Senjata TNI Dicuri, 1 Anak SD di Papua Meninggal Dianiaya Aparat

Senin, 28/02/2022 23:37 WIB
Anak SD di Papua meninggal usai dianiya aparat karena dituduh curi senjata (kaskus)

Anak SD di Papua meninggal usai dianiya aparat karena dituduh curi senjata (kaskus)

Puncak, Papua, law-justice.co - Seorang anak Sekolah Dasar (SD) di Distrik Sinak, Kabupaten Puncak, Papua meninggal dunia usai dianiya oleh aparat. Hal itu terjadi setelah prajurit Batalyon Infanteri Mekanis 521/Dadaha Yodha melakukan penyisiran untuk mencari senjata jenis SS2 milik Prada Kristian Sandi Alviando yang dicuri saat dia menonton televisi.

Siswa SD Inpres Sinak yang meninggal adalah Makilon Tabuni. Makilon saa ini sudah duduk di kelas empat. Kronologi peristiwa yang dihimpun dari berbagai pihak menyebutkan sekelompok prajurit TNI dari Pos Sinak Bandara mendatangi gudang PT Modern yang berada dekat Bandara Tapulinik di Sinak pada Selasa sekitar pukul 19.00 WP. Di sana, Prada Kristian Sandi Alviando lalu menaruh senapan SS2 yang dibawanya, dan menonton televisi. Saat itulah senjata SS2 itu diambil orang tidak dikenal.

Melansir Jubi,  para prajurit TNI dibantu sejumlah polisi kemudian melakukan pengejaran dan menggeledah rumah sejumlah warga di sekitar bandara. “Operasi ini terjadi karena satu pucuk senjata hilang. Dalam pengejaran itu, aparat gabungan menangkap tujuh orang anak SD,” kata seorang sumber yang tidak bersedia disebutkan namanya.

Ia menjelaskan ketujuh anak yang ditangkap adalah siswa SD Inpres Kelemame dan SD Inpres Sinak. “Mereka adalah Deson Murib, Makilon Tabuni, Pingki Wanimbo, Waiten Murib, Aton Murib, Elison Murib, Murtal Kulua,” katanya.

Menurutnya, ketujuh anak SD itu kemudian dibawa ke pos TNI di bandara, diinterogasi dan dianiaya hingga babak belur. Setelah itu, mereka dibawa ke Markas Kepolisian Sektor (Polsek) Sinak. “Satu orang anak bernama Makilon Tabuni meninggal dunia. Dia anak dari Kepala Desa Kelemame, Maluk Tabuni. Dia dianiaya aparat keamanan, lalu meninggal dunia,” kata dia.

Ia menambahkan, enam anak yang ditangkap dan dianiaya bersama Makilon Tabuni kini tengah dirawat di rumah sakit. Pada Jumat (25/2/2022), Deson Murib, akan dirujuk ke rumah sakit di Timika, ibu kota Kabupaten Mimika, namun batal karena tidak ada penerbangan. Sumber Jubi itu menyatakakan Makilon Tabuni adalah siswa SD Inpres Sinak.

“Jenazahnya telah diperabukan tanggal 24 Februri 2022, di samping rumah Kepala Distrik Sinak,” jelasnya.

Selain menangkap dan menganiaya tujuh siswa SD itu, aparat keamanan pada Selasa malam juga melakukan penyisiran ke arah Kampung Kelemame. Sekitar Selasa pukul 21.00 WP, aparat keamanan menggeledah honai (rumah tradisional di Papua) warga sipil di Kelemame, Distrik Sinak. Mereka lalu membakar honai yang berjarak sekitar 5 kilometer dari Bandara Tapulinik itu.

Belum diperoleh informasi apakah ada korban dalam pembakaran honai di Kelemame itu. Pada Rabu (23/2/2022), aparat kemananan melanjutkan penyisiran rumah warga sipil di sekitar Gereja GKII Kelemame, Gereja GKII Kumisila, dan Gereja GKII Mogolu.

“Mereka melakukan pengejaran dan operasi di sekitar gereja tersebut, dan hingga saat ini TNI/Polri masih siaga dan mengejar pelaku,” katanya.

Guru SMA di Sinak yang juga pengurus Gereja GKII di Sinak berinisial YK yang sedang berada di Timika, ibu kota Kabupaten Mimika, menyatakan dia telah menerima informasi serupa. Kulua menuturkan salah satu dari ketujuh anak yang ditangkap aparat keamanan itu adalah kemenakannya, dan dia menerima informasi itu dari orangtua mereka. YK menuturkan dia diberitahu bahwa jenazah Makilon Tabuni telah diperabukan pada Kamis (24/2/2022).

“Makilon Tabuni adalah siswi kelas 4 SD di SD Inpres Sinak, Kabupaten Puncak. Jasadnya diperabukan pada tanggal 24 Februari 2022 di samping perumahan Kepala Distrik Sinak. Makilon ini anak kepala kampung Kelemame,” katanya.

YK juga menerima informasi bahwa setelah memperabukan jenazah Makilon Tabuni, para warga mendatangi Polsek Sinak untuk meminta agar enam anak SD yang ditangkap bersama Makilon segera dibebaskan. Menurutnya, keenam anak itu akhirnya dikeluarkan dari tahanan, dan dirawat di rumah sakit.

“Informasi tentang kejadian itu saya dapat dari keluarga. Tapi kita perlu cek lagi ke Sinak. Sementara ini susah telepon ke atas (Sinak),” kata YK.

 

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar