Benjamin Netanyahu: Perang Lawan Hamas di Gaza Bakal Berlangsung Lama

Minggu, 29/10/2023 10:43 WIB
PM Israel Benjamin Netanyahu (Al Jazeera)

PM Israel Benjamin Netanyahu (Al Jazeera)

Jakarta, law-justice.co - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa perang dengan kelompok militan Palestina Hamas di Gaza akan berlangsung lama.

Sebagai informasi, saat ini perang sudah "memasuki fase baru" dan Israel tampaknya belum akan mengakhiri gempuran ke wilayah Gaza.

Hal tersebut disampaikan Netanyahu dalam sebuah konferensi pers pada Sabtu (28/10) dan dalam kesempatan itu ia turut menarik hubungan antara konflik dengan Hamas dan Perang Arab-Israel antara tahun 1947 dan 1949, yang terjadi ketika Israel mendeklarasikan kemerdekaannya.

"Perang di dalam Gaza akan berlangsung lama. Ini adalah perang kemerdekaan kedua kami. Kami akan menyelamatkan negara kami," kata Netanyahu, mengutip CNNindonesia.com, Minggu (29/10).

Netanyahu mengatakan bahwa tahap kedua perang melawan Hamas telah dimulai, dengan tujuan menghancurkan sayap bersenjata dan pemerintahan kelompok tersebut. Perang ini juga bertujuan mengembalikan para sandera yang ditahan Hamas.

"Para pejuang heroik kami memiliki satu tujuan: Untuk menghancurkan musuh ini dan memastikan keberadaan negara kami. Tidak akan pernah lagi. `Tidak akan pernah lagi,` sekarang," kata Netanyahu.

Netanyahu juga mengaku telah berbicara dengan keluarga para sandera yang ditahan oleh Hamas dan bersumpah kepada mereka bahwa ia akan mengerahkan segala upaya untuk mengembalikan orang-orang yang mereka cintai.

Dalam jumpa pers yang sama, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan bahwa serangan yang semakin intensif akan meningkatkan peluang Hamas untuk mengembalikan para sandera yang mereka tahan di Gaza.

"Ketika kami menyerang musuh dengan lebih keras, ada peluang yang lebih baik bahwa musuh akan menyetujui solusi untuk mengembalikan orang-orang yang mereka cintai," kata Gallant.

Perluasan operasi darat telah mengkhawatirkan keluarga para sandera, dengan sebuah kelompok advokasi mengatakan pada hari Sabtu bahwa orang-orang yang dicintai menghadapi "ketidakpastian mutlak terkait nasib para sandera yang ditahan (di Gaza), yang juga menjadi korban pengeboman besar-besaran."

"Kecemasan, frustrasi, dan terutama kemarahan yang sangat besar karena tidak ada satu pun dari kabinet perang yang mau bertemu dengan keluarga para sandera untuk menjelaskan satu hal - apakah operasi darat itu membahayakan kesejahteraan 229 sandera di Gaza," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan.

Konflik di Gaza tak terelakkan usai kelompok militan Hamas melakukan serangan mendadak ke Israel pada 7 Oktober lalu. Serangan itu menewaskan lebih dari 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera 229 orang.

Sebagai balasan, Israel tanpa henti membombardir Gaza dan menewaskan lebih dari 7.700 orang yang sebagian besar adalah warga sipil, demikian ungkap kementerian kesehatan Gaza.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengecam "eskalasi yang belum pernah terjadi sebelumnya" dari pengeboman di Gaza, Palestina oleh Israel dan mendesak untuk segera dilakukan gencatan senjata.

Guterres mengatakan saat ini telah terjadi eskalasi pengeboman yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hal ini menimbulkan dampak yang menghancurkan, merusak tujuan kemanusiaan yang telah ditetapkan.

"Situasi ini harus dibalik. Saya mengulangi seruan kuat saya untuk gencatan senjata kemanusiaan segera, bersama dengan pembebasan sandera tanpa syarat dan pengiriman bantuan kemanusiaan. Bencana kemanusiaan sedang berlangsung di depan mata kita." kata Guterres.

 

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar