Gerindra Tak Ditinggal Pemilihnya Hanya Soal Prabowo Temui Jokowi

Senin, 22/07/2019 09:20 WIB
Capres dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto (Ist)

Capres dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto (Ist)

[INTRO]
Banyak pengamat yang menyatakan bahwa Partai Gerindra akan ditinggal oleh rakyat, karena mereka kecewa dengan pertemuan Prabowo dan Jokowi diatas MRT beberapa pekan yang lalu. Tanggapan seperti ini sebenarnya jelas tidak terbukti dengan nyata pada pileg 2019.
 
Pendukung atau pemilih partai Gerindra itu sudah jelas,dan pemilih partai Gerindra pasti pemilih dan pendukung Prabowo yang militan. Sedangkan pemilih dalam pilpres untuk pasangan 02, mereka hampir tidak memilih partai Gerindra, mereka memilih partai selain partai Gerindra. Jadi kalau narasi yang dibangun seakan-akan bahwa partai Gerindra akan ditinggal oleh pemilihnya pada pemilu 2024, itu adalah narasi yang menyesatkan, ujar pengamat politik Dr. Safri Muiz kepada law-justice.co di Jakarta, Senin (22/7).
 
Karena Prabowo masih ada di partai Gerindra pada pemilu 2024, maka ketokohan Prabowo masih sangat menopang partai Gerindra pada tahun yang akan datang. Partai Gerindra adalah partai kader, pemilih Gerindra taat dan loyal kepada pimpinannya. Itu sangat jelas dari beberapa kejadian politik, yang menyangkut pengerahan massa. Bila Prabowo meminta kepada pendukungnya untuk tidak perlu ikut dalam aksi masa tersebut, terlihat jelas kegiatan aksi masa itu tidak akan diikuti oleh pendukung Prabowo. Mereka jelas pemilih partai Gerindra, karena semua irisan yang menyakut Prabowo bisa dipastikan adalah pemilih Prabowo. 
 
Safri mengatakan sejak Partai Gerindra berdiri hampir tiga kali mengikuti pemilu, kecenderungan suara pemilih partai Gerindra meningkat sangat signifikan. Ini terlihat begitu berhasilnya pola pengkaderan yang dilakukan oleh partai Gerindra di setiap tingkatan, dan ingat partai Gerindra ditopang oleh seorang tokoh nasionalis dan kuat yaitu Prabowo Subianto.
 
Kecenderungan pemilih setiap pemilu setelah era reformasi, menunjukan bahwa perilaku pemilih di Indonesia adalah perilaku pemilih rasional untuk pileg, sedangkan dalam pilpres kecenderungannya pemilih masih berkutat pada figur ketokohan calon. Jadi anggapan bahwa partai Gerindra pada pemilu 2024 akan ditinggal oleh pemilihnya, apalagi ada anggapan bahwa pemilih ini akan nyebrang ke partai Berkarya dan partai Gelora (partai baru besutan Anis Mata dan Fahri Hamzah).
 
Menurut Safri, hal itu tidak akan terjadi, karena rasionalitas pemilih tidak akan terbangun oleh para politisi kedua partai tersebut. Hal itu dapat kita lihat dari pemilu ke pemilu, masih kuatnya partai lama dalam membangun rasionalitas pemilih. Terbukti dalam perilaku pemilih pemilu legislatif tahun 2019, partai yang mendulang suara pemilih yang sangat signifikan adalah PDI-P, Gerindra dan partai Golkar. 
 
Pemilu 2024 juga akan sangat dipengaruhi oleh perilaku dari para politisi partai yang duduk di Senayan. Karena perilaku politisi ini akan dilihat oleh rakyat, apakah mereka benar menjalankan tugas mereka sesuai ekspektasi rakyat. Kalau tidak memenuhi harapan rakyat, kita yakin bahwa pemilu 2024, hanya ritualitas peralihan kepemimpinan nasional di era demokrasi yang semu, lanjut Safri. 
 
Apakah suara-suara yang mendukung Prabowo diluar kader partai Gerindra, pada pilpres 2019 akan lari, jika Prabowo melakukan rekonsiliasi dengan Jokowi? Jawaban itu pastilah tidak akan lari, karena ketokohan Prabowo sampai 2024 masih akan kuat dan melekat, itu terbukti dari tiga kali pilpres, termasuk pilpres 2019 yang lalu. Figur Prabowo tidak pernah tergeser, karena gerakan dan perilaku Prabowo cenderung tidak berubah.
 
Prabowo sejak mendirikan partai Gerindra tidak pernah melakukan manuver yang cenderung menyakiti rakyat yang memilih dia. Prabowo ucapan dan tindakannya flat, dan tidak dibuat-buat, tapi apa adanya. Ini yang membuat seorang Prabowo tetap bertahan tanpa beban  sebagai tokoh nasional, yang dipercaya bisa membawa Indonesia adil dan makmur.
 
Jadi kalau ada anggapan bahwa partai Gerindra akan ditinggal, dan para pemilihnya akan cenderung pindah ke dua partai yaitu partai Berkarya dan partai Gelora itu tidak masuk diakal sehat kita. Kita melihat kedua partai baru ini pada pemilu 2024 lolos saja dari parlemen treshhold itu adalah prestasi yang sangat besar. Karena pada pemilu 2024 itu nanti ketiga partai naaionali yaitu PDI-P, Gerindra dan Golkar masih akan menguasai pemilu legislatif. Ketiga partai tersebut, para politisinya sangat piawai dalam menyambut rasionalitas pemilih disetiap pemilu di Indonesia pasca reformasi, lanjut Safri.

(Warta Wartawati\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar