Usai Warga Tewas saat Demo, Kapolri Didesak Copot Kapolda Sulteng

Kamis, 17/02/2022 11:31 WIB
Kapolda Sulteng, Irjen Rudy Sufahriadi. (Buser Kriminal).

Kapolda Sulteng, Irjen Rudy Sufahriadi. (Buser Kriminal).

Jakarta, law-justice.co - Koalisi masyarakat sipil mendesak Kepala Kepolisian (Kapolri), Jenderal Listyo Sigit Prabowo mencopot Kapolda Sulawesi Tengah, Irjen Pol Rudi Sufahriadi dan Kapolres Parigi Moutong, AKBP Yudy Arto Wiyono usai ada warga tewas tertembak saat demo menolak tambang emas.

Sebagai informasi, Koalisi masyarakat sipil yang terdiri dari sejumlah LSM di Indonesia.

Anggota Divisi Hukum Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), Abimanyu Septiadji menilai kedua pimpinan korps Bhayangkara itu gagal menangani aksi massa.

"Kami mendesak Kapolri untuk mencopot Kapolda Sulawesi Tengah dan Kapolres Parigi Moutong karena telah gagal dalam menangani aksi massa hingga menimbulkan korban jiwa dari warga sipil," kata Abimanyu dalam keterangan tertulis, Kamis (17/2).

Mereka juga mendesak Listyo agar memproses dugaan pembunuhan oleh aparat. Mereka meminta agar kasus itu diproses di peradilan umum. Hal ini bertujuan agar memberikan efek sehingga kejadian tersebut tidak terulang.

"Proses dugaan tindakan pembunuhan yang dilakukan oleh aparat kepolisian dengan menempuh melalui proses mekanisme peradilan umum," ujar Abimanyu.

KontraS pun mendesak Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral menyetop operasi dan mencabut Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT. Trio Kencana yang diprotes oleh warga.

Gubernur Sulawesi Tengah, Rusdi Mastura didesak agar berkomitmen menyelamatkan mata pencaharian dan tempat tinggal warga Parigi Moutong dari kerusakan lingkungan.

Rusdi juga diminta agar melindungi warganya, terutama perempuan dan anak-anak dari tindakan represif.

"Termasuk melakukan pemulihan bagi mereka yang trauma," kata Abimanyu.

Sebelumnya, Aliansi Rakyat Tani (Arti) Koalisi Gerak Tambang menggelar demonstrasi di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Mereka menuntut Pemerintah Sulteng menutup tambang emas milik PT Trio Kencana yang memiliki lahan konsesi di Kecamatan Kasimbar, Toribulu, dan Tinombo Selatan.

Demonstrasi tak kunjung usai hingga tengah malam. Sejumlah ruas jalan pun ditutup massa sejak siang. Polisi lantas bernegosiasi agar massa membubarkan diri.

Namun, negosiasi tak berjalan mulus. Polisi lantas membubarkan paksa massa dengan menembakkan gas air matta. Setelah itu, kepolisian mendapat laporan ada warga yang tewas tertembak.

Berdasarkan informasi yang Komnas HAM terima dari pihak keluarga, peluru itu masuk dari punggung belakang sebelah kiri dan menembus dada.

Pernyataan keluarga didukung hasil visum Puskesmas Katulistiwa yang mengangkat peluru dari jenazah bernama Erfaldi.

Sejauh ini ada 4 anggota polisi yang diperiksa terkait dugaan disiplin. Mabes Polri pun mengirim tim untuk turut melakukan pendalaman kasus tersebut.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar