Jadi Salah Satu Pendidikan Berkualitas Terbaik Dunia,

Sekolah di Finlandia Mulai Lebih Siang untuk Kurangi Stress pada Siswa

Senin, 06/03/2023 08:59 WIB
Sekolah di Finlandia Mulai Lebih Siang untuk Kurangi Stress Siswa. (AFP/OLIVIER MORIN)

Sekolah di Finlandia Mulai Lebih Siang untuk Kurangi Stress Siswa. (AFP/OLIVIER MORIN)

Jakarta, law-justice.co - Untuk diketahui, Negara Finlandia merupakan salah satu negara dengan kualitas pendidikan terbaik di dunia.

Salah satu faktor yang menunjang kualitas pendidikan di negara Baltik ini adalah soal penerapan jam sekolah yang lebih siang.

Polemik jam sekolah terus menjadi sorotan setelah Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Bungtilu Laiskodat menetapkan aturan baru di mana jam sekolah terutama tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dimulai pukul 05.30 pagi.

Viktor mengklaim kebijakan tersebut untuk mencetak sumber daya manusia dengan kedisiplinan dan etos kerja tinggi. Namun, langkah ini menuai banyak kritik karena tak ramah siswa, orang tua, hingga guru.

Banyak pihak menilai aturan baru ini tidak berdasar dan hanya menambah beban tak hanya siswa tapi juga orang tua dan guru.

Banyak sekolah di Indonesia memang menerapkan jam sekolah yang terbilang pagi yakni sekitar antara 06.30 hingga 07.30 pagi. Namun, menurut sejumlah penelitian, menerapkan jam sekolah pagi justru tidak efektif bagi kegiatan belajar mengajar.

Lantas, apa dasar Finlandia menerapkan jam sekolah lebih siang?

Sekolah-sekolah di Finlandia biasa memulai jam belajar mengajar pukul 09.00 - 09.45 pagi dan berakhir pukul 14.00 - 15.00 sore.

Selain itu, sebagian besar sekolah di negara itu juga menerapkan istirahat 15-20 menit sebelum pergantian kelas yang durasinya maksimal 45 menit.

Karena itu, pelajar di Finlandia hanya menjalani beberapa kelas saja dalam sehari.

Menurut World Economic Forum (WEF), pemerintah Finlandia beralasan jam sekolah lebih siang justru meningkatkan fokus dan kematangan siswa selama belajar di kelas.

"Bangun lebih awal, naik bus atau menumpang, ikut ekstrakurikuler sebelum dan sesudah jam sekolah adalah waktu yang lama bagi seorang pelajar. Ketika kelas dimulai dari pukul 06.00 sampai 08.00 pagi dan Anda dapat melihat banyak anak-anak yang mengantuk dan tidak bersemangat di sekolah," bunyi laporan WEF.

Pemerintah Finlandia mendasari penerapan aturan itu dari sejumlah penelitian, salah satunya terbitan PubMed Central US National Library of Medicine (NLM) berjudul School Start Times, Sleep, Behavioral, Health, and Academic Outcomes: a Review of the Literature.

Dalam jurnal itu, para peneliti membuktikan bahwa kurang tidur menyebabkan berbagai kerugian bagi siswa mulai dari kesehatan mental dan fisik yang buruk, masalah perilaku, hingga nilai akademik yang lebih rendah.

Sebagian besar pelajar terutama siswa sekolah menengah yang diteliti pun tidak mendapatkan tidur yang cukup.

"Dan sebagian besar penelitian memberikan bukti bahwa menunda waktu mulai sekolah lebih siang dapat meningkatkan durasi tidur siswa di malam hari lebih panjang. Waktu mulai sekolah yang lebih siang juga umumnya juga meningkatkan jumlah kehadiran, lebih sedikit anak yang terlambat, lebih sedikit pelajar yang tertidur di kelas, nilai lebih baik, dan lebih sedikit kecelakaan di perjalanan," bunyi kutipan jurnal tersebut.

Selain jam sekolah yang lebih siang dan ringan, Finlandia juga tidak menerapkan sistem ujian mendadak hingga ujian pada umumnya untuk keperluan standarisasi.

Sekolah-sekolah di Finlandia juga tidak memberikan para siswanya pekerjaan tambahan di rumah atau PR.

Sejak 1980, para pendidik di Finlandia juga fokus dan memprioritaskan beberapa dasar dalam pendidikan seperti memastikan sekolah sebagai instrumen mengimbangi ketimpangan sosial, semua siswa menerima makanan sekolah gratis, kemudahan akses pelayanan kesehatan, konseling psikologi, hingga bimbingan individual bagi setiap siswa,.

Pemerintah Finlandia juga tidak menerapkan sistem kategorisasi sekolah-sekolah unggulan.

"Sistem pendidikan Finlandia tidak mendasari pada sistem berbasis prestasi. Tidak ada daftar sekolah atau guru dengan kinerja terbaik. Ini bukan lingkungan persaingan - sebaliknya, mereka mengedepankan gotong royong," papar seorang penulis yang memperhatikan sistem pendidikan Finlandia, Samuli Paronen, seperti dikutip WEF.

 

 

 

 

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar