Nyaris Seabad di RI, Produsen Sepatu Bata Tutup Pabrik di Purwakarta

Senin, 06/05/2024 09:54 WIB
Nyaris Seabad di RI, Produsen Sepatu Bata Tutup Pabrik di Purwakarta. (istimewa).

Nyaris Seabad di RI, Produsen Sepatu Bata Tutup Pabrik di Purwakarta. (istimewa).

Jakarta, law-justice.co - PT Sepatu Bata Tbk akhirnya membeberkan alasan menutup operasional pabrik di Purwakarta, Jawa Barat, per 30 April 2024.

Corporate Secretary Sepatu Bata, Hatta Tutuko mengatakan perusahaan menutup operasional karena merugi di tengah menurunnya permintaan.

"Dengan adanya keputusan ini, maka Perseroan tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta," katanya seperti dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (3/5).

Kata dia, Bata telah melakukan berbagai upaya selama empat tahun terakhir di tengah kerugian dan tantangan industri akibat pandemi covid-19.

Di lain sisi, perubahan perilaku konsumen yang begitu cepat juga menjadi tantangan.

Alhasil, perusahaan harus menutup operasional pabrik di Purwakarta.

Namun, perusahaan tak merinci beberapa kerugian yang diderita. Hatta hanya mengatakan kapasitas produksi pabrik jauh melebihi kebutuhan yang bisa diperoleh secara berkelanjutan dari pemasok lokal di Tanah Air.

Sejarah Sepatu Bata, Merek Legendaris yang Nyaris Seabad Ada di RI

Sepatu Bata yang baru tutup pabrik di Purwakarta, Jawa Barat, punya sejarah panjang di Indonesia. Hal itu membuat Bata menjadi merek alas kaki legendaris di Tanah Air.

Saking lamanya ada di Indonesia, merek ini kerap disangka lokal.

Padahal, Bata atau T&A Bata Shoe Company merupakan bagian dari Bata Shoe Organization (BSO) dan terdaftar di Zlin, Republik Ceko.

Perusahaan didirikan oleh dua bersaudara, yaitu Tomas Anna dan Antonin Bata pada 1894.

Dilansir dari laman resmi perusahaan, Bata masuk ke Indonesia sejak zaman Hindia Belanda, yakni 1931. Artinya, sudah 93 tahun atau nyaris seabad Bata hadir di Indonesia.

Pada masa tersebut, Bata melakukan kerjasama dengan NV, Netherlandsch-Indisch, sebagai importir sepatu yang beroperasi di Tanjung Priok.

Enam tahun kemudian, Tomas mendirikan pabrik sepatu di tengah perkebunan karet di area Kalibata, beralamat di Jalan Kalibata Raya Jakarta Selatan. Selanjutnya, produksi sepatu dimulai pada 1940.

Pada 24 Maret 1982, PT Sepatu Bata Tbk terdaftar di Jakarta Stock Exchange. Perusahaan pun melebarkan bisnisnya dengan membangun pabrik sepatu di Purwakarta pada 1994.

Berbekal lebih dari 125 tahun sejarah dalam bisnis sepatu, Bata menawarkan berbagai koleksi sepatu yang melayani semua tingkat kelompok pendapatan dan usia, mulai dari balita hingga anak-anak, wanita dan juga pria.

"Hingga saat ini, merek Bata di Indonesia benar-benar telah mempunyai perjalanan panjang. Apa yang dahulu disebut sepatu sekolah dengan tagline `Back to School` telah melayani berbagai segmen pasar yang berbeda," demikian tulis perusahaan dalam situs resminya.

Sepatu Bata sebagai alas kaki dan pemasar terkemuka di negara ini, telah mengoperasikan rantai ritel 435 toko di seluruh negeri, yang terdiri dari Family and City Stores.

Masing-masing toko ritel Bata berbeda dari yang lain dalam hal variasi produk. Bata Indonesia mengoperasikan Wholesale Departemen yang melayani Ritel Dealer independen.

Sebagai salah satu pabrik terbesar di Indonesia, Bata memiliki spesialisasi produk sepatu injeksi untuk konsumsi dalam dan luar negeri.

Saat ini Bata Indonesia menempati Gedung 6 lantai, yaitu kantor PT Sepatu Bata Tbk di Cilandak, Jakarta Selatan.

Sayangnya, penjualan sepatu Bata terus turun sehingga perusahaan merugi. Imbasnya, perusahaan menutup operasional pabrik di Purwakarta, Jawa Barat per 30 April 2024.

Corporate Secretary Sepatu Bata Hatta Tutuko menuturkan pihaknya telah melakukan berbagai upaya selama empat tahun terakhir di tengah kerugian dan tantangan industri akibat pandemi Covid-19.

Di satu sisi, perubahan perilaku konsumen yang begitu cepat juga menjadi tantangan.

"Dengan adanya keputusan ini, maka Perseroan tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta," katanya seperti dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (3/5).

Namun, dia tak merinci berapa kerugian yang diderita oleh perusahaan. Hatta hanya mengatakan kapasitas produksi pabrik jauh melebihi kebutuhan yang bisa diperoleh secara berkelanjutan dari pemasok lokal di Indonesia.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar