Simak Daftar Rekomendasi Saham yang Diprediksi Raih Cuan Pekan Ini

Senin, 04/03/2024 08:04 WIB
Karyawan melintas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta - (ANTARA)

Karyawan melintas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta - (ANTARA)

Jakarta, law-justice.co - Pada penutupan perdagangan Jumat 1 Maret 2024 lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 4,2 poin atau minus 0,06 persen ke level 7.311.

Selain itu, investor melakukan transaksi sebesar Rp10,70 triliun dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 15,49 miliar saham.

Dalam sepekan terakhir, indeks saham menguat dua kali, sementara tiga hari sisanya melemah. Kendati, performa indeks menguat 0,23 persen.

Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat mayoritas data perdagangan bursa ditutup melemah sepanjang periode 26 Februari-1 Maret 2024 kemarin.

Sekretaris Perusahaan BEI Kautsar Primadi menuturkan kapitalisasi pasar turun 0,27 persen dari Rp11.603 triliun menjadi p11.572 triliun.

Lalu, frekuensi transaksi harian terkoreksi 2,01 persen dari 1,295 juta menjadi 1,269 juta kali transaksi. Selanjutnya, rata-rata volume transaksi harian turun 13,08 persen dari dari 17,72 miliar menjadi 15,41 miliar lembar saham.

"Rata-rata nilai transaksi harian BEI mengalami perubahan sebesar 26,56 persen menjadi Rp10,15 triliun dari Rp13,82 triliun pada pekan sebelumnya," imbuh Kautsar melalui keterangan resmi.

Adapun pergerakan investor asing pada Jumat (1/3) kemarin mencatatkan nilai jual bersih sebesar Rp388,4 miliar. Sementara, sepanjang 2024 investor asing telah mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp18,05 triliun.

Lantas, seperti apa proyeksi pergerakan IHSG untuk sepekan ke depan?

Pelatih investasi saham dan derivatif sekaligus CEO Akela Trading System Hary Suwanda memproyeksi IHSG bergerak di rentang support 7.252 dan resistance 7.370 pekan ini.

Menurutnya, pergerakan indeks saham bakal diwarnai sejumlah sentimen dari dalam dan luar negeri. Khusus dari dalam negeri, investor masih mencermati rancangan kabinet, khususnya menteri keuangan di pemerintahan selanjutnya.

"Saat ini investor berupaya mencari informasi sehubungan dengan siapa menteri keuangan serta program ekonomi yang akan diusung kabinet pemerintah baru hasil Pemilu 2024," kata Hary kepada CNNIndonesia.com, Minggu (3/3).

Dari kondisi makro ekonomi, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi pada Februari 2024 sebesar 0,37 persen (mtm) Angka ini lebih tinggi dibandingkan sebelumnya yang hanya 0,04 persen.

Secara tahunan, inflasi pada Februari 2024 tercatat sebesar 2,75 persen year on year (yoy), naik dari posisi 2,6 persen pada bulan sebelumnya.

Hary menuturkan investor pun masih mencermati pergerakan inflasi RI. Apalagi menjelang Ramadan yang diperkirakan jatuh pada 11 Maret 2024 mendatang.

Dia pun mengatakan walaupun data inflasi tampak stabil di kisaran 2,75 persen, akan tetapi sejak dulu data yang mengkhawatirkan adalah inflasi bahan pangan. Inflasi pangan (food inflation) Indonesia saat ini adalah 6,36 persen yoy.

"Inflasi pangan sudah naik signifikan selama tujuh bulan terakhir, yakni bergerak dari level 1,9 persen di Juli 2023, dan terus membumbung tinggi hingga mencapai 6,36 persen di Februari 2024," jelas Hary.

"Memasuki Ramadan nanti, tampaknya kondisi ini berpotensi menjadi semakin tertekan," imbuhnya.

Terkait sentimen dalam luar negeri, Hary mengatakan investor akan menanti sidang Federal Open Market Committee (FOMC) bank sentral AS (The Fed) yang akan diselenggarakan pada 20 Maret 2024.

Saat ini berdasarkan data dari FedFund Futures, ada 96 persen peluang The Fed akan tetap bertahan di level 525-500 bps, dan hanya 4 persen peluang memangkas suku bunga acuan.

FOMC Maret adalah satu dari empat FOMC di mana The Fed akan merilis SEP, Summary of Economic Projection.

Ada dua hal yang paling dinanti-nantikan investor dan itu adalah proyeksi The Fed sehubungan dengan PCE Inflation dan Core PCE Inflation sepanjang 2024 ini.

Hary menyebut goal utama The Fed adalah menurunkan Core PCE Inflation ke level 2 persen yoy. Sementara saat ini Core PCE Inflation sudah berada di level 2,8 persen yoy.

Sedangkan yang kedua, adalah proyeksi The Fed sehubungan dengan suku bunga dan ini akan nampak pada Dot Plot yang tercantum dalam SEP.

"Dari DOT Plot akan nampak ada berapa kali The Fed akan memangkas suku bunga acuan dalam 2024 ini, dan kapan kira-kira mereka akan memulainya," kata Hary.

Ia menilai kondisi menurunnya inflasi AS dan antisipasi The Fed akan mulai memangkas suku bunga secara umum adalah bullish.

Dalam kondisi bullish market seperti saat ini, Harry menyarankan investor tetap tenang dan `stay invested`.

"Manfaatkan peluang pullback atau koreksi yang terjadi sebagai peluang untuk mengoleksi saham-saham dengan fundamental baik serta secara valuasi lebih atraktif dengan adanya pullback atau koreksi," kata dia.

Hary pun menyebutkan beberapa saham yang bisa diperhatikan oleh investor. Saham itu seperti PT Indofood Sukses Makmur Tbk atau INDF yang ditutup menguat 0,75 persen ke posisi 6.675 pekan lalu.

Dia memproyeksi emiten tersebut bisa menyentuh level 6.874 pada pekan ini.

Selanjutnya, ada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk atau INTP yang menguat 1,1 persen dalam sepekan ke posisi 9.175. Hary memprediksi INTP bisa menyentuh posisi 9.725 pada pekan ini.

Hary juga merekomendasikan saham PT Barito Pacific Tbk atau BRPT yang ditutup menguat 3,08 persen ke posisi 1.005. Dia memproyeksi BRPT dapat menyentuh level 1.145 pekan ini.

Sementara itu, Pengamat Pasar Modal Riska Afriani memproyeksi IHSG bergerak di rentang support 7.269 dan resistance 7.362 pekan ini.

Dia mengatakan pergerakan indeks saham akan dipengaruhi oleh aksi beli/jual asing. Riska menjelaskan penantian arah suku bunga The Fed membuat asing cenderung wait and see, sehingga selama sepekan terakhir asing tercatat melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp3.69 triliun.

Tak hanya itu, Riska menilai kenaikan harga pangan menjelang Ramadan juga bakal mempengaruhi gerak IHSG.

"Mengingat menjelang Ramadan biasanya ada pembelian stok bahan pangan yang akan membuat pengeluaran menjadi lebih tinggi," sambung Riska.

Dia juga mengatakan investor masih mencermati rilis data ekonomi global, seperti neraca dagang AS dan China Januari 2024. Investor juga bakal mencermati data pengangguran AS dan ECB interest rate decision.

Dalam kondisi seperti di atas, Riska memberikan saran pada investor untuk memperhatikan timing dalam membeli saham.

"Yang perlu investor perhatikan yaitu timing dalam membeli saham, gunakan strategi buy on weakness dan lakukan diversifikasi terhadap portofolio Anda," ujarnya.

Adapun sejumlah saham yang ia rekomendasikan untuk dikoleksi, seperti PT Pertamina Gas Negara Tbk atau PGAS yang pada pekan lalu ditutup menguat 1,38 persen ke posisi 1.105.

Kemudian, Riska juga merekomendasikan saham emiten pertambangan, yakni PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang ditutup menguat 1,23 persen ke posisi 4.100 pada pekan lalu.

Dia juga rekomendasikan saham Chandra Asri Pacific PT Tbk atau TPIA. Emiten perusahaan petrokimia itu ditutup menguat 1,97 persen ke posisi 4.670 pada pekan lalu.

Selanjutnya, ada PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk atau TLKM yang ditutup melemah 2 persen ke posisi 3.920 pada pekan lalu.

Terakhir, Riska merekomendasikan saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) yang ditutup menguat 0,65 persen ke posisi 11.625 pekan lalu.

 

 

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar