2 Pabrik Akan Tutup, Sekitar 2.000 Pekerja Berpotensi Kena PHK

Selasa, 13/08/2019 06:29 WIB
Pekerja pabrik elektronik (Forbes.com)

Pekerja pabrik elektronik (Forbes.com)

Jakarta, law-justice.co - Ada dua pabrik di Batam, Kepulauan Riau yang berencana tutup, kata Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dan Presiden Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI), Said Iqbal.

Rencana penutupan pabrik ini, kata Said Iqbal akan berdampak pada sektor tenaga kerja. Said Iqbal menilai persoalan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang dilakukan perusahaan-perusahaan di Batam dapat terurai seandainya ada investasi baru yang masuk ke Batam.

Namun, apa yang terjadi di Batam, menurutnya seperti dilansir dari CNBC Indonesia, adalah bisnisnya sudah jalan di tempat. Investasi baru yang masuk tidak cukup banyak menyerap tenaga kerja yang terkena PHK.

"Di Batam, mayoritas perusahaan elektronik dan turunannya. Otomotif di Batam, sedikit sekali. Sebelumnya satu tahun lalu, di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bintan, ada industri tekstil tutup. Tapi di Bintan juga yang bertambah, industri pariwisata. Tapi Batam stuck," kata Iqbal, Senin (12/8/2019).

Menurut Iqbal, meski pemerintah saat ini tengah berfokus pada pengembangan industri 4.0, sektor manufaktur yang pertumbuhannya melambat juga perlu diperhatikan.

"Kita ingin usulkan ke Pak Jokowi, selain mempersiapkan industri 4.0, digitalisasi, atau robotik, seharusnya sektor manufaktur diperhatikan karena masih ada celah untuk menarik investor membangun pabrik di Indonesia," ucapnya.

Terkait persoalan PHK di Batam, Said Iqbal memandang persoalan ini terjadi lantaran kebijakan pelaku usaha untuk mengurangi jumlah produksi barang mereka. Langkah efisiensi pun ditempuh.

Pengurangan produksi, kata Iqbal, terjadi akibat pertumbuhan ekonomi yang belum baik dan beberapa regulasi kepabeanan dan pajak yang dianggap menjadi rintangan para pengusaha di Batam.

Dalam pernyataan sebelumnya, menurut Said Iqbal potensi PHK di sektor elektronik di Batam mendera sekitar 2.000 tenaga kerja.

Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan industri manufaktur di Kepulauan Riau, dalam tren melambat setahun terakhir. Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III-2018 sempat tumbuh positif 5,64% dibandingkan Triwulan II-2018.

Namun, pada triwulan IV-2018 melambat menjadi 3,79 persen dibandingkan Triwulan III-2018. Lalu pada triwulan I-2019 mengalami kontraksi perlambatan sampai 2,64% dibandingkan Triwulan IV-2018. Titik nadir terjadi, pada triwulan II-2019, sektor ini hanya tumbuh positif sebesar 2,55% dibandingkan Triwulan I-2019. Provinsi Kepulauan Riau, kontribusi industri manufaktur mencapai 36,86%

(Regi Yanuar Widhia Dinnata\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar