Begini Prospek Rupiah Pasca Lebaran Idul Fitri

Jum'at, 05/04/2024 21:36 WIB
Nilai tukar rupiah terancam karena kebijakan larangan ekspor CPO dan minyak goreng Jokowi (kompas)

Nilai tukar rupiah terancam karena kebijakan larangan ekspor CPO dan minyak goreng Jokowi (kompas)

Jakarta, law-justice.co - Dalam sebulan terakhir, rupiah terus bergerak melemah, meskipun pada perdagangan akhir pekan ini, rupiah di pasar spot ditutup menguat 44 poin atau naik 0,28% ke level Rp 15.848 per dolar Amerika Serikat (AS).

Sementara, dalam sepekan, rupiah masih turun sebesar 0,16% dari penutupan pekan lalu di Rp 15.873 per dolar AS.

Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong mengatakan, tekanan pada mata uang rupiah lebih dikarenakan sentimen dari luar negeri karena suku bunga, Bank Sentral AS, Federal Reserve belum kunjung diturunkan, sehingga spread dengan suku bunga Indonesia menjadi relatif lebih kecil.

Kemudian sentimen lainnya datang dari yield obligasi AS yang menurun dalam sebulan terakhir. Hal ini menandakan bahwa harga obligasi AS naik. Dengan begitu, investasi di obligasi AS lebih menggiurkan, hal ini membuat investor menarik dananya dari negara berkembang dan kembali ke AS.

Sementara itu, sentimen dari dalam negeri juga ada, seperti adanya momen puasa Ramadan dan Lebaran Idul Fitri. Momen ini sehingga membuat pengeluaran masyarakat meningkat dan akan memicu kenaikan pada inflasi.

"Dan apabila Bank Indonesia (BI) tidak menaikkan suku bunga, rupiah akan berpotensi menembus hingga Rp 16.000 per dolar AS. Dan apabila BI terus mengintervensi, maka cadangan devisa akan turun terus," kata Lukman dikutip dari Kontan.co.id, Jumat (5/4).

Menurut Lukman, kondisi saat ini cukup rumit karena BI dipastikan akan intervensi, dan investor mengharapkan BI menaikkan suku bunga pada pertemuan mendatang, lantaran hal ini bisa mendukung rupiah. 

"Namun juga akan berbalik pada data-data ekonomi AS ke depannya seperti inflasi minggu depan," imbuh Lukman.

Meski begitu, Lukman mencermati bahwa secara umum paling tidak depresiasi rupiah kemungkinan besar dapat diredam untuk saat ini, hingga Lebaran mendatang.

Lukman memproyeksikan, pada pekan depan rupiah masih akan berada di bawah tekanan dolar AS. Untuk itu, ia bialng investor mengantisipasi data inflasi AS dan pernyataan the Fed dalam risalah pertemuan FOMC. 

Menurutnya, rentang pergerakan rupiah hingga Lebaran akan bergerak fluktuatif, dengan kisaran Rp 15.600 - Rp 16. 000 per dolar AS.

Selaras dengan hal ini, Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede melihat, rupiah kerap kali melemah hingga di atas Rp 15.900 per dolar AS dalam sebulan ini, akibat data indikator manufaktur AS yang menguat.

Namun, Josua bilang, menjelang libur panjang seperti saat ini, rupiah cenderung terapresiasi, dan memangkas pelemahan di awal pekan. 

Ditambah, dolar AS sendiri cenderung range bound sedikit melemah hingga Jumat (5/4) sore ini. Pasalnya, data cadangan devisa juga menurun Rp 3.6 miliar, lebih besar dari perkiraan untuk turun Rp 1 miliar. 

Dia pun memprediksi, pasca libur lebaran, pergerakan rupiah akan cenderung bergerak berdasarkan arah dari tingkat pengangguran dan inflasi AS. Rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp 15.800 - Rp 15.950 pada Minggu(14/4) pasca libur panjang.

 

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar