Spyware Asal Israel, Alat Teknologi Sadap Canggih Sulit Terdeteksi

Senin, 19/06/2023 17:20 WIB
Ilustrasi Spyware (Pixabay)

Ilustrasi Spyware (Pixabay)

Jakarta, law-justice.co - Konsorsium IndonesiaLeaks, menemukan indikasi operasi spyware Pegasus di Indonesia. Produk NSO Group dari Israel itu boleh dibilang ditakuti karena kemampuan bekerja terhadap perangkat target bagaikan hantu yang tidak terdeteksi.

Kemampuan itu diamini praktisi dan pengamat keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya. Dia mengaku tidak mengetahui jejak Pegasus di Indonesia seperti yang diindikasikan oleh konsorsium. “Tapi, memang, kalau bisa terdeteksi artinya itu tools nggak bagus,” kata Alfons, dikutip dari Tempo, Senin (19/6/2023)

Dugaan jejak spyware Pegasus yang dimaksud salah satunya terdeteksi dalam situs Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE). Selama 2017-2021, LPSE menggelar sebelas kontrak pengadaan teknologi alat sadap. Semuanya untuk kepentingan Kepolisian RI. Dua di antaranya proyek pengadaan berupa software intelijen dengan metode zero-click--modus yang dikenal dimiliki Pegasus.

Alfons dikenal aktif memberi tips-tips agar ponsel aman dari malware. Begitu juga tips-tips kepada penggunanya agar terlindungi dari modus rekayasa. Tapi saat ditanya untuk Pegasus dan metode zero click-nya, dia angkat tangan. “Karena memanfaatkan Zero Day Vulnerability, yaitu celah keamanan yang belum ada tambalannya,” katanya.

Alfons mengungkap kemampuan Pegasus yang bisa menembus pengamanan perangkat termasuk iPhone yang terkenal konservatif dan aman. Alfons menduga perusahaan pembuat memiliki tim yang sangat ahli dan aktif melakukan pencarian zero day vulnerability untuk di-eksploitasi.

Serangan Berbasis Malware
Teknik penyadapan memang ada beberapa macam. Untuk kasus Pegasus diduga menggunakan serangan berbasis perangkat lunak berbahaya (malware) dengan teknik khusus.

Metode umumnya dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu "zero-click" dan "one-click". "Zero-click" berarti penyadapan dapat terjadi tanpa interaksi dari target, sedangkan "one-click" memerlukan minimal satu tindakan atau klik dari target. Metode ini cenderung sangat canggih dan seringkali hanya tersedia untuk digunakan oleh negara dengan anggaran besar.

Jika dihubungkan dengan produk yang dibeli oleh pihak kepolisian, nilai produk berdasarkan data yang didapat seharga Rp 98,9 dan 149,8 miliar.

 

(Kiki Agung\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar