Dihukum Senior, Siswa Seminari di NTT Dipaksa Makan Kotoran Manusia

Selasa, 25/02/2020 21:41 WIB
Ilustrasi (Adobe Stock)

Ilustrasi (Adobe Stock)

law-justice.co - Sekitar 77 siswa kelas VII seminari SMP Bunda Segala Bangsa (BSB) di Maumere, Nusa Tenggara Timur (NTT), dilaporkan “dihukum” oleh dua siswa senior dan dipaksa untuk memakan kotoran manusia minggu lalu.

Salah satu siswa yang menjadi sasaran pelecehan mengatakan bahwa kejadian itu bermula ketika mereka kembali ke asrama sekolah untuk beristirahat siang setelah makan siang.

Ketika mereka tiba di asrama, salah satu siswa senior mengatakan dia telah menemukan kotoran manusia di tas di dalam lemari yang biasanya kosong. Para senior memanggil semua siswa junior dan bertanya siapa yang meletakkan kotoran di dalam lemari.

Karena tidak ada yang mengakui melakukan hal itu, siswa - yang dirahasiakan namanya - mengatakan para senior mengambil kotoran manusia dengan sendok dan mencekoknya ke masing-masing dari 77 siswa junior.

Para siswa junior menerima penganiayaan karena mereka terlalu takut untuk melawan, kata siswa itu. "Itu sangat menjijikkan, tapi kami tidak bisa melawan," kata siswa kelas VII. Dia mengatakan setelah kejadian itu, para siswa senior memperingatkan mereka untuk tidak melaporkan kejadian itu kepada orang tua mereka.

Namun, salah satu korban memutuskan untuk berlari pulang dan memberi tahu orangtuanya tentang insiden itu, yang kemudian diumumkan kepada publik setelah salah satu orang tua siswa memprotes kelompok WhatsApp yang ditangani oleh petugas humas sekolah tersebut pada hari Jumat.

Maria Flora, salah satu orang tua, mengatakan bahwa dia kecewa, menggambarkan insiden itu sebagai tidak manusiawi. Dia meminta para senior yang terlibat dalam pelecehan itu diekspos dan dihukum atas tindakan mereka.

"Insiden ini tidak akan diterima di negara mana pun di belahan dunia mana pun [...] Mungkin orang-orang yang menghukum juniornya dengan cara ini memiliki masalah mental," kata Maria, seperti dikutip dari pernyataannya di grup WhatsApp. 

Orangtua lain, Hetty Hendriyani, juga mengungkapkan kemarahannya. “Kami mengirim anak-anak kami ke sekolah seminari sehingga mereka dapat belajar menjadi orang baik, bukan diperlakukan dengan cara ini. Ini sangat mengecewakan, ”katanya.

Seminari SBS menolak untuk mengeluarkan pernyataan resmi ketika dihubungi oleh wartawan tentang kejadian tersebut. Namun, kompas.com melaporkan bahwa sekolah akan mengadakan pertemuan dengan orang tua siswa untuk membahas masalah ini.

Sumber: The Jakarta Post

(Liesl Sutrisno\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar