Kasus Grup Mayapada

Terseret Kasus Rafael Alun, Kini Dato Sri Tahir Diduga Kena Kasus Lagi

Rabu, 21/06/2023 14:20 WIB
Dato Sri Tahir dan Presiden Joko Widodo. (Instagram/@tahirfoundation)

Dato Sri Tahir dan Presiden Joko Widodo. (Instagram/@tahirfoundation)

Jakarta, law-justice.co - Dato Sri Tahir, petinggi PT Bank Mayapada Tbk (MAYA) diduga menerima uang dari kreditor. Kasus tersebut bermula dari fasilitas modal kerja untuk pengusaha pendiri Grup Sioeng, Ted Sioeng senilai Rp 1,3 triliun dari 2014 sampai 2021.

Diketahui, sebelumnya anak sang konglomerat, yaitu Grace Dewi Riady alias Grace Tahir juga sempat diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (Korupsi) sebagai saksi dalam kasus lain yang menyeret mantan pejabat Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Rafael Alun Trisambodo. Lantas, bagaimana profil Dato Sri Tahir?

Profil Dato Sri Tahir
Dilansir dari publikasi tahirfoundation.or.id, Dato Sri Tahir merupakan pendiri Mayapada Group. Ia memegang teguh pepatah kuno, “Setiap krisis memberikan peluang tersendiri”. Berkat ungkapan tersebut, kini ia menjadi salah satu orang terkaya di dunia versi Forbes dan membangun kerajaan bisnisnya sejak 1980-an.


Pada awalnya, ia menjalankan usaha di bidang perbankan, tekstil, dan industri otomotif. Kemudian, bisnis Tahir merambah ke berbagai sektor, meliputi perbankan, kesehatan, retail, asuransi, real estat, dan media. Sebagai penganut Kristiani, ia percaya bahwa bisnis harus mempunyai kepemimpinan kuat, arah tujuan jelas, dan visi jangka panjang.

Pria yang dilahirkan pada 26 Maret 1952 itu adalah anak dari pasangan Boen Ing dan Lie Tjien Lien yang berprofesi sebagai pengrajin becak. Dato Sri Tahir menamatkan pendidikan di SMA Kristen Petra Kalianyar Surabaya. Tak berhenti sampai disitu, dia melanjutkan sekolah ke Nanyang Technological University dan meraih gelar Sarjana Manajemen pada 1976.

Pada 1987, Tahir kembali berkuliah di tingkat pascasarjana dan menyabet gelar Master of Business Administration dari Golden Gate University. Selain itu, ia turut diganjar gelar kehormatan sebagai Doctor Honoris Causa dari Universitas 17 Agustus Surabaya pada 2008.

Jalan Bisnis Dato Sri Tahir
Tahir mulai merintis bisnisnya sendiri ketika belajar di Nanyang Technological University. Saat itu, suami Rosy Riady tersebut membeli pakaian wanita dan sepeda di salah satu pusat perbelanjaan di Singapura, lalu menjualnya kembali di Tanah Air. Karena dianggap sukses di sektor garmen, ia mulai memberanikan diri untuk mencoba peruntungan di bidang perbankan, kesehatan, dan otomotif.

Berdasarkan arsip Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Dato Sri Tahir menjadi salah satu dari 50 pengusaha Tionghoa paling berhasil di luar negeri. Ia dianugerahi penghargaan Ernst & Young Entrepreneur of the Year Award pada 2011.

Ia juga pernah menduduki posisi strategis sebagai Senior Advisor di Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Bidang Kesejahteraan Rakyat, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Komite Tiongkok (KIKT), Ketua Umum (Ketum) Perkumpulan Masyarakat dan Pengusaha Tionghoa (PERMIT), Ketua Dewan Eksekutif Asosiasi Tenis Meja Indonesia (PB PTMSI), serta Asosiasi Tenis Meja Asia Tenggara (SEATTA).

Mengutip unhcr.org, Tahir dinobatkan sebagai Eminent Advocate for UNHCR oleh Komisaris Tinggi. Selanjutnya dianugerahi sebagai Champion of the Global Shelter Coalition di Abu Dhabi. Berkat kontribusinya, ia mendapatkan gelar kenegaraan tertinggi ‘Dato’ Sri berasal dari pemberian Sultan Pahang Malaysia.

Harta Kekayaan Dato Sri Tahir
Sebagaimana data Forbes, Dato Sri Tahir dan keluarga memiliki kekayaan bersih mencapai US$ 4,4 miliar atau setara Rp 66,15 triliun (kurs Rp 15.037). Harta kekayaannya berasal dari saham Bank Mayapada, Maha Properti Indonesia, dan berbagai properti yang tersebar di Singapura. Angka tersebut terus meningkat lantaran istrinya merupakan putri taipan Mochtar Riady.

Dato Sri Tahir menempati peringkat ke-9 orang terkaya di Indonesia pada 2022. Sedangkan di tingkat global, ia berada di posisi ke-645 per 20 Juni 2023. Rangking tersebut bisa bergeser sesuai dengan perkembangan jumlah kekayaan para miliarder dunia.

 

(Kiki Agung\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar