Panda Nababan: Jokowi Sendiri yang Keluarkan Dirinya dari PDIP

Selasa, 16/01/2024 10:13 WIB
Politisi Senior PDIP, Panda Nababan. (Foto: YouTube/Total Politik).

Politisi Senior PDIP, Panda Nababan. (Foto: YouTube/Total Politik).

Jakarta, law-justice.co - Politisi Senior PDI Perjuangan (PDIP), Panda Nababan menyatakan bahwa Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) justru menjauhkan diri dari partai yang diketuai Megawati Sukarnoputri itu. Dia mengatakan Jokowi seakan sudah mengeluarkan dirinya sendiri dari PDIP.

"Bukannya dia selesaikan sendiri [hubungan dengan PDIP]? Dia sendiri yang mengeluarkan dirinya dari PDIP," kata Panda saat ditanya hubungan Jokowi dengan PDIP dalam Political Show CNNIndonesia TV, Senin (15/1) malam.

Dia menyebut ada beberapa indikator yang mengisyaratkan Jokowi tak mau lagi menjadi bagian dari PDIP.

Salah satunya, terkait pencalonan anak sulungnya, Gibran Rakabuming Raka sebagai wakil presiden (cawapres) dari Prabowo Subianto yang notabenenya rival PDIP di Pilpres mendatang.

"Caranya dia mengeluarkan dirinya: Dia ngomong enggak ke Mega mau ngajukan Gibran. Dia ngomong enggak ke PDIP? Dengan sikap dia itu dia sudah menjauhkan dirinya. Jangan terbalik-balik," jelas Panda.

Panda mengklaim dukungan Jokowi terhadap paslon yang diajukan PDIP yaitu Ganjar Pranowo dan Mahfud MD kini sudah menjadi tidak penting lagi. Meskipun, dia mengakui dukungan Jokowi terhadap salah satu paslon turut berpengaruh terhadap suara.

Panda pun mengungkapkan sejumlah desa diduga mendapat instruksi untuk memenangkan paslon nomor urut 2 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Padahal, menurutnya dia, pada dua pemilu terakhir justru Jokowi meminta para kepala desa untuk mengalahkan Prabowo sebagai pesaingnya.

"Saya cerita pengalaman di Jateng. `Kita 2 kali disuruh mengalahkan Pak Prabowo, memenangkan Pak Jokowi. Sekarang kok dari kepala desa meminta kami memenangkan prabowo. Bagaimana itu`," kata Panda membeberkan pertanyaan-pertanyaan yang dia dapat di akar rumput.

"Akhirnya dia sendiri menyadar: `oh karena anaknya.` Itulah tingkat kesadarannya. Karena anaknya di situ, dia minta menangkan anaknya," imbuhnya.

Sebelumnya, Jokowi sempat dianggap memberikan endorsement kepada Ganjar. Dalam beberapa pernyataannya, Jokowi menyebut sosok yang cocok untuk memimpin adalah sosok yang berambut putih.

Namun, belakangan Jokowi disebut-sebut terlihat memberi dukungan kepada Prabowo. Hal itu semakin dikuatkan dengan Gibran yang menjadi cawapres Prabowo.

Hal itu menjadi sorotan lantaran sebelumnya Gibran merupakan kader PDIP, sama dengan Jokowi. Kemudian, pada Pilpres 2014 dan 2019, Jokowi diusung PDIP hingga menang dan menjadi presiden.

Setelah terlihat mendukung Prabowo, belum ada status keanggotaan Jokowi yang jelas. Jokowi tidak memberikan pernyataan keluar dari PDIP.

Sebaliknya, PDIP juga tidak ada secara resmi membahas status Jokowi di partai tersebut. Sementara Gibran disebut otomatis bukan kader PDIP ketika menjadi cawapres Prabowo.

Terpisah, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP, Hasto Kristiyanto meyakini kekuasaan yang hanya digunakan untuk kepentingan keluarga tidak akan langgeng.

Hasto menyorot berbagai bentuk Intimidasi yang terjadi di lapangan selama masa kampanye Pemilu dan Pilpres 2024. Dia menyebut berbagai bentuk tekanan dan Intimidasi kekuasaan hanya untuk kepentingan keluarga tidak akan berhasil.

Sebaliknya, kata Hasto, kekuasaan yang bersumber dari akar rumput, pasti akan langgeng.

"Kami berdasarkan kajian ilmiah ini ingin membuktikan bahwa tekanan-tekanan kekuasaan selama itu kekuasaan hanya untuk kepentingan jangka pendek saja, hanya untuk kepentingan keluarga maka tidak akan langgeng," ucap Hasto usai menghadiri pameran di Bentara Budaya Jakarta (BBJ), Senin siang.

Hasto lebih lanjut mencontohkan kekuasaan yang dipraktikkan Orde Baru di bawah ketiak Presiden kedua RI Soeharto. Meskipun dianggap kokoh dan perkasa, kata Hasto, akhirnya tetap runtuh. Sebab, menurut Hasto, tekanan dan Intimidasi akan memunculkan harapan.

Menurut dia, hal itu telah terbukti secara empirik lewat berbagai kajian ilmiah. Hasto menyebut Indonesia adalah bangsa spiritual sehingga mereka percaya terhadap harapan.

"Karena kita bangsa spiritual. Bangsa yang punya nilai moral, keagamaan dan membangun harapan, sehingga teman-teman yang terkena intimidasi justru kami yakini jadi energi juang," katanya.

Hasto lebih lanjut meyakini bahwa kekuatan akar rumput akan selalu melahirkan harapan. Termasuk untuk melawan berbagai bentuk tekanan dan Intimidasi.

"Kekuatan akar rumput akan selalu menampilkan suatu harapan dan tradisi dalam menyikapi bentuk praktik-praktik politik kekuasaan yang tidak demokratis," katanya.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar