Emiten Batu Bara Makin Giat Garap Proyek PLTU

Minggu, 02/12/2018 16:05 WIB
PLTU Paiton di Jawa Timur (foto: Ist)

PLTU Paiton di Jawa Timur (foto: Ist)

Jakarta, law-justice.co - Meski harga batu bara diproyeksikan masih tetap tinggi setidaknya hingga 2020, sejumlah perusahaan justru makin giat melakukan diversifikasi bisnis, terutama di sektor pembangkit listrik. PT Bukit Asam, PT Adaro Energy dan PT Bumi Recources menjadi beberapa emiten batubara yang tengah mengembangkan lini bisnis pembangkit listrik.

Bukit Asam, misalnya, saat ini sudah mengoperasikan tiga pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). PLTU yang sudah beroperasi adalah PLTU Banjarsari dengan kapasitas 1x110 megawatt (MW), PLTU Tanjung Enim (3x10 MW) dan PLTU Pelabuhan Tarahan berkapasitas 2x8 MW. Mereka bahkan telah berencana membangun empat PLTU baru dan satu pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) baru.

Suherman, Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam (PT BA) mengatakan, pihaknya masih fokus dalam pengembangan dua jenis pembangkit yakni PLTU dan PLTS. “Kami belum ada rencana memanfaatkan energi lain untuk menghasilkan listrik,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (30/11).

Kata dia, ini merupakan strategi untuk memberikan nilai tambah kepada produksi batubara dan turut membantu dalam menjaga suplai batubara. Hilirisasi energi menjadi salah satu tujuan PTBA. Diharapkan kontribusi pembangkit listrik PT BA bisa melebihi 10% yang saat ini masih di bawah 10%.

Sekadar informasi, untuk PLTU Sumsel, per tahunnya mendapatkan pasokan batubara sekitar 5 juta metrik ton.

PLTU Tarahan (foto: liputan6)

Saat ini PT BA tengah mengembangkan  pembangkit listrik baru, yakni PLTU Sumsel berkapasitas 2x620 MW yang ditargetkan beroperasi komersial pada 2021/2022. Total investasi proyek ini mencapai US$ 1,6 miliar. Ada juga proyek PLTS Sumatera senilai US$ 197 juga yang ditargetkan beroperasi secara komersial pada 2022.

Selain itu ada PLTU Kuala Tanjung berkapasitas 2x350 MW dengan target operasi komersial 2020 dan nilai investasi US$ 950 juta. Kemudian PLTU Pomalaa berkapasitas 2x30 MW ditargetkan akan diakuisisi 2018 dengan nilai investasi US$ 75 juta. Terakhir, PLTU Halmahera Timur dengan kapasitas 2x40 MW ditargetkan operasi komersial 2021/2022 dan dengan nilai investasi US$ 150 juta

Setali tiga uang, Direktur BUMI, Dileep Srivastava mengatakan, melalui anak usaha BUMI yakni PT Kaltim Prima Coal, BUMI memiliki satu PLTU dengan kapasitas sebesar 64 MW. Sekitar 18 MW sampai 20 MW telah disalurkan dan terkoneksi dengan PLN.

“Pendapatan tahunan dari PLTU kepada KPC sendiri sekitar US$ 10 juta,” ujar Dileep kepada Kontan, Jumat (30/11).

BUMI  berencana meningkatkan kapasitas PLTU sebanyak 18 MW. Biaya investasi untuk penambahan 1 MW diperkirakan sebesar US$ 1 juta.

Tahun ini diperkirakan KPC dapat mengeruk profit sekitar US$ 500 juta. “Kemungkinan pasca ekspansi PLTU, pendapatan dari sana bisa lebih besar dua kali lipat,” ujar Dileep.

Seakan tidak mau kalah, ADRO berencana memiliki pembangkit listrik dengan kapasitas mencapai 5.000 MW dalam kurun waktu lima tahun kedepan.

Head of Corporate Communication ADRO, Febriati Nadira mengatakan, Adaro fokus mengembangkan bisnis ketenagalistrikan dengan merampungkan pembangunan PLTU milik PT Bhimasena Power Indonesia berkapasitas 2 x 1.000 MW dan PT Tanjung Power Indonesia berkapasitas 2 x 100 MW.

“Hingga kuartal III 2018, konstruksinya telah mencapai 57% dan 96%, serta berencana melakukan ekspansi ke beberapa proyek pembangkit listrik batubara dan energi baru terbarukan (EBT) di Asia,” ujarnya kepada Kontan.co.id.

Sumber: Kontan

(Rin Hindryati\Editor)

Share:
Tags:




Berita Terkait

Komentar