Krisis Sri Lanka Akibat Kena Jebakan Utang China, Bagaimana dengan RI?

Jum'at, 15/04/2022 16:20 WIB
Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa (Dok.FB Gotabaya Rajapaksa)

Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa (Dok.FB Gotabaya Rajapaksa)

Sri Lanka, law-justice.co - Sri Lanka kini dilanda krisis. Ini menjalar dari ekonomi ke politik.

Negeri Ceylon itu mengalami kemelut terparah sejak merdeka di 1948. Ribuan warga bahkan turun ke jalan meminta pemerintah sekarang mundur.

Sebenarnya, sejumlah hal menjadi penyebab krisis Sri Langka. Apa saja?

Ketergantungan impor menjadi salah satu penyebabnya. Negeri itu masih melakukan impor ke bahan-bahan pertanian seperti pupuk dan bahan bakar.

Masalah diperburuk dengan kenaikan harga komoditas global, yang menyebabkan harga ikut naik. Ketika harga komoditas melonjak, ini pun membebani biaya impor Sri Lanka.

Belum lagi nilai mata uang yang terus longsor. Selain itu, cadangan devisa negara itu boncos.

Per Maret 2022, cadangan devisa Sri Lanka tercatat US$ 1,72 miliar, terendah sejak November tahun lalu. Cadangan devisa negara itu terus turun selama tiga bulan beruntun.

Hal ini membuat Sri Lanka susah membayar utang. Selasa lalu, Bank Sentral Sri Lanka (CBSL) mengumumkan gagal bayar, US$ 51 miliar terhadap utang luar negeri.

"Kami kehilangan kemampuan untuk membayar," kata Kepala CBSL Nandalal Weerasinghe dimuat Reuters.

"Kami harus fokus untuk mengimpor kebutuhan pokok. Bukan membayar utang luar negeri. Kita sudah sampai di titik membayar utang menjadi sangat menantang dan tidak mungkin."

Utang luar negeri Sri Lanka per akhir 2021 adalah US$ 50,72 miliar. Jumlah ini sudah 60,85% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Sebenarnya salah satu negara yang meminjamkan uang ke Sri Lanka adalah China. Negeri itu merupakan salah satu kreditur terbesar Sri Lanka.

Pemerintah meminjam Beijing untuk sejumlah infarstruktur proyek sejak 2005, melalui skema Belt and Road (BRI). Salah satunya pembangunan pelabuhan Hambantota.

Mengutip Times of India, total utang Sri Lanka ke China mencapai US$ 8 miliar. Sekitar 1/6 dari total utang luar negerinya.

Namun sayangnya sebagian proyek dinilai tak memberi manfaat ekonomi bagi negara itu. China juga meminta jatah ekspor produk mereka ke Sri Lanka senilai US$ 3,5 miliar.

"Dari awal, kecerobohan meminjam dari China buat infrastruktur yang tak menguntungkan membuat negara itu di titik ini," tulis media itu mengutip laporan Hong Kong Post.

Mengutip BBC, pemerintah Sri Lanka pada awal tahun ini mencoba melobi Beijing untuk restrukturisasi utang. Namun diketahui, China telah menolak restrukturisasi utang tersebut dan itu semakin menambah beban negeri itu.

Sebenarnya China bukan satu-satunya negara yang meminjamkan uang ke Sri Lanka. Ada juga India dan Jepang.

Perlu diketahui Sri Lanka sangat bergantung ekonominya dari pariwisata. Namun ini pun terhantam corona (Covid-19).

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar