Dituding Mata-mata Inggris, Wakil Menteri di Eksekusi Mati Iran

Sabtu, 14/01/2023 13:40 WIB
Demo Mahasiswa di Iran (AP)

Demo Mahasiswa di Iran (AP)

Iran, law-justice.co - Pihak berwenang Iran disebut tengah mempersiapkan eksekusi mati seorang warganya, yang juga memiliki kewarganegaraan Inggris.

Alireza Akbari adalah mantan Wakil Menteri Pertahanan Iran yang ditangkap pada 2019 dan dihukum atas tuduhan menjadi mata-mata untuk Inggris – tuduhan yang telah dia bantah.

Istri Akbari, Maryam, mengatakan kepada BBC Persia, bahwa keluarganya telah diminta pergi ke penjara suaminya untuk "kunjungan terakhir" dan Akbari telah dipindahkan ke sel isolasi.

Inggris mendesak Iran untuk menghentikan eksekusi yang direncanakan itu dan segera membebaskannya.

"Ini adalah tindakan bermotivasi politik oleh rezim biadab yang benar-benar mengabaikan nyawa manusia," cuit Menteri Luar Negeri James Cleverly di Twitter.


Sebelumnya, seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Inggris mengatakan kepada BBC bahwa pihaknya mendukung keluarga Akbari dan telah berulang kali mengangkat kasus itu ke pihak berwenang Iran.

Pemerintah Inggris telah meminta akses konsuler yang mendesak, namun, pemerintah Iran tidak mengakui kewarganegaraan ganda bagi warganya.

BBC Persia juga telah menyiarkan pesan audio dari Akbari pada Rabu lalu.

Akbari mengatakan bahwa dia mengalami penyiksaan dan dipaksa untuk mengaku di depan kamera atas kejahatan yang tidak dia lakukan.

Akbari menjelaskan, dia tinggal di luar negeri selama beberapa tahun yang lalu.

Kemudian, dia diundang untuk mengunjungi Iran atas permintaan seorang diplomat top Iran yang terlibat dalam pembicaraan nuklir dengan kekuatan dunia.

Sesampai di sana, tambahnya, Akbari dituduh memperoleh rahasia intelijen dari Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, Ali Shamkhani, "dengan imbalan sebotol parfum dan kemeja".

Akbari pernah bertugas di bawah pimpinan Shamkhani yang menjabat menteri pertahanan selama kepresidenan Mohammad Khatami, seorang reformis yang menjabat selama dua periode antara tahun 1997 dan 2005.

Akbari, dalam pesan audio itu, mengatakan bahwa dia "diinterogasi dan disiksa" oleh agen intelijen "selama lebih dari 3.500 jam".

"Selama 3.500 jam itu, yang memakan waktu lebih dari 10 bulan, mereka merekam pengakuan saya dengan 10 kamera untuk membuat film bergaya Hollywood," katanya, menambahkan bahwa dia juga diberi "obat psikedelik".

"Dengan menggunakan metode [penyiksaan] fisiologis dan psikologis, mereka menghancurkan keinginan saya, membuat saya gila dan memaksa saya untuk melakukan apa pun yang mereka inginkan. Dengan kekuatan senjata dan ancaman pembunuhan, mereka membuat saya mengakui klaim palsu dan korup."

Akbari juga menuduh Iran berusaha "membalas dendam pada Inggris dengan mengeksekusi saya".

Beberapa jam setelah pesan audio disiarkan, kantor berita pengadilan Iran, Mizan, mengkonfirmasi untuk pertama kalinya bahwa Akbari dinyatakan bersalah melakukan spionase, dan bahwa Mahkamah Agung telah menolak bandingnya.

Kantor itu juga mengutip pernyataan Kementerian Intelijen Iran yang mengatakan, Akbari telah menjadi "salah satu penyusup paling penting dari pusat-pusat sensitif dan strategis negara" untuk Badan Intelijen Rahasia Inggris, yang lebih dikenal sebagai MI6, dan bahwa ia telah "menyusun dan secara sadar mentransfer data sensitif informasi".

Kementerian itu mengeklaim bahwa agennya mengungkap mata-mata Akbari dengan memberinya informasi palsu.


Pada akhir November, media pemerintah Iran juga melaporkan bahwa pihak berwenang telah menggantung empat orang yang dihukum karena "bekerja sama" dengan intelijen Israel.

Empat pria lainnya juga telah dieksekusi sejak Desember setelah dijatuhi hukuman mati terkait dengan protes anti-pemerintah yang menyerang negara itu.

Alicia Kearns, Ketua Komite Urusan Luar Negeri Dewan Rakyat Inggris, mengatakan berita dari keluarga Akbari adalah "mengerikan".

"Sayangnya, ini adalah contoh mengerikan lainnya dari rezim Iran - karena mereka merasa terpojok, karena ada tekanan signifikan dari sanksi terhadap mereka – menjadikan negara Inggris sebagai senjata dan melakukan penyanderaan," katanya kepada program PM Radio BBC 4.

Kearns berspekulasi bahwa Akbari mungkin dipilih oleh kelompok garis keras untuk melemahkan Shamkhani, yang dia gambarkan sebagai "suara moderat... [yang] telah menyerukan diskusi dan dialog" sebagai tanggapan atas protes yang melanda Iran.


Para pemimpin Iran saat ini menggambarkan para demonstran sebagai "perusuh" dan menindak mereka dengan kekuatan mematikan.

Iran telah menangkap puluhan warga Iran dengan kewarganegaraan ganda atau warga asing yang tinggal permanen dalam beberapa tahun terakhir, sebagian besar atas tuduhan mata-mata dan keamanan nasional.

Warga negara Inggris-Iran, Nazanin Zaghari-Ratcliffe dan Anoosheh Ashoori dibebaskan dan diizinkan meninggalkan Iran tahun lalu setelah Inggris melunasi hutang lama ke Iran.

Namun, setidaknya dua warga Inggris-Iran lainnya tetap ditahan di samping Akbari, termasuk Morad Tahbaz, yang juga memegang kewarganegaraan Amerika Serikat.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar