Saham Grup MNC kembali Ambruk, Apa Sebabnya?

Kamis, 20/06/2019 11:55 WIB
Kantor MNC (Foto: CNBC Indonesia)

Kantor MNC (Foto: CNBC Indonesia)

Jakarta, law-justice.co - Harga saham Grup MNC, terutama 3 emiten di bawah payung konglomerasi media ambruk pada perdagangan Kamis ini (20/6/2019). Ketiga saham itu, yakni PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN), induknya, yakni PT Global Mediacom Tbk (BMTR), perusahaan holdingnya PT MNC Investama Tbk (BHIT).

Data perdagangan menunjukkan, pukul 10.31 WIB, saham MNCN turun 7,56% di level Rp 1.040/saham, BMTR minus 6% di level Rp 376/saham dan BHIT terkoreksi 1,28% di level 77/saham.

Bahkan di pasar reguler, investor asing melepas saham MNCN hari ini sebesar Rp 4,42 miliar, sementara saham BMTR juga dilepas asing Rp 6,13 miliar. Adapun untuk saham BHIT asing justru masuk kendati hanya Ro 17,81 juta.

Kabar baiknya, secara year to date atau tahun berjalan, saham MNCN memberikan gain cukup besar kepada investor, yakni 51%, BMTR juga sahamnya melesat 55,37%, dan BHIT juga terbang 33%.

Hingga saat ini belum ada aksi korporasi dari induk usaha Grup MNC, terbaru adalah rencana PT MNC Vision Networks (MVN) yang akan segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui mekanisme penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) Juli mendatang.

Pada Senin pekan ini, 17 Juni, saham grup MNC terutama BMTR dan MNCN amblas amblas ke auto reject bawah, minus 25% setelah terpengaruh kabar pembelian properti milik Presiden AS Donald Trump oleh sang pendiri Grup MNC, Hary Tanoesoedibjo.

Setelah pihak Hary Tanoe memberikan konfirmasi pembelian tersebut dilakukan lewat perusahaan pribadinya, saham Grup MNC rebound lagi.

"Kami sampaikan bahwa memang benar Hary Tanoesoedibjo telah membeli rumah Presiden AS Donald Trump di Beverly Hills melalui perusahaan pribadinya, Hillcrest Asia Limited [bukan melalui Grup MNC]," kata Veronika kepada CNBC Indonesia, Selasa (18/6/2019). Veronika adalah Special Assistant untuk Hary Tanoe.

Melonjaknya saham Grup MNC membuat Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa, BEI, Laksono Widodo angkat suara. Sebagaimana yang dilansir dari CNBC, transaksi saham ini masih dipantau, bisa saja pergerakannya masuk dalam kelompok saham yang pergerakannya tidak biasa dan bergerak di luar kebiasaan atau unusual market activity (UMA).

"Kita lagi lihatin sekarang. Kalau masih wajar karena memang supply dan demand ya biar saja. Kita lagi lihatin sekarang. Kecuali ada yg enggak wajar bisa kena UMA," kata Laksono kepada CNBC Indonesia, Selasa (18/6/2019).

Dari sisi perusahaan tercatat, Direktur Penilaian Perusahaan BEI IGD N Yetna Setia menyebutkan pihaknya telah meminta penjelasan langsung dari pihak perusahaan berkaitan dengan pergerakan tak biasa ini.

Dalam keterangan resmi yang diberikannya, pihak perusahaan menyebut hingga saat ini tak ada aksi korporasi yang bersifat material yang dapat mempengaruhi pergerakan harga sahamnya.

"Tapi dari keterbukaan informasi mereka sampaikan tidak ada hal-hal material dan hari ini akan kita pantau," jelas Laksono.

Hingga saat ini, informasi perusahaan yang dirilis perusahaan dalam bentuk keterbukaan informasi masih dinilai telah mencukupi informasinya untuk publik, sehingga BEI belum akan meminta konfirmasi lebih lanjut atau memerintahkan untuk melakukan public expose insidentil.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar