Faisal Basri: Rezim Makin Busuk, Rocky: Istana sama dengan Corona

Senin, 10/02/2020 08:29 WIB
Ekonom Senior, Faisal Basri (kanan) mengungkapkan bahwa rezim semakin busuk. Bagaimana tanggapan Rocky Gerung (kiri). (tribunnews).

Ekonom Senior, Faisal Basri (kanan) mengungkapkan bahwa rezim semakin busuk. Bagaimana tanggapan Rocky Gerung (kiri). (tribunnews).

Jakarta, law-justice.co - Pakar Ekonomi Senior Faisal Basri menyebut bahwa rezim semakin busuk.

Hal itu diungkapkan Faisal Basri terkait permasalahan pro kontra Omnibus Law, Jiwasraya, hingga pemilihan rektor.

Dilansir dari channel YouTube Rocky Gerung Official pada Rabu (7/2/2020), Faisal Basri menilai pemerintah semakin represif.

"Ini saya rasa sistematis saya rasa dan ini biasanya kalau sudah begini sudah tanda-tanda kalau sudah represif seperti ini tanda-tanda rezim semakin keropos, rezim semakin busuk gitu ya."

"Dan pilihannya serahkan pada rakyat kembali mau apa negeri ini," kata Faisal Basri.

Faisal Basri mengatakan bahwa pemerintah harus bisa melakukan perubahan-perubahan mendasar.

Ia meminta agar istana bisa menghilangkan orang-orang yang sudah terbukti korupsi.

"Mau kita taklukkan kalau kita bisa ubah kecenderungan ini, kalau kita bisa paksakan perubahan-perubahan mendasar misalnya menghilangkan anasir-anasir di dalam istana yang jelas-jelas korup anti perubahan dan sebagainya," ujar Faisal Basri.

Faisal mengatakan, jika Presiden Joko Widodo (Jokowi) mau melakukan perubahan mendasar maka dirinya akan mengapresiasi.

"Ya barangkali ada semacam kontrak baru Pak Jokowi menyesal di masa lalu sekarang mau bertobat mulai era baru kita dukung."

"Tapi kalau tidak ya mohon maaf," ungkap dia.

Mendengar itu, Rocky Gerung tertarik dengan istilah Faisal Basri soal anasir.

Menurutnya, Jokowi sengaja memasukkan orang-orang yang tidak baik ke dalam istana.

"Pak Faisal Basri pake istilah agak unik tadi, anasir-anasir di istana saya pikir dia mau ngomong unsur-unsur di istana."

"Kalau unsur-unsur yang enggak sengaja di situ, kalau anasir memang sengaja," jelas Rocky Gerung.

Sehingga, ia mengibaratkan istana seperti terkena Virus Corona.

"Jadi statusnya semacam corona virus. Corona kan artinya mahkota jadi virus yang ada di istana, istana itu mahkota," lanjutnya.

 

Faisal Basir Kritik Omnibus Law hingga Pemilihan Rektor

Selain itu, Faisal Basri juga mengkritik soal Omnibus Law atau Undang-undang Cipta Lapangan Kerja

Faisal Basri mengatakan bahwa Omnibus Law hanya akan menguntungkan investor.

"Apapun dilakukan untuk memberikan investasi yang sebesar-besarnya, membuka investasi sebesar-besarnya, apapun dikasih pajak dikasih, diturunkan, ada super tax tidak tebel, ada tax holiday 20 tahun, nanti pemilik lahan batu bara tidak dibatasi lagi lahannya," ujar Faisal Basri.

Namun, Omnibus Law nantinya akan merugikan dan bisa mengambil banyak hak-hak buruh.

Tak hanya itu, pemerintah daerah tak lagi diberikan kewenangan terkait investasi-investasi tersebut.

"Kemudian, perpanjangan otomatis macem-macem gitu, sementara yang dari buruh akan diambil, diotak-atik, pesangan, betul banyak masalah di buruh ini, tapi rohnya itu."

"Jadi diambil dari buruh, dia ambil dari pemerintah daerah karena pemerintah daerah ini pengacau dianggapnya oleh karena itu kewenangan pemerintah daerah itu harus dialihkan ke pusat," jelasnya.

Tak sampai di sana, Omnibus Law nantinya juga bisa merugikan lingkungan sekitar.

Sehingga, investor-investor lah yang diuntungkan dalam undang-undang Omnibus Law.

"Dan soal lingkungan juga mengganggu sehingga dipermudahlah dimensi lingkungan yang selama ini dipandang menganggu."

"Jadi yang diutamakan koorperasi yang diambil dicabut buruh, lingkungan, dan Pemda," ungkap Faisal Basri.

Faisal Basri mengatakan, demi memuluskan Omnibus Law ini parlemen juga harus diamakankan dengan mengajak hampir semua partai bergabung.

"Kemudian, disadari ini harus dilakukan segera macem-macem, diamankanlah parlemen, maka hampir semua partai masuk ke pemerintahan, 74 persen kursi parlemen secara otomatis dikuasai oleh pemerintah begitu," lanjutnya.

Termasuk Prabowo Subianto diajak berkoalisi agar tidak menghambat kebijakan pemerintah.

Pengamat Ekonomi, Faisal Basri menilai rezim sekarang adalah rezim yang buruk. Hal itu diungkapkan melalui akun channel YouTube Rocky Gerung Official yang tayang pada Kamis (6/2/2020). (Capture YouTube Rocky Gerung Official)

 

"Pak Prabowo juga diajak, pokoknya sehingga diharapkan tidak ada hambatan begitu," kata Faisal Basri.

Meski demikian, Faisal Basri mengatakan bahwa buruh nanti akan melawan hingga muncul gerakan separatisme-separatisme yang baru.

"Tapi mereka lupa ini bukan rezim otoritarian lagi, keterbukaan sudah sedemikian tidak bisa dibendung lagi, menurut saya ini akan melawan semua, buruh akan melawan, daerah akan melawan, akan muncul separatisme baru," ujar Faisal Basri.

Lalu, ia meniai pemerintah tidak bisa melindungi warga negaranya dalam kasus Jiwasraya.

Padahal, sudah ada undang-undang untuk melindungi para nasabah asuransi.

"Justru tugas azali negara melindungi rakyatnya tidak dilaksanakan hingga munculah kasus Jiwasraya."

"Karena negara abai, negara diamanatkan oleh negara dengan Undang-Undang nomor 40 tahun 2014 yang ditandantangani oleh Presiden SBY 17 Oktober 2014 mengatakan bahwa dalam waktu 3 tahun setelah Undang-Undang ini ada itu wajib ada yang namanya penjaminan police asuransi sehingga kalau ada apa-apa rakyat bisa terlindungi," jelas Faisal Basri.

Sehingga, pemerintah dianggap tidak peduli dengan nasib para nasabah.

"Nah ini harusnya kan sudah ada 2017 ini sudah 2020 jadi pemerintah ini abai, saya tidak tahu pemerintah abai."

"Konsekuensinya apa harus ada konsekuensinya dong," ungkapnya.

Ia menuturkan, kasus Jiwasraya ini lebih besar dari kasus Century.

"Pemerintah ini sudah diingatkan oleh BPK tentang pentingnya undang-undang ini, ini yang harus diingat lebih besar jauh dari khusus Century," lanjutnya.

Lalu, Faisal Basri mengkritik pemerintah yang seolah-olah sudah menyelesaikan kasus Jiwasraya.

"Dulu ada Pansus (Panitia Khusus) sekarang ada Panja. Kalau Panja (Panitia Kerja) itu kan dibatasi di level komisi jadi lebih sebagai masalah teknis, kalau Pansus kan masalah nasional lintas komisi."

"Nah ini dicoba dikendalikan juga seolah-olah semua sudah dikendalikan," kritiknya.

Selain itu, Faisal Basri juga mengkritik soal pemilihan rektor oleh pemerintah.

Menurutnya hal itu dilakukan agar bisa menyingkirkan mahasiswa yang mengkritik pemerintah.

"Kemudian juga kampus, kampus didukunglah rektor-rektor yang mendukung pemerintah supaya salah satu tugas rektor adalah mengeliminasi demonstrasi mahasiswa dan sebagainya," kata dia.

Sehingga, Faisal Basri menilai bahwa pemerintah sekarang merupakan rezim yang busuk.

"Ini saya rasa sistematis saya rasa dan ini biasanya kalau sudah begini sudah tanda-tanda kalau sudah represif seperti ini rezim semakin keropos, rezim semakin busuk gitu ya."

"Dan piihannya serahkan pada rakyat kembali mau apa negeri ini," protesnya. (wow.tribunnews.com).

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar