Perang Dagang, China Akui Kekalahan dan Ingin Negosiasi

Senin, 26/08/2019 19:39 WIB
Ilustrasi Perang Dagang Amerika-China (Kompas.com)

Ilustrasi Perang Dagang Amerika-China (Kompas.com)

Jakarta, law-justice.co - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa pajabat China sudah menghubungi "Gedung Putih" untuk mengajak negosiasi terkait perang dagang yang terjadi pada belakangan ini antara kedua negara.

"Pejabat China menghubungi untuk mengatakan "ayo kita kembali ke meja perundingan"," katanya seperti dilansir CNBC Indonesia dan AFP, Senin (26/8/2019).

Dalam pernyataannya di tengah KTT G7 di Prancis, Trump memberi sinyal positif pada keinginan China ini dan berkata bahwa Presiden Xi Jinping merupakan pemimpin yang hebat dan menyambut keinginan Beijing untuk berdamai.

Sementara itu, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan sebenarnya sangat gampang bagi AS berdamai dengan China. Asalkan ada hubungan perdagangan yang transparan di keduanya.

"Jika China setuju dengan hubungan yang jujur dan seimbang, kami akan segera menandatangai perjanjian dalam hitungan detik," tegasnya.

Menurutnya selama ini, China cenderung berat sebalah. Karena hal tersebut, AS melakukan tindakan tegas.

"Ini jalan satu arah. Mereka punya pintu masuk gratis ke pasar kami, investasi kami, perusahaan kami, namun kami tidak memiliki hal yang sama di sana. Itulah satu-satunya alasan mengapa kita berada dalam situasi ini dengan China," tegasnya.

Sebelumnya, Wakil Perdana Menteri Liu He, mengatakan China bersedia untuk menyelesaikan masalah dengan AS melalui konsultasi dan kerja sama dalam sikap yang tenang. Ia bahkan berujar dengan tegas bahwa pihaknya menentang eskalasi perang dagang.

Liu, mengatakan tidak ada negara yang akan diuntungkan dari perang dagang. "Kami percaya bahwa eskalasi perang dagang tidak menguntungkan bagi China, Amerika Serikat, atau untuk kepentingan rakyat dunia," katanya.

Dalam serial tweet-nya Jumat lalu, Trump kembali mengatakan akan menaikkan tarif barang-barang China hingga US$250 miliar, atau menjadi 30% dari sebelumnya 25% pada 1 Oktober.

Selain itu untuk produk bernilai US$ 300 Miliar, Trump juga akan menaikkan tarif hingga 15% dari sebelumnya 10%. Ini berlaku pada 1 September dan 15 Desember.

Komentar Trump muncul setelah China meluncurkan tarif baru untuk produk AS senilai US$ 75 miliar, termasuk untuk mobil. Hal ini juga membuat Trump memerintahkan sejumlah perusahaan AS memindahkan operasi dari China ke tempat lain.

Menurutnya, selama ini China sudah mencuri kekayaan intelektual AS, mulai dari UD$ 300 miliar hingga US$ 500 miliar per tahun. AS, ujar dia, bahkan kehilangan total hampir satu triliun dolar setahun selama bertahun-tahun karena Beijing.

Perang dagang AS dan China bergulir sejak Maret 2018. Sebelumnya, Trump mengumumkan pengenaan tarif 25% pada impor baja dan 10% pada aluminium sejumlah negara, termasuk China. Lalu China membalas dengan menerapkan bea masuk 15-25% pada 128 produk AS.

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar