), hanya sebagian kecil yang tidak bersedia (13,6 persen). Sisanya menyatakan tidak tahu atau tidak menjawab (2,1 persen)," katanya.

 

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar