Ketika Petani Tembakau Mengadukan Nasibnya

Kamis, 09/11/2017 17:44 WIB
Foto: jurnas.com

Foto: jurnas.com

law-justice.co - Graha Gus Dur di lantai dua siang tadi ramai kedatangan tamu. Mereka adalah petani-petani tembakau yang rata-rata datang dari Magelang, Jawa Tengah. Para petani ini diterima oleh Ketua Partai Kebangkitan Bangsa(PKB) Muhaimin Iskandar (Cak Imin). 

Dalam pembukaannya, Cak Imin menceritakan ikhwal kedatangan para petani tembakau ini. Mereka, kata Cak Imin datang untuk menyampaikan aspirasinya sebagai petani puluhan tahun yang menolak kenaikan cukai sebesar 10.04 persen. Gayung bersambut, Cak Imin pun tampaknya membuat para petani tembakau meyakini aspirasinya itu akan disampaikan ke pemerintah. Terlebih, saat ini PKB dibawah koordinasinya menjadi partai pendukung pemerintah.

“Kita semua mendengarkan kegelisahan, kekhawatiran para petani tembakau di Indonesia yang mewakili Pulau Jawa. Persoalan nyata yang sedang mereka hadapi adalah kemiskinan dan kesehatan. Dan selama ini mereka tidak diberikan pelayanan jaminan kesehatan dalam rutinitasnya sebagai petani tembakau,” ujar Cak Imin di Jakarta, Kamis (9/11).

Melihat kondisi para petani tembakau seperti itu, Cak Imin pun berjanji akan melaporkannya ke pemerintah untuk membuat kebijakan, terutama soal pinjaman melalui program kredit ulta mikro, agar bisa sampai ke tangan petani tembakau.

Ia juga akan meminta pemerintah agar mengurungkan niatnya untuk menaikan cukai tembakau. Mereka, harus memperhatikan betul dampak dari kenaikan cukai tersebut. Sebab, berdasarkan hasil pembicaraan bersama petani tembakau, ia menyimpulkan bahwa pemerintah terutama Kemenkeu, Kemenkes dan Kementerian BUMN dan perbankan BUMN tak memikirkan dampak dari setiap kebijakan yang dibuat terkait kenaikan cukai tembakau ini.

“Rekomendasi dari saya pertama jangan menaikan cukai sebelum mampu menjelaskan kepada petani tentang guna kenaikan cukai tembakau, karena dampak kemiskinan dan kesehatan petani tembakau kita ini sangat memprihatinkan,” ujarnya.

Kenaikan cukai tembakau ini juga, jangan sampai mengabaikan pelayanan kesehatan bagi para petani tembakau. Bila perlu, petani tembakau ini benar-benar diprioritaskan. Andai cukai tembakau tetap dinaikkan, kenaikannya harus digunakan untuk menutup biaya kesehatan secara gratis para petani,” lanjutnya lagi. 

Pemodalan Untuk Petani

Kondisi yang dihadapi petani memang tidak mudah. Bukan hanya kualitas tanaman yang tidak maksimal, tapi juga penurunan jumlah produksi tanaman dan ancaman gagal panen semakin terbayang di hadapan mereka. Kondisi ini memang sudah diperkirakan, mengingat terjadinya fenomena El Nino pada tahun lalu.

Namun, sekali pun sudah diprediksi tetap saja tidak banyak mengubah keadaan karena tidak adanya perhatian pemerintah terhadap para petani. Tembakau adalah tanaman yang tidak memerlukan banyak air. Karenanya, pada musim lalu saat El Nino terjadi, kualitas tanaman tembakau menjadi sangat bagus karena kondisi cuaca yang kering.

Namun saat cuaca basah dan curah hujan tinggi, kadar air berlebih akan membuat kualitas tanaman dan produksi tembakau menjadi berkurang. Hal ini tentu merugikan para petani. Kondisi semacam ini diperburuk dengan sentimen dan kampanye negatif terhadap tembakau yang semakin membuat pusing para petani. Bukannya memberikan bantuan, malah menambah beban saja.

Selain itu, akses permodalan oleh pemerintah saat ini belum dirasakan oleh petani tembakau. Kementrian BUMN melalui perbankan, Kemenkeu melalui program penyaluran kredit,  belum sampai ke petani tembakau. Terlebih, pemodalan terutama program kredit ultra mikro yang diperuntukkan kepada masyarakat, tidak menyentuh petani tembakau.

Padahal program kredit ultra mikro ini menjadi salah satu upaya pemerintah meningkatkan daya beli masyarakat di kelompok bawah. Dalam program kredit ultra mikro itu, pemerintah telah menganggarkan sekitar Rp 1,5 triliun yang bisa dimanfaatkan para pelaku usaha khususnya di kelompok bawah.

“Soal pinjaman itu untuk semua petani (semua masyarakat). Tapi maaf kalau soal pinjaman khususnya petani tembakau, kami tidak pernah tahu dan tidak pernah ada pinjaman. Kalau memang ada kebijakan soal pinjaman semacam itu, selama ini kita tidak pernah mendapatkannya, karena itu sangat sulit,” keluh Muhammad Khamdari, petani tembakau asal Magelang.

Karena alasan inilah, Khamdari berangkat ke Jakarta bersama dengan empat rekannya. Menurutnya, pemerintah sama sekali tidak memikirkan nasib yang dialami petani tembakau terkait penaikan cukai tembakau ini. Ia berharap pemerintah tidak menaikan cukai tembakau, sebab petani  masih kesulitan dalam melakukan penjualan.

Terlebih, katanya, penjualan ke tengkulak dan perusahan belakangan semakin lama semakin merosot. "Kalau musim hujan itu menjadi kendala utama kami dan perusahan pun terkadang menyetop untuk beli ke petani tanpa pernah menyebutkan alasannya."  Ia berharap, Cak Imin menyampaikan aspirasinya itu kepada  pemerintah, agar para petani tembakau ada peningkatan kualitas hidup. 

(Tim Liputan News\Reko Alum)

Share:
Tags:




Berita Terkait

Komentar