Eros Djarot: Kemenangan Gibran Satu Putaran Potensi Indonesia Chaos

Selasa, 30/01/2024 06:33 WIB
Budayawan Eros Djarot (Whiteboard Journal)

Budayawan Eros Djarot (Whiteboard Journal)

Jakarta, law-justice.co - Budayawan, Eros Djarot blak-blakan mengungkapkan potensi terjadinya chaos apabila pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menang dalam Pilpres 2024 dengan satu putaran.

Dia mengatakan bahwa kemenangan Prabowo-Gibran dengan satu putaran akan menjadi bencana bagi peradaban Indonesia. Menurutnya, kemenangan tersebut akan menunjukkan bahwa kekuasaan tidak lagi menghargai adab dan budaya.

Dia menilai bahwa Gibran tidak memiliki pengalaman dan kapasitas yang cukup untuk menjadi presiden. Dia juga khawatir bahwa kemenangan Prabowo-Gibran akan memicu konflik di masyarakat, terutama di Jawa Tengah.

"Kalau Prabowo-Gibran menang satu putaran, itu adalah bencana bagi peradaban Indonesia. Itu menunjukkan bahwa kekuasaan tidak lagi menghargai adab dan budaya. Kekuasaan itu sudah menjadi sesuatu yang sangat rakus dan tidak lagi memikirkan kepentingan rakyat," katanya Dalam kanal YouTube Abraham Speak Up.

Selain itu, Eros Djarot juga mengkritik sikap Prabowo yang telah menunjuk Gibran sebagai cawapresnya. Dia menilai bahwa Prabowo telah mengorbankan Gibran untuk kepentingannya sendiri.

"Pak Jokowi itu kan katanya cinta Indonesia. Tapi kok tega amat sih Pak Jokowi sama anaknya memberi tugas yang begitu luar biasa? Atau karena anda sudah gak bisa lagi ya tiga periode maka jadi joki dia? Kan kasihan anak ini dijadiin begitu," katanya.

Kritikan Eros Djarot terhadap potensi terjadinya chaos jika Prabowo-Gibran menang dalam Pilpres 2024 dengan satu putaran merupakan hal yang perlu dipertimbangkan oleh masyarakat.

Kemenangan Prabowo-Gibran dengan satu putaran memang memiliki potensi untuk menimbulkan konflik di masyarakat, terutama di Jawa Tengah.

Eros Djarot mengatakan, kemenangan Prabowo-Gibran satu putaran akan menunjukkan bahwa kekuasaan di Indonesia hanya dipegang oleh sekelompok elite tertentu.

Hal ini akan menimbulkan kekecewaan dan perlawanan dari masyarakat yang tidak puas dengan hasil pemilu.

"Kalau sampai Prabowo-Gibran menang satu putaran, itu akan menunjukkan bahwa kekuasaan hanya dipegang oleh sekelompok elit tertentu. Itu akan menimbulkan kekecewaan dan perlawanan dari masyarakat," katanya.

Eros Djarot juga menyoroti sikap Gibran Rakabuming Raka yang dinilainya kurang beradab dan tidak menghargai budaya Jawa. Menurutnya, sikap Gibran tersebut akan semakin memperburuk kondisi politik di Indonesia.

"Gibran itu anak kita, tapi dia kan disodori oleh ayahnya untuk menjadi presiden. Itu bukan masalah politik lagi, tapi masalah peradaban. Sikap Gibran yang kurang beradab itu akan semakin memperburuk kondisi politik di Indonesia," kata Eros Djarot.

Eros Djarot berharap, masyarakat Indonesia dapat cerdas dalam memilih pemimpin pada Pilpres 2024. Dia juga berharap, para elite politik dapat menghormati hasil pemilu dan menghindari upaya-upaya untuk memanipulasi hasil pemilu.

"Masyarakat Indonesia harus cerdas dalam memilih pemimpin. Jangan sampai kita terjebak dalam permainan elite politik. Para elite politik juga harus menghormati hasil pemilu dan menghindari upaya-upaya untuk memanipulasi hasil pemilu," kata Eros Djarot.

Eros Djarot menjelaskan, kekacauan tersebut bisa terjadi karena Prabowo-Gibran tidak memiliki pengalaman dan kapasitas yang memadai untuk memimpin Indonesia.

Selain itu, Prabowo-Gibran juga dinilai tidak memiliki visi dan misi yang jelas untuk Indonesia.

"Prabowo-Gibran tidak memiliki pengalaman dan kapasitas yang memadai untuk memimpin Indonesia. Visi dan misi mereka juga tidak jelas. Ini akan membuat masyarakat semakin tidak puas," kata Eros Djarot.

Eros Djarot menilai, kemenangan Prabowo-Gibran satu putaran juga akan merusak demokrasi di Indonesia.

Dia khawatir, kemenangan tersebut akan membuat elite politik terbiasa dengan cara-cara yang tidak demokratis.

"Kemenangan Prabowo-Gibran satu putaran akan merusak demokrasi di Indonesia. Ini akan membuat elite politik terbiasa dengan cara-cara yang tidak demokratis," ungkapnya.

Dia mengatakan, Prabowo dan Gibran adalah dua sosok yang tidak memiliki kompetensi untuk memimpin Indonesia. Prabowo dinilai memiliki sikap yang arogan dan tidak santun, sementara Gibran dinilai terlalu muda dan belum berpengalaman.

"Kedua orang ini tidak memiliki kapasitas untuk memimpin Indonesia. Prabowo adalah sosok yang arogan dan tidak santun, sementara Gibran terlalu muda dan belum berpengalaman," jelasnya.

Eros Djarot juga khawatir, kemenangan Prabowo-Gibran akan memicu perpecahan di masyarakat. Hal ini karena Prabowo dan Gibran dinilai mewakili kelompok tertentu di masyarakat.

"Kemenangan Prabowo-Gibran akan memicu perpecahan di masyarakat. Prabowo dan Gibran mewakili kelompok tertentu, sehingga kemenangan mereka akan membuat kelompok lain merasa kalah dan termarginalkan," tuturnya.

Dia berharap, masyarakat dapat mempertimbangkan dengan matang sebelum menentukan pilihannya pada Pilpres 2024. Dia juga berharap, masyarakat dapat menolak pasangan calon yang tidak memiliki pengalaman, kapasitas, dan visi yang jelas.

"Saya harap masyarakat dapat mempertimbangkan dengan matang sebelum menentukan pilihannya. Jangan sampai salah pilih. Pilihlah pasangan calon yang memiliki pengalaman, kapasitas, dan visi yang jelas," kata Eros Djarot.

 

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar