Bom Meledak Ketika Resepsi Nikah, 63 Orang Tewas

Senin, 19/08/2019 04:39 WIB
Setidaknya 63 orang tewas dalam aksi bom bunuh diri di acara pernikahan di Kabul, Afghanistan, Sabtu (17/8/2019) (Telegraph.co.uk)

Setidaknya 63 orang tewas dalam aksi bom bunuh diri di acara pernikahan di Kabul, Afghanistan, Sabtu (17/8/2019) (Telegraph.co.uk)

Jakarta, law-justice.co - Bom meledak dalam sebuah acara resepsi pernikahan di Ibu Kota Kabul, Afghanistan yang menyebabkan 63 orang tewas dan melukai 182 orang.

Ledakan tersebut merupakan bagian dari teror bom bunuh diri yang melanda Afghanistan.

Melansir dari Reuters dan Detik.com, Minggu (18/8/2019), menurut Kementerian dalam negeri Afganistan aksi tersebut terjadi pada Sabtu malam.

Serangan tersebut terjadi ketika Taliban dan Amerika Serikat (AS) sedang berusaha untuk menegoisasikan kesepakatan terkait penarikan pasukan AS. Negoisasi ini merupakan imbalan atas komitmen Taliban pada pembicaraan soal keamanan dan perdamaian dengan pemerintah Afghanistan yang didukung AS.

Taliban menolak bertanggung jawab kejadian ini. Mereka justru mengutuk ledakan di aula pernikahan Kabul barat itu. Karena di sana ada lingkungan minoritas Syiah, yang juga hadir dalam acara pernikahan.

"Wanita dan anak-anak termasuk di antara korban," kata juru bicara kementerian dalam negeri Nasrat Rahimi.

Namun Presiden Ashraf Ghani mengatakan para militan tidak bisa lolos dari tuduhan atas serangan `biadab` tersebut. Menurutnyam justru Talibanlah yang jadi biang keladi tragedi ini.

"Taliban tidak dapat membebaskan diri dari kesalahan karena mereka menyediakan platform untuk teroris," katanya dalam sebuah posting di Twitter.

Ledakan itu terjadi usai serangan bom di sebuah masjid di Pakistan pada hari Jumat (16/8/2019) lalu, yang menewaskan seorang saudara pemimpin Taliban Haibatullah Akhundzada. Tidak ada yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan yang menewaskan empat orang dan melukai sekitar 20 orang itu.

Gambar-gambar di media sosial dari tempat ledakan Kabul menunjukkan tubuh berserakan di tengah meja dan kursi terbalik di aula pernikahan, dengan noda darah gelap di karpet. Residen Mohammad Hasan bergegas ke tempat kejadian setelah ledakan mengguncang.

"Saya melihat banyak wanita dan anak-anak menjerit dan menangis," katanya.

Untuk diketahui, aula pernikahan telah menjadi bisnis besar di Kabul lantaran ekonomi Afghanistan perlahan mulai meningkat. Keluarga membelanjakan lebih banyak untuk perayaan. Aula besar yang terang benderang kini berjejer di beberapa jalan pinggiran kota. Sebelumnya, pada bulan November bom juga pernah menyerang sebuah aula pernikahan di Afganistan. Setidaknya, saat itu 40 orang dilaporkan tewas.

Militan Negara Islam juga beroperasi di Afghanistan dan telah melakukan serangan berdarah di kota-kota besar, beberapa di antaranya ditujukan kepada anggota minoritas Syiah.

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar