Virus FLu Burung H5N6 di Hunan Akibat Kontak Manusia dan Unggas Mati

Selasa, 19/10/2021 18:25 WIB
Dalam foto ini terlihat seorang petugas dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Hewan di Changsa, Provinsi Hunan, China, tengah memeriksa seekor ayam dalam rangka mencegah penyebaran flu burung. (STR / AFP) (Kompas.com)

Dalam foto ini terlihat seorang petugas dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Hewan di Changsa, Provinsi Hunan, China, tengah memeriksa seekor ayam dalam rangka mencegah penyebaran flu burung. (STR / AFP) (Kompas.com)

Beijing, Tiongkok, law-justice.co - China melaporkan satu orang di Provinsi Hunan mengidap flu burung H5N6 pada Senin (18/10/2021).


Melalui pernyataan, Departemen Kesehatan Hong Kong mengatakan kasus H5N6 pada manusia ini meliputi seorang perempuan 60 tahun dari Changde.

Perempuan itu merupakan seorang petani dan sempat berkontak dengan beberapa hewan unggas mati.

"Dia mengalami gejala pada 3 Oktober, dan dirawat pada 13 Oktober. Pasien kini dalam kondisi kritis," kata Departemen Kesehatan Hong Kong.

Menurut departemen itu, sekitar 48 kasus flu burung A (H5N6) pada manusia telah terdeteksi di China pada 2014.

"Semua infeksi influenza A baru, termasuk H5N6 adalah penyakit menular yang selalu dilaporkan di Hong Kong," kata juru bicara Pusat Perlindungan Kesehatan (CHP) dari departemen tersebut.

Pernyataan departemen itu juga menegaskan turis yang berada di China atau daerah lain yang terkena dampak kasus H5N6 harus menghindari mengunjungi pasar basah, pasar unggas hidup, atau peternakan.

"Mereka juga harus menghindari membeli unggas hidup atau yang baru dipotong, dan menghindari menyentuh unggas/burung atau kotorannya. Mereka harus benar-benar memperhatikan kebersihan pribadi dan tangan ketika mengunjungi tempat mana pun dengan unggas hidup," kata departemen tersebut.

Pihak berwenang juga meminta pelancong yang kembali dari daerah yang terkena dampak harus segera berkonsultasi dengan dokter jika gejalanya berkembang, dan memberi tahu dokter tentang riwayat perjalanan mereka untuk diagnosis segera dan pengobatan penyakit potensial.

"Penting untuk memberi tahu dokter jika mereka telah melihat unggas hidup selama perjalanan, yang mungkin menyiratkan kemungkinan paparan lingkungan yang terkontaminasi. Ini akan memungkinkan dokter untuk menilai kemungkinan flu burung dan mengatur investigasi yang diperlukan dan pengobatan yang tepat secara tepat waktu."

Walaupun demikian, tidak ada pengumuman resmi dari otoritas kesehatan China terkait penyakit ini.

Bulan lalu, penelitian yang diterbitkan oleh Pusat Pengendalian Penyakit China mengidentifikasi beberapa mutasi virus dalam dua kasus flu burung H5N6 yang terjadi baru-baru ini.

"Meningkatnya keragaman genetik dan distribusi geografis H5N6 menimbulkan ancaman serius bagi industri unggas dan kesehatan manusia," kata para peneliti.

"Tren peningkatan infeksi virus flu burung pada manusia telah menjadi masalah kesehatan masyarakat penting yang tidak dapat diabaikan."

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada September lalu menyatakan bahwa peningkatan pengawasan akan virus ini diperlukan untuk memahami bahayanya dan penyebarannya dalam manusia.

Pihaknya juga menyampaikan virus H5N6 masih memiliki risiko penyebaran yang rendah di kalangan masyarakat.

Mengutip New York Times, virus H5N6 merupakan salah satu versi flu yang berpotensi membahayakan manusia. Virus ini pertama kali terdeteksi di Laos, kemudian menyebar ke China dan beberapa negara lain.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar