Soroti Demokrasi RI, PAN: Menghasilkan Cebong dan Kampret!

Sabtu, 28/08/2021 06:40 WIB
Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan (Foto: Jambiupdate.co)

Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan (Foto: Jambiupdate.co)

Jakarta, law-justice.co - Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan mengatakan, demokrasi di Indonesia perlu didiskusikan kembali karena telah menimbulkan kesenjangan, ketidakpercayaan, hingga pembelahan di tengah masyarakat.

"Demokrasi harus kita diskusikan kembali, apa yang salah? Kok, menghasilkan kesenjangan, distrust dan cebong-kampret," kata Zulhas dalam webinar Cides Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) secara daring, Jumat (27/8/2021).

Zulkifli menyatakan, demokrasi dalam teorinya seharusnya menghasilkan kesetaraan, keadilan, dan harmoni.

Menurutnya, Indonesia sudah semestinya kembali pada janji-janji kebangsaan untuk mencapai Indonesia Emas 2045 sebagaimana yang diprediksi banyak pengamat dan konsultan internasional bahwa Indonesia di 2045 akan masuk enam besar kekuatan ekonomi dunia jika memenuhi sejumlah persyaratan.

Wakil Ketua MPR itu menuturkan, demokrasi harus diatur dalam sebuah undang-undang yang baik demi melahirkan sistem yang baik. Menurutnya, tanpa sistem yang baik maka demokrasi akan menjadi seperti saat ini.

"Kalau undang-undang bagus, ya demokrasinya bagus," ujarnya

Ia pun menyoroti pilpres yang menetapkan ambang batas persyaratan pencalonan sebesar 20 persen. Menurutnya, syarat itu kemudian menjadikan demokrasi transaksional 20 persen.

Ia juga menyoroti ambang batas parlemen sebesar 4 persen. Menurutnya, syarat itu membuat parpol yang tidak mencapainya tidak lolos ke DPR RI dan suara pemilih hilang begitu saja.

"[Sebesar] 4 persen bisa 6 juta, 6 juta suaranya hilang begitu saja, karena harus ada 4 persen. Undang-undang yang buruk menghasilkan sistem buruk, sistem buruk menghasilkan demokrasi transaksional. Demokrasi kita enggak ada value, nilai, transaksional saja," ujar Zulhas.

"Kami sudah bekerja keras, kami kan nomor tujuh. Kalau teman-teman dari Cides bantu kita, ngalahkan yang besar-besar bisa saja. Tapi kami nomor tujuh, teriak sekeras apapun namanya demokrasi banyak-banyakan [suara]," sambungnya.

(Tim Liputan News\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar