Walhi Sulsel: Banjir-Longsor di Luwu Imbas Aktivitas Tambang Emas

Selasa, 07/05/2024 08:25 WIB
Walhi Sulsel: Banjir-Longsor di Luwu Imbas Aktivitas Tambang Emas. (BPBD Luwu Utara).

Walhi Sulsel: Banjir-Longsor di Luwu Imbas Aktivitas Tambang Emas. (BPBD Luwu Utara).

Jakarta, law-justice.co - LSM Pemerhati Lingkungan, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Sulawesi Selatan (Walhi Sulsel) menyetbut dugaan penyebab terjadinya bencana banjir bandang dan longsor di Kabupaten Luwu adalah karena tutupan hutan di Gunung Latimojong menurun signifikan.

Hal tersebut, duga Walhi Sulsel, dipicu masifnya aktivitas tambang emas di wilayah Latimojong.

"Kalau kita lihat sumber bencananya di daerah kawasan pegunungan Latimojong. Kawasan ini sebenarnya berada di dua kabupaten, Luwu dan Enrekang, maka sudah dipastikan pusat tragedinya berada di pegunungan Latimojong," kata Direktur Eksekutif Walhi Sulsel Muhammad Al Amien, Minggu (5/5).

"Sementara di daerah lainnya seperti Wajo dan Sidrap itu hanya dampak dari pusat bencana di Latimojong," imbuhnya.

Amien mengungkapkan dari kajian yang dilakukan Walhi Sulsel, daya dukung dan daya tampung air gunung Latimojong mulai menurun signifikan. Hal itu, sambungnya, diperparah adanya penurunan tutupan hutan, terutama karena aktivitas pertambangan.

Itulah, sambungnya, yang membuat Luwu sering dilanda banjir dan tanah longsor.

"Dari kajian yang kami lakukan memang dari tiga tahun terakhir daya dukung dan daya tampung Latimojong mulai menurun signifikan, seraya dengan penurunan tutupan lahan di pegunungan tersebut, khususnya di Kabupaten Luwu. Makanya setiap wilayah itu dilanda intensitas hujan tinggi terjadi banjir dan longsor, kemudian daerah Wajo dan Sidrap juga terkena dampaknya," ungkapnya.

Dia mengutarakan, menurunnya tutupan hutan di Latimojong dipicu karena masifnya aktivitas tambang emas legal maupun ilegal di wilayah tersebut.

Menurutnya, 70 persen pembukaan lahan dikarenakan aktivitas tambang emas, sementara 30 persen pembukaan lahan untuk perkebunan masyarakat sekitar.

"Nah kita lihat ada dua kegiatan di sana, pertama adalah pertambangan dan kegiatan perkebunan masyarakat. Tapi kalau persentasenya hampir 70 persen pembukaan lahan di Luwu itu kegiatan pertambangan, karena 3 tahun terakhir kami catat kegiatan pertambangan baik ilegal maupun nonlegal yang dilakukan di Kabupaten Luwu secara masif, dan pertambangan itu adalah pertambangan emas yah. [Kemudian] 30 persen itu pembukaan lahan perkebunan masyarakat," ucapnya.

"Kegiatan itu (tambang emas) mengeruk tebing-tebing sampai kemudian mengeruk dinding sungai, itu menyebabkan luapan air sungai semakin deras kala musim hujan. Saya kira itulah penyebab utamanya," imbuh Amien.

Amien pun menyarankan, Pemprov Sulsel maupun Pemkab Luwu wajib membuat peta daerah rawan bencana. Kemudian, dia juga mendesak segera memulihkan bentang alam yang ada di Gunung Latimojong.

"Pemprov maupun Pemda Luwu wajib membuat peta daerah rawan bencana yang detail dan terperinci, kemudian menyosialisasikannya secara luas, ini agar masyarakat bisa waspada dan memitigasi dirinya secara mandiri, sehingga tidak menimbulkan korban jiwa. Selanjutnya memulihkan bentang alam pegunungan Latimojong, khususnya memulihkan tutupan lahan hutannya," kata dia.

Evakuasi dan Bantuan di wilayah terisolasi banjir

Selain itu, pada akhir pekan lalu, Tim SAR gabungan mengevakuasi sejumlah warga Desa Ulu Salu, Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan yang terisolir setelah bencana longsor pada Jumat (3/5) kemarin. Bantuan logistik sebanyak 40 ton pun telah disalurkan.

Helikopter AW 169 milik Polda Sulsel pun dikerahkan untuk mengevakuasi warga yang berada di pengunungan, akibat jalur darat terputus sehingga terisolir selama tiga hari. Salah satu warga bernama Indri (30) yang dievakuasi dalam kondisi hamil 9 bulan.

"Tadi kita evakuasi ibu hamil, sudah menjelang melahirkan bersama dua anak balitanya, sekarang sudah sampai di Belopa dan segera ditangani," kata Kapolda Sulsel, Irjen Pol Andi Rian R Djajadi, Minggu (5/5).

Jenderal bintang dua ini menyebutkan bahwa ada sejumlah titik tempat berkumpulnya warga yang terdampak longsor di Kecamatan Latimojong.

"Ibu ini kita jemput dari rumahnya yang berjarak 1 jam dari titik penjemputan," ujarnya.

Sementara ini, kata Andi Rian, Tim SAR berupaya membuka akses jalan menuju Kecamatan Latimojong yang terputus akibat tertutupi material longsor.

"Jalur darat ini, sedang kita upayakan. Banyak jalur yang putus saat dipantau dari udara. Dari kemarin sudah ada 4 alat berat yang bekerja untuk normalisasi jalan," ungkapnya.

Andi Rian menuturkan kendala utama Tim SAR kesulitan mengevakuasi dan menyalurkan bantuan ke warga terdampak bencana, karena banyak jembatan yang putus.

"Mau tidak mau, kita harus berpikir mengirimkan bantuan dengan memakai tali dan mengirimkan bantuan satu persatu," jelasnya.

Meski demikian, kata Andi Rian warga yang berada di daerah terisolasi enggan dievakuasi, dan hanya meminta bantuan logistik untuk segera disalurkan.

"Bagi yang membutuhkan evakuasi, kita evakuasi, tapi kebanyakan masyarakat disana hanya minta dorongan bantuan logistik. Jadi kita dorong logistik saja kesana. Sehingga kita manfaatkan heli dari AURI yang cukup besar dan sangat efektif, sudah empat ton yang didrop dari atas," kata dia.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar