Letjen TNI (Purn.) Prof. Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp.Rad (K)

Pro-Kontra Reshuffle, Vaksin Nusantara hingga Pemecatan IDI

Minggu, 23/10/2022 17:18 WIB
Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto (Foto: Istimewa)

Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto (Foto: Istimewa)

Jakarta, law-justice.co - Dokter Terawan banyak diperbincangkan oleh publik setelah dilantik sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia pada 23 Oktober 2019. Meski kini sudah tidak lagi menjabat sebagai Menteri Kesehatan, Terawan tetap menjadi perbincangan publik.

Sebelumnya ia seorang dokter militer yang juga menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto dan Ketua Tim Dokter Kepresidenan. Ia menjadi dokter militer pertama yang menjabat Menkes sejak Mayor Jenderal TNI (Purn.) dr. Suwardjono Surjaningrat (1978–1988) dan orang dengan pangkat militer tertinggi yang pernah memangku jabatan ini.

Ia merupakan lulusan dari Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta dan kemudian masuk TNI AD. Terawan ditugaskan ke beberapa daerah termasuk Lombok, Bali, dan Jakarta untuk mengemban tugas sebagai pelaksana medis/kesehatan militer. 
 
Ia juga pernah menjabat sebagai Tim Dokter Kepresidenan pada tahun 2009 dan pernah menjabat sebagai Kepala RSPAD tahun 2015. Cita-cita menjadi dokter sudah diimpikan olehnya sejak masih kecil, untuk memperdalam ilmu kedokterannya, ia mengambil Spesialis Radiologi di Universitas Airlangga (Unair), Surabaya. 
 
Ia merasa bahwa ilmu Radiologi di Indonesia belum banyak berkembang, sehingga ia pun terketuk hatinya untuk memperdalam radiologi intervensi. Terawan lulus pada usia 40 tahun.

"Pentingnya ilmu yang dimilikinya tentu untuk membantu pasien agar lebih cepat sembuh dari penyakitnya," kata Terawan kepada Law-Justice.
 
Terawan juga menciptakan terobosan untuk penderita stroke. Metode yang biasa disebut brain flushing itu juga tertuang dalam disertasinya bertajuk “Efek Intra Arterial Heparin Flushing Terhadap Regional Cerebral Blood Flow, Motor Evoked Potentials, dan Fungsi Motorik pada Pasien dengan Stroke Iskemik Kronis".

Melalui metodenya, ia menceritakan pasien bisa sembuh dari stroke selang 4-5 jam pasca operasi. Metode pengobatan tersebut bahkan telah diterapkan di Jerman dengan nama paten ‘Terawan Theory’.

Terawan membuktikan kepada dunia medis, meski di tengah kesibukannya menjadi dokter militer, ia tetap bisa memberikan penemuan metode baru. "Tentu pelayanan cepat kepada pasien agar cepat sembuh jadi sebuah kewajiban untuk kami," ujarnya.
 
 
Terawan menjadi bahan perbincangan ketika ia menjadi Menteri Kesehatan, disatu sisi saat menjabat Menkes banyak menuai pro dan kontra. Seperti diketahui, Terawan hanya menjabat selama setahun dua bulan sebagai Menkes, sebelum akhirnya diganti oleh Budi Gunadi Sadikin.
 
Terawan menceritakan pengalamannya saat menjadi Menkes, ketika baru sebulan menjabat ia memutuskan untuk memberikan gaji pertamanya untuk BPJS Kesehatan yang kala itu sedang dilanda krisis.
 
Menurutnya, sebagai pemimpin tentu harus bisa memberikan contoh kepada bawahan tidak hanya sekedar berbicara saja. "Waktu itu, saya berharap staff yang kerja di Kemenkes dapat mengikuti tapi dan tentu jangan liat jumlah nominalnya," ucapnya.
 
Selama menjadi Menkes, ia juga tidak ragu untuk bisa makan di kantin karyawan Kemenkes. Ia menceritakan pengalaman saat makan di kantin tersebut, salah satu penjaga kantin kaget saat ia makan di kantin karyawan.
 
"Salah satu ibu penjaga kantin sampai menangis terharu waktu itu," ungkapnya. Belum setahun menjabat sebagai Menkes, ia pun mendapatkan ujian ketika pada bulan Maret Tahun 2020 pandemi covid mulai merebak di Indonesia. Kinerjanya pun tentu menjadi sorotan publik.
 
Bahkan ada publik yang menuding bila Terawan tidak serius menangani wabah lantaran kerap menyampaikan pernyataan kontroversial. Pasalnya, kala itu Ia pernah bilang bahwa Covid-19 bisa sembuh sendiri dan ia juga pernah menyebut bila masker hanya diperlukan untuk orang yang sakit, bukan yang sehat.
 
Namun, Terawan membantah menyepelekan wabah Covid-19 dan tuduhan tersebut menurutnya digulirkan oleh pihak-pihak tertentu ketika itu. "Istilah menggampangkan itu memang isu yang dicetuskan saat itu oleh beberapa pihak tertentu tapi saya sama sekali tidak sepelekan covid-19," imbuhnya.

Terawan menuturkankan saat pandemi covid 2020 lalu ia telah mengupayakan untuk menanggulangi wabah virus corona salah satunya dengan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
 
Menurutnya, saat itu yang terpenting adalah bagaimana masyarakat bisa teredukasi untuk waspada pandemi covid-19. "Saya berupaya untuk melakukan edukasi kepada masyarakat karena itulah yang terpenting," tuturnya.
 
Ketika ia dicopot dari Menteri Kesehatan oleh Presiden Jokowi, Dokter penggagas Vaksin Nusantara itu menyatakan bila ia tak pernah merasa gagal menjadi menteri.  Terawan mengklaim berhasil menjalankan visi misi yang dicanangkan presiden di bidang kesehatan. 
 
"Saya tidak pernah merasa gagal karena saya merasa visi misi presiden itu sudah saya kerjakan," katanya. Ia memaparkan salah satu yang diminta presiden adalah supaya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan tidak lagi defisit, setidaknya sampai 2024. 

Mantan Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Jakarta itu pun menyatakan bila ia berhasil mencapai misi tersebut lantaran Januari 2021 BPJS profit hingga Rp 18,5 triliun. 

Selain itu, dia berhasil meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) alat-alat kesehatan dari yang semula kurang dari 10 persen, menjadi 35 persen. 

Kemudian, terkait visi misi presiden menurunkan stunting, Ia menyebut telah membagi tugas dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk mengendalikan ini bersama Kementerian Kesehatan.  "Sehingga saya mampu selesaikan ibaratnya empat visi itu dengan baik," paparnya.
 
Penggagas Vaksin Nusantara
 
Setelah di reshuffle dari jabatan sebagai Menteri Kesehatan, Dokter berusia 58 tahun itu mengembangkan vaksin Covid-19 yang ia gagas bernama Vaksin Nusantara. Dalam perjalanannya, vaksin nusantara juga sangat berliku karena vaksin tersebut pernah dinyatakan tak lulus uji klinis oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). 
 
Namun, Terawan menuturkan bila ia tidak menyerah dan melanjutkan pengembangan vaksin tersebut. Ia menyatakan bila vaksin Nusantara sudah diuji klinis oleh dirinya sendiri dan kini vaksin Nusantara kini sudah dicatat di clinicaltrials.gov, situs milik pemerintah Amerika Serikat yang memuat daftar vaksin yang sudah diuji. 
 
Menurutnya, pengujian vaksin bukan soal lulus atau tidak lulus, tetapi fakta-fakta mengenai vaksin yang sedang dikembangkan.  "Uji klinis itu mengungkapkan fakta yang ada karena uji klinis itu untuk mencari fakta-fakta yang ada," tuturnya.
 
Terawan juga menyebut bila fakta pengujian menunjukkan bahwa vaksin Nusantara aman dan memiliki mutu baik. Hingga kini pun tak ada penerima vaksin Nusantara yang mengalami dampak buruk dan pengembangan vaksin Nusantara dilakukan oleh anak bangsa bekerja sama dengan Amerika Serikat.
 
"Jadi kita bekerja sama bukan vaksin itu milik Amerika Serikat," tuturnya. Terawan menyatakan bila Vaksin nusantara ini merupakan karya anak bangsa dan tentu harus kerja sama. 
 
Menurutnya, tidak ada yang bisa dilakukan secara mandiri karena memang ini berkaitan dengan politik dunia. "Kerja sama itu bisa membanggakan karena negara besar mau kerja sama dengan kita, itu berarti kita dianggap punya kemampuan," imbuhnya.
 
Dipecat dari Anggota IDI
 
Dokter kelahiran Yogyakarta itu mengaku tak ambil pusing saat dirinya dipecat dari anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Terawan mengatakan bila dirinya sudah menerima dengan lapang dada keputusan IDI memberhentikannya. 
 
Menurutnya, IDI adalah sebuah organisasi profesi dan keanggotan IDI bukanlah segala-galanya. Untuk itu ia mengaku tidak masalah jika kini ia tidak lagi menjadi bagian dari organisasi tersebut. 
 
"Saya ini diberhentikan oleh IDI, ya itu sama aja kan kaya diusir jadi kalau diusir ya pergi, kalau ngelawan itu diusir nggak pergi pergi," katanya. 
 
Seperti diketahui, bila Terawan dipecat dari keanggotaan IDI pada akhir bulan Maret 2022. Ia didepak dari IDI lantaran tidak menjalankan putusan Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Pengurus Besar IDI. 
 
Tearwan dianggap melakukan pelanggaran etik kategori 4 yaitu sangat berat yang artinya pemberhentian permanen. Meski begitu, Mantan Dokter Kepresidenan tersebut menyatakan bila hingga kini ia masih berpraktek sebagai dokter. 
 
"Saya masih bertugas di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta, menangani puluhan pasien setiap hari," ungkapnya. Meski telah dipecat dari IDI, Terawan menegaskan bila ia masih punya izin praktik sebagai dokter. 
 
Oleh karena itu, meski keluar dari IDI ia pun menyatakan bila ia masih dibolehkan berpraktik. "Selama izin praktik saya belum dicabut, yang dicabut kan keanggotaan saya di organisasi. Ya nggak ikut organisasi ya nggak masalah," tegasnya.
 
Dokter penggagas Vaksin Nusantara tersebut juga mengatakan pekerjaan sebagai Dokter merupakan pekerjaan yang sangat mulia. Selain itu, ia juga menyatakan terus jujur dan tanggung jawab merupakan kunci hidup yang ia akan terus terapkan.
 
"Nama baik lebih penting daripada materi karena rezeki akan mengikuti nama baik," tutupnya kepada Law-Justice.co.

(Givary Apriman Z\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar