Rizal Ramli Sebut Luhut Tantang Kesabaran Mega soal Penundaan Pemilu

Minggu, 13/03/2022 08:44 WIB
Kolase Rizal Ramli dan Luhut Binsar Pandjaitan. (Tarbiyah)

Kolase Rizal Ramli dan Luhut Binsar Pandjaitan. (Tarbiyah)

Jakarta, law-justice.co - Tokoh Nasional yang juga Ekonom Senior, Rizal Ramli mengatakan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan sedang mencoba menguji kesabaran Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri terkait wacana penundaan Pemilu 2024.

"Teman saya Pak Luhut masih ngotot aja itu, saya lihat dia ngetes, menguji Mbak Mega aja itu. Mbak Mega bilang enggak boleh ada perpanjangan. Pak Luhut masih ngeyel, masih keukeuh. Ini kayaknya menantang kesabaran Mbak Mega. Saya bilang ke Pak Luhut, hati-hati," ujar Rizal, di Ponpes Bani Abdul Hanan, Serang, Banten, Sabtu (12/3).

Diketahui, Luhut mengklaim ada 110 juta orang di media sosial, berdasarkan big data, yang mendukung wacana penundaan Pemilu 2024.

Sementara, Mega sempat menyindir pihak yang menuding Presiden Jokowi hendak menjabat tiga periode.

"Hari ini Pak Jokowi dikocok, berkeinginan katanya untuk tiga periode. Lah yang ngomong itu yang kepingin sebetulnya. Suatu saat siapa tau dianya bisa jadi ingin tiga periode," kata Megawati saat berpidato di acara peluncuran buku Merawat Pertiwi secara virtual, Rabu (24/3/2021).

Dia pun meminta para kader untuk menjabat cukup dua periode, termasuk untuk posisi kepala daerah.

"Mau cari kekayaan, mau cari kekuasaan, mau cari ketenaran? Berhenti lah. Paling dua periode. Enggak ada lagi. Dua periode. Jangan asal duduk aja. Tugas kalian utama sebagai kader partai adalah memperjuangkan nasib rakyat," kata Megawati.

Rizal Ramli melanjutkan bahwa tidak pernah ada perpanjangan masa jabatan presiden atau penundaan pemilu dalam sejarah Reformasi.

Usai Presiden kedua RI Soeharto lengser pada 1998, BJ Habibie diangkat sebagai presiden. Setahun kemudian, Habibie memilih mempercepat pemilu yang seharusnya berlangsung di 2002.

"Jadi ada contoh, ketika ada pemimpin tidak ada legitimasi rakyat, pemimpin itu mempercepat proses pemilu," ucap Rizal.

Eropa maupun Jepang pun, katanya, biasa melakukan itu jika ada pejabat tinggi pemerintahan yang mengundurkan diri saat melanggar etika atau berbuat kesalahan.

"Di Eropa biasa banget. Pemimpinnya enggak becus, dipercepat pemilunya, biar dapat pemimpin baru yang bisa nyelesein masalah. Ini malah sebaliknya, diperpanjang," cetus mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman periode pertama Jokowi itu.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar