Bukan Lelucon, Masker dari Bra Diproduksi Massal

Kamis, 23/04/2020 14:12 WIB
Model Jepang ubah bra tak terpakai menjadi masker untuk perlindungan dari virus corona (Dok/Twitter/asahinayumeno)

Model Jepang ubah bra tak terpakai menjadi masker untuk perlindungan dari virus corona (Dok/Twitter/asahinayumeno)

Jakarta, law-justice.co - Di tengah kelangkaan masker, sempat mencuat lelucon membuat pelindung wajah sendiri dari bra.

Akan tetapi, sebuah perusahaan fashion di Jepang benar-benar memproduksi massal masker dari bra, bukan sekadar lelucon, di tengah pandemi Covid-19.

Masker dari bra itu memang diproduksi sebuah perusahaan yang membuat pakaian dalam, Atsumi Fashion Co.

Perusahaan yang berbasis di Prefektur Toyama itu mulai menggunakan lapisan kain dari bra setelah seorang karyawan menyadari bahan serupa digunakan dalam masker sekali pakai, menurut Japan Times, dikutip Antara, Kamis, 23 April 2020.

"Kami berharap kami dapat berkontribusi pada masyarakat karena kekurangan masker terus berlanjut," kata Hiroshi Hinata, manajer penjualan perusahaan.

"Bahkan masker ini dapat mencegah virus menyebar ke orang lain melalui batuk atau bersin."

Karyawan mereka membuat masker setelah jam kerja di pabrik perusahaan di Himi. Mereka mencoba merancang metode baru setelah kota meminta bisnis lokal untuk membantu menyediakan masker bagi pekerja di Balai Kota, yang hanya memiliki 600 masker tersisa.

Atsumi Fashion berencana untuk membuat 1.000 masker untuk kota dan mendistribusikannya ke lembaga medis dan pendidikan, memprioritaskan mereka yang sangat membutuhkan.

Perusahaan lain juga telah mengalihkan sumber daya ke arah pembuatan masker.

Pada bulan Februari, Sharp Corp mengumumkan akan membuat 1.500 masker sehari pada pertengahan bulan ini. Sebelumnya, pembuat chip di Prefektur Kanagawa mulai menggunakan fasilitasnya untuk membuat masker.

Tetapi sementara perusahaan di seluruh negeri mengalihkan fasilitas dalam menanggapi kekurangan masker nasional, beberapa pihak justru mengambil keuntungan dari krisis.

Awal bulan ini, seorang anggota Majelis Prefektur Shizuoka meminta maaf karena menjual ribuan masker untuk keuntungan online (Pikiran Rakyat)

(Tim Liputan News\Yudi Rachman)

Share:




Berita Terkait

Komentar