Ada Apa Partai Koalisi Prabowo Justru Belum "Move On"?

Selasa, 16/07/2019 15:43 WIB
Prabowo bertemu Jokowi di MRT (Ist)

Prabowo bertemu Jokowi di MRT (Ist)

Jakarta, law-justice.co - Perpolitikan nasional beberapa hari ini diramaikan pertemuan Prabowo dan Jokowi. Tanggapan ada yang miring dan tidak sedikit juga yang menanggapi dengan jiwa besar. Berbagai tanggapan ini membuat semakin ramai dan carut marut ditingkat grassroots.

Padahal kalau kita sadar bahwa pendukung Prabowo sebenarnya yaitu kader partai Gerindra, mereka sudah sangat faham dan sangat mengerti setiap keputusan yang diambil oleh Prabowo sebagai Ketua Umum Partai Gerindra. Kader partai Gerindra sudah "move on". Mereka sudah tidak lagi mempermasalahkan tentang hasil dari keputusan MK. Mereka ikut dengan taat dan loyal terhadap keputusan pemimpin besar mereka yaitu Prabowo Subianto.

Maka dibenak kita mulai muncul pertanyaan kenapa ya, teman koalisi waktu Pilpres 2019 yang sudah dibubarkan oleh Prabowo masih belum bisa "move on". Mereka malah menyerang Prabowo, dengan kata-kata yang tidak pantas, bahkan ada elemen tertentu mulai menyalahkan dan mendiskreditkan Prabowo. " Ini ada apa, karena kepentingan jatah kursinya terganggu?,"ujar pengamat politik, Dr. Safri Muiz kepada law-justice.co di Jakarta, Selasa (16/7).

Pertanyaan ini lumrah muncul, karena Prabowo jelas dengan terang benderang sudah membubarkan koalisi adil dan makmur. Beliau membebaskan partai-partai yang ikut koalisi mendukung beliau dalam pilpres 2019, untuk melakukan tindakan apapun. Beliau mempersilahkan mereka mau menjadi koalisi 01 ataukah mereka rekonsiliasi. Padahal awalnya justru Demokrat dan PAN sudah membuka pintu gabung ke 01 sebelum putusan MK dibacakan.

Sangat diluar nalar, bila Prabowo dikecam harus mengikuti keinginan mereka. Aneh bin ajaib partai-partai ini maupun yang mengaku mendukung Prabowo dalam pilpres 2019 harus mengikuti arah pikiran mereka. Tidak elok sikap seperti itu dalam berpolitik yang etis, lanjut Safri.

Prabowo dan Jokowi bertemu guna mencairkan suasana. Karena pembelahan yang begitu dahsyat pada saat pemilu presiden tahun 2019. Prabowo jelas menunjukan beliau adalah seorang negarawan, begitu juga sebaliknya, Jokowi juga seorang negarawan. Karena kedua tokoh ini tidak mau Indonesia terpecah belah, yang mereka inginkan kita kembali menjadi Garuda Pancasila.

Pertemuan kedua tokoh jangan dimaknai, bahwa Prabowo telah berkhianat. Kita seyakinnya bahwa dia melakukan pertemuan tersebut adalah demi NKRI. Pertemuan Prabowo dan Jokowi haruslah dimaknai, bahwa kedua tokoh besar Indonesia ini, mencintai Indonesia lebih dari rasa cinta terhadap kepentingan pribadi dan kepentingan golongan. Cinta tanah air bagi mereka berdua lebih penting daripada bagi-bagi kursi kabinet, tegas Safri.

Apalagi pertemuan tersebut bisa terjadi karena visi dan misi beliau untuk Indonesia adil dan makmur sudah diterima oleh Jokowi. Kalau visi tersebut tidak diterima, kita tahu betul, bahwa seorang Prabowo tidak akan mau diajak ketemu, apalagi rekonsiliasi. Prabowo tahu bahwa pendukungnya sangat besar, sehingga beliau tidak mau pendukung beliau di cap makar atau teroris. Sehingga beliau dengan logika politik tingkat tinggi, tidak ada jalan lain demi kepentingan bangsa dan negara, tindakan beliau bertemu dengan Jokowi adalah tindakan patriotisme, lanjut Safri.

Kalau mencermati kebelakan,g tidak ada tindakan seorang Prabowo yang menunjukan bahwa dia seorang pengkhianat. Dia selalu tampil elegan dan selalu tampil dengan keyakinan, bahwa dia adalah seorang demokrat sejati. Tindakan dan keputusan Prabowo, awalnya selalu dikecam. Kita masih ingat gimana dia dengan gagah dan berani mengumumkan pendampingnya dalam pilpres 2019. Beliau dikecam para ulama karena tidak mengikuti ijtima ulama. Tapi setelah kita baru sadar bahwa pilihan beliau tidak salah, karena beliau tidak mau umat muslim terpecah, ujar Safri.

Bagi seorang Prabowo semua tindakan dan keputusan yang diambil, adalah keputusan murni, tanpa ada tekanan dari pihak manapun. Begitu juga keputusan dia untuk bertemu Jokowi diatas kereta MRT adalah keputusan dia sebagai ketua umum Partai Gerindra. Mari kita hormati keputusan itu dan apapun Prabowo akan lakukan demi tegaknya NKRI. Demi bangsa dan negara, tidak ada rasa takut untuk ditinggal ataupun ancaman dari pendukungnya. Karena dia yakin jalan yang ditempuh seorang Prabowo adalah jalan yang benar dan istiqomah, tutur Safri.

(Tim Liputan News\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar