Ketika Singapura Kini Juga Dihantui Krisis Energi

Selasa, 19/10/2021 12:02 WIB
Ketika Singapura Kini Juga Dihantui Krisis Energi. (kompas)

Ketika Singapura Kini Juga Dihantui Krisis Energi. (kompas)

Jakarta, law-justice.co - Krisis energi yang melanda sejumlah negara seperti China, Eropa dan India juga menghantui Singapura. Ini terjadi karena harga gas alam terus naik hingga menyentuh rekor tertingginya.

Seperti melansir cnnindonesia.com, Selasa (19/10), pembangkit listrik Singapura memang bergantung pada gas. Di tengah ketergantungan dan harga yang meroket itu, tiga penyedia energi di Singapura menyatakan akan keluar dari bisnis kelistrikan.

Pertama, iSwitch Energy. Salah satu pengecer listrik independen terbesar di Singapura itu mengatakan akan menghentikan operasi ritel listrik mulai 11 November 2021 mendatang.

"Karena kondisi pasar listrik saat ini," tulis iSwitch Energy di laman resminya.

Kedua, SilverCloud Energy, perusahaan yang memasok listrik ke bangunan komersial, industri, dan perumahan Singapura. Mereka mengatakan juga akan segera keluar dari bisnis listrik.

Manajemen SilverCloud Energy akan memberitahu pelanggan untuk beralih ke penyedia lain atau mentransfer kembali ke SP Group milik negara.

Perusahaan ketiga, Diamond Electric, Best Electricity, dan Ohm Energy telah berhenti menerima pelanggan baru. Diamond Electric sendiri akan menyerahkan kontrak berjangka yang ada ke penyedia utilitas lain.

Menurut sumber, dua perusahaan lain juga telah berhenti menerima klien baru akibat meroketnya harga energi grosir.

Diketahui, harga gas grosir melonjak dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini lantaran masalah produksi, sehingga pasokan turun ketika permintaan di pasar meningkat di masa pemulihan ekonomi.

Harga LNG di pasar spot Asia melonjak lebih dari 500 persen dibandingkan dengan posisi tahun lalu. Harganya saat ini berada di level US$30 per juta british thermal unit (mmBtu). Sementara, harga harga minyak Brent juga naik ke harga tertinggi.

Diketahui, Eropa hingga India sudah mengalami krisis energi lebih dulu.

Krisis yang terjadi di Eropa terjadi karena harga gas alam melonjak sejak September 2021. Harga grosir gas alam menyentuh angka termahal di Inggris, Prancis, Spanyol, Jerman, dan Italia.

Hal ini membuat tagihan listrik rumah tangga dan bisnis di Eropa melonjak. Tarif listrik mahal diproyeksi berlangsung selama musim dingin.

Sementara, krisis listrik di China sebenarnya telah terjadi sejak Juni 2021. Pemerintah telah memerintahkan produsen batu bara menggenjot produksi untuk mengatasi krisis tersebut.

Krisis juga melanda India. Central Electricity Authority (CEA) India mengatakan 63 dari 135 pembangkit listrik tenaga batu bara hanya punya pasokan batu bara untuk dua hari.

Batu bara menyumbang hampir 70 persen pembangkit listrik milik pemerintah India. Pemerintah setempat mengatakan situasi ini tak akan nyaman hingga enam bulan ke depan.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar