Australia Ungkap Pesawat Jetnya Diganggu Laser Kapal Perang China

Minggu, 20/02/2022 16:20 WIB
Kapal Perang China (AFP)

Kapal Perang China (AFP)

Jakarta, law-justice.co - Kapal perang China diduga menggunakan laser untuk mengganggu jet yang diterbangkan oleh Angkatan Udara Australia.


Sebagaimana dilansir CNN, militer Australia dalam pernyataan yang dirilis pada Sabtu (19/2/2022) mengklaim tindakan tersebut "berpotensi membahayakan nyawa". Mereka juga mengutuk keras perilaku itu karena "tidak profesional dan tidak aman".

Berdasarkan pernyataan, insiden itu terjadi pada hari Selasa (15/2) kala pesawat P-8A Australia terbang di atas Laut Arafura. Pesawat pengintai dan anti-kapal selam perang tersebut tengah berada di atas laut wilayah utara Australia dan pulau Papua Nugini.


Pilot yang menjadi sasaran serangan laser tersebut melaporkan bahwa dirinya mengalami kilatan disorientasi, nyeri, kejang, bintik-bintik dalam penglihatan, hingga kebutaan sementara.

Militer Australia mengungkapkan, Kapal Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLAN) yang mengarahkan laser ke jet Australia adalah salah satu dari dua kapal perang PLAN yang berlayar ke timur melintasi Laut Arafura.

Kedua kapal China tersebut diketahui adalah Hefei, sebuah kapal perusak peluru kendali dan Jinggang Shan, kapal dermaga amfibi. Meski demikian, Australia tidak mengatakan kapal mana yang mengarahkan laser ke Australia.

Hingga saat ini, China belum memberikan komentar atas tuduhan Australia tersebut.

Insiden ini bukan kali pertama kapal China mengarahkan laser ke pesawat Australia. Pada Mei 2019, pilot Australia mengatakan bahwa mereka beberapa kali menjadi sasaran laser selama misi di Laut China Selatan.

Kemudian dalam sebuah laporan yang dirilis Juni 2018, pejabat militer AS mengatakan kepada CNN bahwa setidaknya ada 20 dugaan insiden laser China di Pasifik Timur dari September 2017 hingga Juni 2018.

Ketegangan militer antara China dan Australia tengah meningkat dan melonjak pada November lalu. Kala itu, Australia mengatakan pihaknya tengah memulai sebuah perjanjian dengan AS dan Inggris untuk memperoleh kapal selam bertenaga nuklir.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China merespons satu hari setelahnya dengan mengatakan bahwa Australia harus "mempertimbangkan secara serius apakah akan memandang China sebagai mitra atau ancaman".

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar