Kenaikan Harga Tak Sebanding Bansos, Warga Ikat Pinggang Lebih Kencang

Selasa, 12/03/2024 12:38 WIB
Ilustrasi Paket Bansos (Foto: Liputan 6)

Ilustrasi Paket Bansos (Foto: Liputan 6)

Jakarta, law-justice.co - Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad menyatakan bahwa Kondisi perekonomian masyarakat Indonesia tidak baik-baik saja.

Oleh sebab itu kata dia, kenaikan harga pangan yang membelenggu Tanah Air membuat masyarakat perlu mengikat pinggang lebih kencang.

Pasalnya, meningkatnya harga pangan dinilai tak sebanding dengan bantuan sosial (bansos) yang diberikan oleh pemerintah.

Dia mengatakan penurunan konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh kenaikan harga pangan.

Menurutnya, ketidakstabilan pangan ini berdampak ke perekonomian masyarakat.

“Apalagi, sekarang puasa-Lebaran otomatis harga (tinggi) bukan hanya di satu komoditas, tapi yang lain juga mulai meningkat. Saya kira ini akan membuat masyarakat harus memperketat ikat pinggangnya terutama masyarakat menengah bawah,” ujarnya seperti melansir kontan.co.id, Senin (11/3/2024).

Tauhid menilai, kenaikan harga pangan tak sebanding dengan bansos yang diberikan, menurutnya ini akan membuat masyarakat bawah tak cukup bila hanya menerima bansos.

“Kemarin ada sedikit keterlambatan, otomatis nilai bantuannya tidak signifikan.

Apalagi ketidaktepatan sasarannya cukup tinggi sehingga, nilai bantuan yang diberikan masyarakat menengah bawah itu tidak signifikan,” terangnya.

Tauhid mengungkapkan, terdapat beberapa solusi untuk mengentaskan prahara ini di antaranya pertama, meningkatkan daya beli dengan mengendalikan inflasi agar tak terlalu tinggi.

“Apalagi bulan ramadan dan juga Lebaran, itu harus benar-benar dikendalikan. termasuk biaya transportasi, kemudian biaya perjalanan dan sebagainya itu harus dikendalikan kenaikannya,” ungkapnya.

Kedua, bansos pada bulan April, Mei dan Juni sebisa mungkin diberikan lebih awal terlebih menjelang Lebaran Idul Fitri.

Sementara itu, lanjut Tauhid, untuk subsidi harus tepat sasaran baik gas 3 kilogram, BBM dan listrik.

“Yang masalah adalah ketidaktepatan sasaran program subsidi ini yang kemudian menjadi problem bagi masyarakat bawah, karena sekarang semakin sulit untuk bisa mendapatkan akses,” tandasnya.

Untuk diketahui, data Mandiri Spending Index (MSI) mencatat, hingga 25 Februari 2023 indeks belanja masyarakat kelas bawah tercatat sebesar 263,8 naik dibandingkan 28 Januari 2024 yang sebesar 243,8.

Namun Indeks Tabungan masyarakat kelas bawah mengalami penurunan menjadi 39,8 dari 28 Januari 2024 yang sebesar 42,2.

Sementara itu, pada kelompok menengah, Indeks Belanja tercatat sebesar 239,7, meningkat dari 28 Januari 2024 yang sebesar 227,6.

Karena adanya peningkatan pengeluaran tersebut, membuat Indeks Tabungan mereka stagnan di level 96,6.

 

 

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar