Komjen. Pol. Drs. Wahyu Widada, M.Phil.

Orang Kepercayaan Kapolri dan Komandan Timsus Kasus Sambo

Sabtu, 25/05/2024 00:00 WIB
Kabareskrim Komjen Pol. Wahyu Widada (Tempo)

Kabareskrim Komjen Pol. Wahyu Widada (Tempo)

[INTRO]
Komjen. Pol. Drs. Wahyu Widada, M.Phil. adalah seorang perwira tinggi polisi yang saat ini menjabat sebagai  Kepala Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri. Kini Wahyu merupakan Jenderal Bintang Tiga dan seperti diketahui memiliki kiprah yang panjang sebagai pejabat Polisi di Indonesia.
 
Seperti diketahui, Wahyu merupakan lulusan Angkatan Polisi (Akpol) tahun 1991 dan seangkatan dengan Kapolri, Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo. Wahyu adalah lulusan terbaik (Adhi Makayasa) Akpol tahun 1991, ia juga memiliki pengalaman dalam bidang reserse.
 
Maka tidak heran rekam jejak Wahyu di Kepolisian hampir selalu ditempatkan pada bagian strategis dan karirnya di kepolisian terus mengalami peningkatan. Polisi kelahiran Sleman, Yogyakarta tersebut lahir pada 11 September 1969 dan menjadi orang kepercayaan Kapolri saat ini.
 
Dalam menjalankan tugas sebagai abdi negara, Wahyu mengatakan bila sosok Almarhumah Ibu merupakan sosok yang sangat berjasa dalam kehidupannya saat ini.
 
Ia menceritakan bahwa ibunya memiliki latar belakang seorang guru. Maka dari itu beliau menanamkan kedisiplinan dan ketegasan dalam mendidik anak.
 
“Apa yang saya dapatkan saat ini tidak lepas dari didikan beliau, apalagi bagi saya ibu adalah sosok yang luar biasa,” kata Wahyu kepada Law-Justice.
 
Wahyu juga menyebut bila saat ia berusia 17 tahun, ia hanya dididik seorang diri oleh Ibunya karena sudah ditinggal oleh sosok bapak. Ia menyatakan salah satu warisan yang diberikan oleh kedua orang tuanya bukanlah harta akan tetapi berupa pendidikan.
 
“Ibu saya berpesan untuk bisa jadi orang yang bermanfaat bagi orang lain dan orang tua saya tidak bisa memberikan warisan harta tapi bisa memberikan pendidikan yang cukup,” ujarnya.
 
Orang Kepercayaan Kapolri
 
Saat fit and proper test untuk Calon Kapolri di Komisi III DPR RI pada tahun 2021 lalu, Jenderal Listyo Sigit Prabowo ditetapkan sebagai mufakat oleh Komisi III DPR RI menjadi Kapolri.
 
Namun dibalik sosok terpilihnya Jenderal Listyo Sigit Prabowo menjadi Kapolri, ada peran Wahyu Widada yang menjadi sosok sentral dalam menyusun dan perumus Visi-Misi Kapolri. 
 
Seperti diketahui bila Wahyu Widada merupakan tim penulis makalah dari Jenderal Listyo Sigit Prabowo, ketika itu Wahyu merupakan Kapolda Aceh. Penunjukan Wahyu Widada sebagai ketua tim naskah bukanlah hal yang biasa. Dia diminta oleh Listyo untuk mengatur dan merancang program kerja calon Kapolri selama masa jabatannya.
 
Kedekatannya dengan Kapolri sudah menjadi rahasia umum, selain menjadi teman seangkatan di Polri. Wahyu juga beberapa kali dipercaya menjadi Asisten Kapolri. 
 
Menurutnya, visi-misi Kapolri saat ini adalah menjadikan Polri yang presisi sesuai dengan jargonnya. Presisi bisa tercipta melalui sebuah transformasi.
 
"Tentu Visi-Misi Pak Kapolri adalah menjadikan Polri yang presisi, visi ini tentu harus dimiliki oleh semua anggota Polri," ujarnya.
 
Mantan Kapolda Aceh tersebut menyatakan hal tersebut penting karena dalam menciptakan sebuah semangat transformasi berawal dari pribadi masing-masing. Untuk itu, penting bagi setiap anggota Polisi untuk terus melakukan semangat transformasi dalam menciptakan Polri yang presisi.
 
"Transformasi ini penting untuk mengembangkan sebuah institusi dalam jalur yang benar," ujarnya.
 
Selain itu, dalam menjalankan sebuah tugas Wahyu menegaskan apapun kondisinya sangat penting untuk terus percaya dan yakin. Pasalnya, hidup terus maju dan tak masalah bila terdapat satu permasalahan yang terpenting tau kapan harus bergerak.
 
"Jangan pernah berhenti karena hidup ini terus maju setiap harinya," tegasnya.
 
Wahyu menuturkan bila keberhasilan seorang pemimpin dalam menjalankan organisasi tidak serta merta diukur dengan tingkat kepuasan. Terpenting bagaimana tujuan sebuah organisasi tersebut bisa tercapai. Jika tujuan organisasi sudah tercapai, kedepannya capaian baik akan bisa dicapai.
 
"Berhasil atau tidak pemimpin bukan dari berapa banyak anggota yang suka tapi dari tercapai atau tidaknya tujuan organisasi tersebut," tuturnya.
 
Jadi Timsus Kasus Sambo
 
Kasus Ferdy Sambo yang sempat viral beberapa waktu lalu berhasil menjadi perhatian publik, saat itu institusi Polri berada dalam sorotan tajam. Kala itu, Wahyu menjadi salah satu tim khusus (timsus) yang mengusut tewasnya Brigadir J atau Yoshua Hutabarat di rumah dinas Ferdy Sambo.
 
Wahyu menyatakan saat itu Polri berada dalam sorotan karena kasus Ferdy Sambo, namun kala itu meski institusi polri tengah diguncang cobaan melayani masyarakat tetap menjadi kewajiban bagi Polisi.
 
Wahyu memaparkan kasus tersebut menjadi pembelajaran supaya kedepan kejadian serupa tidak terulang lagi di institusi manapun terutama kepolisian.
 
"Prinsipnya kita sebagai anggota Polri harus berani dan kuat tapi tidak kasar serta ramah namun tidak lemah," paparnya.
 
Dalam menjalankan tugas sebagai Polisi, Mantan Kabaintelkam Polri itu menyatakan setiap polisi penting untuk mempertimbangkan langkah yang akan diambil. Namun, bukan berarti menjadi pemalas selain itu perlu untuk tetap sederhana tapi tidak pemalu dan jangan sampai angkuh.
 
"Dalam mengambil tindakan tentu diperlukan pertimbangan yang matang namun tidak lambat dalam mengambil tindakan," imbuhnya.
 
Wahyu menekankan bila tugas yang saat ini sedang dijalankan merupakan amanah dan tentu harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Kemudian, penting untuk bekerja secara riang gembira dan penuh dedikasi tinggi. Meski amanah tersebut tidak mudah namun tugas sebagai polisi harus dijadikan sebagai ibadah.
 
"Jadikan pekerjaan kita sehari-hari sebagai ladang amal buat kita semua," terangnya.
 
Komitmen Berantas Narkoba
 
Memiliki latar belakang sebagai reserse, kinerja Wahyu kerap kali mendapatkan apresiasi terutama dalam hal memberantas narkoba di Indonesia. Sejak menjadi Kabareskrim, Wahyu berhasil mengungkap kasus besar yang melibatkan salah satu gembong besar narkoba yakni Fredy Pratama.
 
Seperti diketahui Fredy Pratama sudah menjadi Daftar Pencarian Orang (DPO) sejak 2014 dan merupakan salah satu gembong narkoba besar. Wahyu menyatakan dalam pemberantasan narkoba, Polri dan BNN memikul tanggung jawab untuk mengatasi kejahatan narkoba yang merupakan extraordinary crime.
 
Namun masalah narkoba merupakan masalah yang sangat serius oleh karena itu tentu negara harus hadir untuk menjamin keberlanjutan generasi masa depan.

"Dalam memberantas narkotika, negara harus hadir demi keberlanjutan masa depan generasi yang akan datang," ujarnya.
 
Saat ini memang keberadaan Fredy Pratama masih buron bahkan Fredy juga masuk dalam DPO Interpol.  Namun pada awal bulan Mei 2024, Wahyu menyatakan Bareskrim kembali berhasil mengungkap sebuah laboratorium narkoba di di villa Canggu, Bali.
 
Laboratorium rahasia ini terbongkar berkat kerja sama dengan berbagai pihak. Diketahui bila jaringan tersebut merupakan jaringan Hydra yang melibatkan dua WNA asal Ukraina sebagai otak jaringan tersebut.

Dua tersangka merupakan WN Ukraina berinisial IV dan MV. Keduanya berperan sebagai pengendali clandestine lab. Sementara satu WNA lain berasal dari Rusia berinisial KK, merupakan jaringan dari dua tersangka WN Ukraina tersebut.
 
"Pada 2 Mei 2024 Bareskrim Polri telah berhasil mengungkap clandestine laboratorium hidroponik ganja dan mephedrone jaringan Hydra Indonesia serta melakukan penangkapan terhadap DPO clandestine laboratorium narkoba ekstasi Sunter Bali dan menangkap 4 orang tersangka, terdiri dari 3 tersangka WNA, dan satu orang WNI," ujarnya.

Wahyu menyebut pemberantasan narkoba harus dilakukan secara komprehensif dan terpadu. Ia juga menyatakan bila Kapolri  juga menekankan kepada seluruh anggota Polri untuk terus menuntaskan penanganan narkoba dari hulu ke hilir.

"Pemberantasan narkoba harus menjadi prioritas karena tantangan, ancaman, peredaran narkoba ada di sekeliling kita," ujar Wahyu.

Wahyu menyatakan bila jaringan narkoba di Bali masih terafiliasi dengan gembong besar narkoba Fredy Pratama. Dalam upaya menangkap Fredy Pratama, Wahyu menyatakan bila Bareskrim Polri sudah melakukan kerja sama P to P (police to police) dengan kepolisian di Thailand dan negara Asia lainnya. Gembong besar narkoba yang paling dicari ini terpantau masih berada di Thailand.

"Kita doakan saja teman-teman bisa selesaikan ini karena ini PR juga buat kami," tutup Wahyu.
 
Institusi Polri Masih Banyak PR
 
Kiprah Wahyu Widada yang saat ini menjabat sebagai Kabareskrim Polri tentu beberapa kali mendapatkan apresiasi dari publik. Namun meski begitu, masih banyak Pekerjaan Rumah (PR) yang harus diselesaikan oleh Institusi Polri terutama Bareskrim.
 
Seperti diketahui kerap kali Bareskrim berhasil mengungkap kasus besar narkoba dan berhasil menangkap beberapa tersangka. Namun, belum tertangkapnya Fredy Pratama tentu masih menjadi PR bagi Bareskrim Polri untuk segera menangkap gembong besar narkoba tersebut.
 
Selain itu, masih ada beberapa permasalahan yang harus diselesaikan oleh Institusi Polri terutama Bareskrim. Salah satunya adalah kasus pembunuhan Vina yang saat ini tengah mendapatkan atensi yang besar dari publik. Seperti diketahui bila Bareskrim telah turun tangan untuk mengejar DPO tiga tersangka kasus pembunuhan Vina di Cirebon.
 
Kasus lain yang masih menjadi pekerjaan rumah adalah soal masih banyaknya pinjol ilegal yang sangat meresahkan masyarakat. Maraknya pinjol ilegal di Indonesia ini sangat meresahkan publik terutama masyarakat kelas menengah kebawah yang masih ada terjerat pinjol ilegal.
 
Belum lagi beberapa kasus lain yang meresahkan masyarakat dan tentu ini menjadi pekerjaan rumah bagi institusi Polri terutama Bareskrim Polri dibawah naungan Komjen Pol Wahyu Widada.

(Givary Apriman Z\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar